Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fitnah Takkan Menguasai Muslim yang Berjama’ah

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - 30 menit yang lalu

30 menit yang lalu

1 Views

Persatuan bukan hanya anjuran, tetapi perintah langsung dari Rabbul ‘Alamin.(Foto: ig)

DI TENGAH derasnya arus informasi, kegelisahan sosial, dan derasnya gelombang godaan moral, kehidupan seorang Muslim seakan berada di persimpangan yang penuh ujian. Fitnah menyerang dari segala arah—baik fitnah syahwat, fitnah harta, fitnah berita palsu, fitnah perpecahan, hingga fitnah dalam keluarga dan masyarakat.

Namun, Islam telah memberikan satu benteng yang kokoh untuk menghadapi semuanya: hidup berjama’ah, mendengar dan taat kepada pemimpin yang sah, serta berpegang teguh pada persatuan umat.

Allah SWT berfirman,

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا

Baca Juga: Al-Jama’ah, Tempat Merawat Hati dari Fitnah Akhir Zaman

“Berpeganglah kalian semuanya kepada tali (agama) Allah, seraya berjama’ah dan janganlah bercerai-berai.” (QS. Āli ‘Imrān: 103)

Ayat ini menjadi fondasi utama bahwa kekuatan umat lahir dari kebersamaan. Persatuan bukan hanya anjuran, tetapi perintah langsung dari Rabbul ‘Alamin. Tanpa jama’ah, seorang Muslim mudah diterpa fitnah; iman melemah, pemahaman menjadi dangkal, dan langkah hidup menjadi goyah.

Fitnah menyebar paling cepat ketika umat tercerai-berai. Dalam kondisi sendiri, manusia cenderung mudah terseret arus hawa nafsu, terpengaruh opini liar, dan terbelah oleh konflik interpersonal. Rasulullah SAW telah memperingatkan,

عَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ مَعَ الْوَاحِدِ وَهُوَ مِنَ الِاثْنَيْنِ أَبْعَدُ

Baca Juga: Ayah yang Tak Sempurna Tapi Selalu Berusaha

“Wajib atas kalian untuk bersama jama’ah, karena setan bersama satu orang, dan ia lebih jauh dari dua orang.” (HR. Tirmidzī)

Hadis ini menunjukkan bahwa kesendirian adalah celah terbesar masuknya fitnah. Di zaman penuh kebisingan digital ini, ketika opini salah dianggap benar hanya karena sering dibagikan, jama’ah menjadi pagar yang melindungi seseorang dari terseret arus fitnah informasi.

Jama’ah Adalah Tempat Berpegang pada Kebenaran

Fitnah terbesar bukan sekadar godaan moral, tetapi kekacauan pemahaman, kebingungan melihat mana ajaran Islam yang murni dan yang tercampur hawa nafsu manusia. Dengan berjama’ah, seorang Muslim mendapatkan lingkungan yang memelihara iman, tempat belajar bersama, dan hubungan dekat antara murabbi, guru, dan pembina.

Baca Juga: Ayat-Ayat Kauniyah di Gaza

Rasulullah SAW bersabda,

يَدُ اللَّهِ مَعَ الْجَمَاعَةِ

“Tangan (pertolongan) Allah bersama jama’ah.” (HR. Tirmidzī)

Pertolongan Allah tidak turun kepada kelompok yang egois, berjalan sendiri-sendiri, atau sibuk saling menjatuhkan. Ia turun kepada jama’ah yang menjaga adab, mendengar arahan pemimpin, serta menjaga akhlak persaudaraan.

Baca Juga: Ketika Rumah Tangga Mulai Retak, Ada Hati yang Masih Ingin Berjuang

Ketika umat mengikuti pemimpinnya secara syar’i—selama tidak diajak bermaksiat—maka stabilitas, ketertiban, dan keamanan terjaga. Rasulullah SAW bersabda,

مَنْ أَطَاعَ أَمِيرِي فَقَدْ أَطَاعَنِي، وَمَنْ عَصَى أَمِيرِي فَقَدْ عَصَانِي

“Siapa yang taat kepada pemimpinku, maka ia telah taat kepadaku.” (HR. Bukhārī)

Ketaatan adalah obat bagi perpecahan. Banyak fitnah sosial terjadi karena manusia ingin menonjolkan ego, merasa lebih pintar, dan tidak mau dipimpin. Padahal, jama’ah yang tertib akan lebih kuat menghadapi badai fitnah.

Baca Juga: Jahannam Tidak Butuh Penghuni, Tapi Manusia Sendirilah yang Memilihnya

Fitnah bukan hanya berupa godaan langsung, tetapi juga ujian psikologis: rasa kecewa, lelah, konflik kecil, perbedaan pandangan, dan ujian kesetiaan. Berjama’ah melatih seseorang untuk bersabar, saling memaafkan, menahan emosi, dan tetap menjaga ukhuwah meski diuji.

Islam mengajarkan bahwa semakin besar fitnah zaman, semakin besar pula kebutuhan kita untuk berpegang pada jama’ah. Rasulullah SAW bahkan memberi peringatan keras:

مَنْ فَارَقَ الْجَمَاعَةَ قِيدَ شِبْرٍ فَقَدْ خَلَعَ رِبْقَةَ الْإِسْلَامِ مِنْ عُنُقِهِ

“Siapa yang keluar dari jama’ah walau sejengkal, maka ia telah melepaskan ikatan Islam dari lehernya.” (HR. Muslim)

Baca Juga: Nabi Sulaiman Alaihi Salam Raja Muslim Terbesar Sepanjang Masa

Keluar dari jama’ah adalah pintu terbesar fitnah. Tanpa kontrol sosial, tanpa lingkungan iman, hati menjadi liar, pemikiran menjadi kacau, dan bisikan setan mudah merasuk.

Bersama Jama’ah, Fitnah Menjadi Kecil

Fitnah sebesar apa pun akan kehilangan kekuatannya jika dihadapi bersama. Ketika seorang Muslim jatuh, jama’ah mengangkatnya. Ketika ia goyah, jama’ah menguatkannya. Ketika ia bingung, jama’ah meneranginya. Ketika ia tersesat, jama’ah mengembalikannya.

Inilah makna sabda Nabi SAW,

Baca Juga: Ekopedagogi Islam, Belajar dari Alam yang Tergenang

إِنَّمَا يَأْكُلُ الذِّئْبُ مِنَ الْغَنَمِ الْقَاصِيَةَ

“Serigala hanya memangsa domba yang jauh dari kelompok.” (HR. Abū Dāwūd)

Fitnah ibarat serigala. Ia tidak menyerang orang yang dekat dengan jama’ah, tetapi mereka yang jauh, menyendiri, merasa cukup dengan dirinya sendiri.

Di tengah zaman penuh kebingungan, fitnah tidak akan pernah menang atas Muslim yang kokoh bersama jama’ah. Allah bersama jama’ah. Malaikat mencatat amal jama’ah. Rahmat turun kepada jama’ah. Dan fitnah tidak akan mampu menembus benteng yang dibangun atas dasar iman, ketaatan, dan persatuan.

Baca Juga: Nabi Daud Alaihi Salam, Utusan Allah dan Raja Muslim

Semoga Allah menetapkan hati kita dalam jama’ah yang benar, menjaga langkah kita dari fitnah akhir zaman, dan menjadikan persatuan sebagai cahaya yang menuntun hidup kita menuju ridha-Nya. Aamiin.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Masjidil Aqsa Selalu di Hati Orang Beriman

Rekomendasi untuk Anda