Gaza, 18 Syawwal 1436/ 3 Agustus 2015 (MINA) – Jalur Gaza, Palestina, kini dibanjiri buah anggur dari beberapa wilayah terblokade itu menjelang musim panen buah itu yang sudah dimulai sejak sepekan lalu.
Menurut Koresponden MINA di Jalur Gaza, Miyanto, pada dua hari yang lalu, harga anggur di daerah terblokade itu masih berkisar 7 Shekel atau sekitar 25 ribu rupiah perkilo, namun hari ini dijual seharga 5 Shekel atau sekitar 15 ribu rupiah dan diperkirakan akan terus menurun seiring musim panen yang masih berlangsung.
“Tidak hanya di pasar saja tapi warga Gaza juga banyak yang menanam pohon anggur di halaman rumahnya, juga banyak perkebunan anggur di Gaza, dua bulan sebelumnya Gaza dibanjiri buah melon dan semangka,” jelasnya.
Sementara dalam Penelitian ilmiah Palestina mengungkapkan adanya 21 jenis anggur asli Palestina yang tak ada di dunia.
Baca Juga: Anakku Harap Roket Datang Membawanya ke Bulan, tapi Roket Justru Mencabiknya
Relawan Rumah Sakit Indonesia di Gaza itu juga mengatakan, tugas para petani Palestina di Gaza menjadi lebih sulit setelah blokade militer diberlakukan Israel sejak 2007, hingga tidak memungkinkan untuk mengekspor hasil pertanian mereka, termasuk anggur dan zaitun.
Sampai dengan 80 persen dari hasil pertanian Palestina dari Gaza dan Tepi Barat yang digunakan untuk dijual ke luar negeri, namun larangan ekspor telah menghancurkan ekonomi Gaza. Pada saat yang sama, pasokan penting termasuk bahan bakar dan listrik telah diatur secara ketat oleh Otoritas Pendudukan Israel.
“Jalur Gaza masih teblokade jadi masih sulit untuk menjual hasil pertaniannya ke luar negeri. Jadi pada masa panen hanya bisa dijual di pasar lokal saja. Namun jika hasil pertanian atau barang lainnya dari luar negeri seperti Mesir dan Israel bisa masuk,” tambah Miyanto.
Para Petani Gaza di Rafah, Khan Younis dan Beit Hanoun, berada di daerah perbatasan dengan wilayah jajahan Israel, kini dikenal sebagai daerah garis depan yang paling rawan. Di daerah sekitar perbatasan, tentara Israel telah membuldoser tanah pertanian dan dan tidak segan-segan menembak bagi siapa yang melewati zona penyangga itu.
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
Lebih dari 35 persen dari lahan pertanian Gaza berada di dalam apa yang disebut zona penyangga. Secara resmi, daerah terlarang untuk masuk ke area dengan panjang 300 meter dari perbatasan Gaza. Namun pada kenyataannya, mereka dapat memperpanjang area terlarang hingga 1.500 meter dari pagar perbatasan dan diberlakukan dengan cara mematikan.
Ia menjelaskan, pengangguran telah meningkat akibat susahnya barang masuk ke Gaza karena blokade dan agresi Israel yang terus berlanjuta. Maka, lanjutnya, dari hasil panen pertanian dapat menutupi keperluan dasar mereka.(L/P005/R05)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon