Jakarta, 19 Rajab 1436/8 Mei 2015 (MINA) – Kementerian Luar Negeri menggelar Forum Debriefing yang menghadirkan tiga orang duta besar yang telah menyelesaikan tugasnya di wilayah Asia- Afrika. Pada forum itu dipaparkan peluang kerjasama baru Indonesia di tiga negara.
Para diplomat itu adalah Duta Besar LBBP RI untuk Republik Demokratik Federal Ethiopia merangkap Republik Djobouti dan Uni Afrika, Ramli Saud, Duta Besar untuk Republik Demokratik Rakyat Korea Utara (Korut), Nasri Gustaman, dan Duta Besar untuk Papua Nugini Merangkap Republik Solomon Islands, Andareas Sitepu.
Secara umum mereka menyampaikan beberapa kesempatan peluang Indonesia untuk tampil dalam mengembangkan hubungan bilateral antara kedua negara. Seperti sektor ekonomi, perdagangan, pendidikan, dan pariwisata.
Duta Besar Indonesia untuk Republik Demokratik Korea, Nasir Gustaman dalam paparannya mengatakan sektor industri dan pendidikan dapat dijajaki oleh Indonesia dengan Korut dengan saling memberikan pemanfaatan yang bagus.
“Sudah banyak titik-titik wilayah di Korea Utara yang dibuka sebagai Zona Ekonomi Bebas, dan Rusia Timur, Siberia serta Cina sudah mulai menjajakinya, kenapa Indonesia tidak,” kata Nasir.
Nasir menambahkan, sektor industri tengah berkembang di sana dengan sumber daya manusia yang giat dan kompetitif bisa dieksploitasi. Selain itu Korea Utara juga sedang menjajaki sektor pendidikan dengan Indonesia.
“Sudah dijajaki sektor pendidikan, seperti Kim Il Sung University dengan Universitas Indonesia, dalam rangka pendidikan sebagai salah satu soft diplomacy dan begitu juga persahabatan diantara korut dan Indonesia dengan jalinan bunga anggrek,” tambahnya.
Selanjutnya, Duta Besar Indonesia untuk Papua Nugini Andreas Sitepu, memaparkan peran public diplomacy yang digagas pihaknya sehingga mampu mengcounter isu-isu yang kurang, selama ia bertugas di sana.
Baca Juga: Sertifikasi Halal untuk Lindungi UMK dari Persaingan dengan Produk Luar
“Kita lakukan pendekatan feeling touching dengan people to people contact sehingga kita bisa mampu mengcounter isu-isu negatif yg mudah berkembang di sana,” jelasnya.
Dengan pendekatan itu, menurut Andreas akan mampu memberikan kesempatan pendidikan kepada 100 orang siswa dari Papua Nugini untuk bersekolah di universitas-universitas yang ada di Indonesia. Serta berkembangnya akses sektor pariwisata antara Papua Nugini dengan Denpasar.
“Saat ini sudah ada akses penerbangan dari Bandara Port Moresby menuju Denpasar, walau hanya melayani sekali penerbangan setiap pekannya ini membuka kesempatan pariwisata untuk Indonesia,” ujarnya.
Duta Besar Indonesia untuk Ethiopia dan Uni Afrika Ramli Saud juga megatakan, peluang Indonesia cukup banyak untuk masuk dalam pangsa pasar perdagangan di Ethiopia ataupun Uni Afrika. Perkembangan selama 5 tahun hubungan diplomasi hanya mencapai 70 juta pertahun saja, berbeda dengan Malaysia yang bisa mencapai ratusan juta.
Baca Juga: Menko Budi Gunawan: Pemain Judol di Indonesia 8,8 Juta Orang, Mayoritas Ekonomi Bawah
“Ini peluang bagi pelaku sektor bisnis dan kementerian lainnya untuk ikut bekerja sama menjajaki pangsa pasar yang ada di sana, dengan sektor 90 juta penduduk kelas menengah, peluang yang baik untuk indonesia,” ujarnya di Ruang Nusantara, Kementerian Luar Negeri, Jl Pejambon,” Jakarta, Jumat (8/5).
Selanjutnya, Saud mengatakan untuk potensi ekonomi syariah dan wisata syariah memang sudah berjalan.
“Meskipun agama kristen ortodoks, mereka mengenal makanan halal dan haram, begitu juga dengan hal lainnya,”. ujarnya. (L/P007/R11)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Hingga November 2024, Angka PHK di Jakarta Tembus 14.501 orang.