Gagal Paham Media Barat Soal Pilkada DKI Jakarta

Foto halaman muka harian Wall Street Journal edisi Kamis 20 April 2017 yang mengangkat kemenangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno dalam pemilihan Gubernur . (Arsip)

Oleh: Rana Setiawan, Redaktur Kantor Berita MINA (Mi’raj Islamic News Agency)

Kemenangan Anies-Sandi dalam DKI Rabu 19 April 2017 lalu berdasarkan hasil hitung cepat KPUD mendapat tanggapan nyinyir dari . Mereka menyebutkan peristiwa itu sebagai kemenangan Islam garis keras atau radikal.

Media-media arus utama dari barat seperti The New York Times, Wall Street Journal, CNN, BBC, Majalah Times, kantor berita Associated Presse (AP), dan ABC News Australia banyak mengambil tema sedikit dibumbui dengan opini bahwa yang tercermin dalam Pilkada DKI Jakarta putaran kedua adalah pertarungan Islam vs Kristen. Kekalahan serta kemenangan Anies Baswedan itu diartikulasikan dalam terminologi atau diksi yang dihubungkan dengan permasalahan agama serta ras.

Sejumlah hasil hitung cepat dari lembaga survei memang menunjukkan bahwa gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), kalah telak dalam pemungutan suara putaran kedua melawan Anies Baswedan, mantan menteri pendidikan kabinet kerja Presiden Joko Widodo.

Mereka juga banyak mengambil framing seolah-olah hasil Pilkada DKI putaran kedua ini terjadi kekalahan di tubuh yang moderat dan yang menang adalah kubu radikal. Cara pandang ini memperlihatkan kegagalan media barat memahami politik Indonesia dan Jakarta. Untuk itu perlu dikoreksi. Justru persoalan sosial yang nampaknya diabaikan dalam laporan media-media Barat mengenai pemilihan umum di Jakarta ini.

Sepertinya media-media barat terlalu gegabah mengambil angel isu Pilkada DKI Jakarta yang menyinggung isu SARA.

Anies-Sandi tidak hanya didukung oleh kelompok Islam. Dalam kubu Anies, banyak pendukung yang beragama lain. Komunitas Kristiani Interdenominasi Gereja mengadakan deklarasi dukungannya terhadap pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur DKI Jakarta nomor pemilihan tiga, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, di Gedung Serba Guna, Senayan, Jakarta Pusat, pada hari Selasa (11/4/2017).

Deklarasi dukungan dari Komunitas Kristiani Interdenominasi Gereja ini ditandai dengan penandatangan nota dukungan oleh 12 orang pendeta dan dihadiri warga kristiani yang gerejanya termasuk dalam Komunitas Kristiani Interdenominasi Gereja.

Pada kesempatan itu, Sandi yang menghadiri deklarasi menyatakan bahwa pihaknya berkomitmen untuk berdiri di atas semua golongan jika nantinya terpilih. Ia berjanji tidak akan membedakan golongan, suku, ras, dan agama.

Begitu pun di kubu Calon petahana Ahok-Djarot, salah satu tim suksesnya adalah Muslim. Tokoh-tokoh beragama Islam yang masuk jajaran Tim Sukses Ahok di antaranya Effendy Choirie (Gus Choi), Mohamad Sangaji, Hasan Basri Umar, Ahmad Basarah, Muhammad Omar Sjarif, dan Abdul Aziz Muslim.

Partai Persatuan Pembangunan (PPP) kubu Djan Faridz juga mendeklarasikan dukungan untuk pasangan Ahok-Djarot di putaran kedua Pilkada DKI Jakarta ini.

Media-media barat jelas salah menilai jika menyebut bahwa kemenangan Anies Baswedan pada Pilkada DKI sebagai kemenangan Islam radikal. Terbukti Pilkada DKi Jakarta berhasil dilalui warga dengan damai tanpa ada gesekan, apalagi konflik.

Bahkan sebanyak 23 janji kampanye Anies-Sandi pun menawarkan program untuk semua warga Jakarta tanpa pandang golongan, suku, ras, dan agama.

Menutup tulisan ini saya mengutip pernyataan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla yang tak sungkan melayangkan protes kepada Wakil Presiden Amerika Serikat Michael Pence saat menjamunya di Istana Wakil Presiden, Kamis (20/04/2017), dengan menegaskan sekali lagi bahwa berita media Barat soal hasil Pilkada DKI Jakarta putaran kedua tidak benar. Kemenangan Anies-Sandi bukan kemenangan kelompok Islam garis keras. (R01/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)