Tel Aviv, 25 Dzulhijjah 1437/27 September 2016 (MINA) – Gas Israel telah disepakati dijual ke Yordania sebanyak 300 juta kaki kubik per hari untuk jangka waktu 15 tahun ke depan.
Konsorsium yang dipimpin Amerika Serikat (AS) untuk proyek pengembangan cadangan gas lepas pantai Israel pada Senin (26/) mengumumkan kesepakatan pertama yang menjual gas alam dari ladang gas Leviathan kepada Yordania.
Perusahaan AS Noble Energy yang menjadi mitra utama, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa kontrak ditandatangani pada Senin bersama National Electric Power Company of Jordan (NEPCO).
Kesepakatan juga mencakup opsi untuk membeli lagi 50 juta kaki kubik hingga total 350 juta setiap hari.
Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi
“Pendapatan kontrak bruto diperkirakan sekitar $ 10 miliar,” kata perusahaan Noble Energy, demikian The New Arab memberitakan yang dikutip MINA.
Pemerintah Israel hanya meratifikasi rencana konsorsium atas Leviathan pada 22 Mei lalu, setelah melalui perdebatan hukum dan politik yang panjang.
Noble Energy bermitra dengan perusahaan-perusahaan energi Israel seperti Delek Drilling, Avner Oil Exploration dan Ratio Oil Exploration.
“Penandatanganan perjanjian ekspor antara proyek Leviathan dan NEPCO merupakan hari bersejarah dan memposisikan Proyek Leviathan di tengah peta energi kawasan,” kata CEO Avner dan Delek Driling, Yossi Abu dalam sebuah pernyataan.
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah
Proyek ini sebelumnya diblokir oleh Mahkamah Agung Israel karena dianggap inkonstitusional dan para kritikus mengatakan bahwa proyek itu terlalu menguntungkan bagi perusahaan-perusahaan energi.
Perjanjian tersebut kemudian direvisi untuk mencerminkan keberatan pengadilan dan pemerintah Israel kemudian memberikannya lampu hijau.
Leviathan adalah ladang gas lepas pantai terbesar Israel dengan cadangan yang cukup untuk mengubah Israel yang sebelumnya miskin sumber daya menjadi eksportir signifikan.
“Para mitra dalam proyek Leviathan akan terus mengejar perjanjian jangka panjang dengan pelanggan lain di Mediterania timur, termasuk di Mesir, Turki dan Otoritas Palestina,” kata Abu.
Baca Juga: Komite Perlindungan Jurnalis Kutuk Israel atas Tebunuhnya Tiga Wartawan di Lebanon
Namun, kesepakatan itu menimbulkan kontroversi di Kerajaan Yordania. Meskipun perjanjian damai antara Yordania-Israel ditandatangani pada 1990-an, tapi rakyat Yordania menentang normalisasi hubungan dengan Israel. (T/P001/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: OJK Dorong Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah untuk Santri di Kalteng