Gaza Hadapi Wabah Corona (Oleh: Dr. Ahmed Alioglu)

Oleh Dr.

Setelah pecahnya pandemi Virus Disease (COVID-19), semua fihak mencari cara dan mekanisme untuk mencegah penyebarannya. Selama beberapa tahun Jalur , wilayah kecil yang dikepung Zionis Israel dan Mesir, telah mendekam dalam isolasi dan kuncian total. Tidak seperti pengisolasian Corona Virus hari ini, warga Gaza telah mengalami pemadaman listrik dalam waktu yang tidak sebentar, penolakan perawatan medis, kekurangan kebutuhan dasar, perang dahsyat yang merenggut ribuan nyawa.

Maka saat ini, warga Gaza secara unik dilindungi oleh isolasi wajib dan karantina yang sudah berlangsung bertahun-tahun, sehingga warga Gaza lebih memahami tantangan yang ada di dunia setelah epidemi virus Corona. Hingga pekan lalu, Gaza aman dari virus. Doa diadakan di seputar Jalur Gaza dengan dua permohonan, yaitu pengampunan dan pemulihan untuk semua manusia tanpa terkecuali. Pekan lalu, dua kasus pertama COVID-19 di Gaza dikonfirmasi.

Blokade yang melumpuhkan telah secara kolektif menghukum dan memisahkan semua penduduk Gaza. Terakhir pada tahun 2018, Presiden AS Donald Trump menghentikan bantuan dana ke Badan Bantuan Pengungsi dan Kerja PBB (UNRWA) yang menyediakan layanan darurat, menyelamatkan banyak jiwa, perawatan kesehatan, dan pendidikan bagi para pengungsi di Timur Tengah termasuk jalur Gaza. Dana ini juga digunakan untuk pendidikan bagi 500.000 anak laki-laki dan perempuan, vaksinasi dan klinik kesehatan yang memberikan layanan kepada lebih dari tiga juta pengungsi.

Karena persaingan politik, Otoritas Palestina (PA) di Tepi Barat tidak hanya melepaskan wilayah Gaza yang dikuasai Hamas yang terkepung, tapi juga memberlakukan sanksi dan menolak memberikan gaji karyawan pemerintah.

Dilema multidimensi Gaza diperburuk oleh rezim Mesir yang telah menutup satu-satunya penyeberangan perbatasan selama dekade terakhir. Sebagian telah dibuka kembali setelah dua tahun terakhir. Di samping itu Gaza tidak memiliki Bandara sejak dibombardir Zionis Israel pada awal tahun 2000-an pada awal intifada kedua Palestina.

Oleh karena itu, pengepungan Zionis Israel, penghentian bantuan  dana oleh Trump, sanksi Otoritas Palestina dan isolasi yang terus-menerus dari Mesir terhadap wilayah pantai kecil itu, mengubah Gaza menjadi entitas yang sangat rentan terhadap wabah virus.

Palestina dengan serius mengikuti pemberitaan-pemberitaan pandemi melalui media yang tak henti-hentinya, warga Palestina harus bersiap untuk menghadapi kondisi yang terburuk.

Embargo Israel dan sikap  Otoritas Palestina telah menimbulkan kerusakan luar biasa pada fasilitas kesehatan Gaza yang telah sangat memburuk selama dekade terakhir. Orang bisa membayangkan betapa sulitnya bagi Jalur Gaza menghadapi ancaman pandemi Corona. Fasilitas kesehatan punya pemerintah hanya memiliki 60 tempat tidur, ICU hanya bisa menampung dua orang dan tidak semua fasilitas kesehatan itu beroperasi karena kekurangan staf.

Turki, pendukung kuat perjuangan Palestina, telah berjanji akan mendukung warga Palestina dalam perjuangan melawan virus Corona. Hal tersebut diperkuat dengan adanya laporan bahwa Presiden Turki, Recep Toyyib Erdogan telah menelpon pemimpin Palestina dan menekankan dukungan Turki untuk Palestina memerangi virus tersebut.

Pada Ahad, (22/3), Qatar mengumumkan bantuan sebesar 150 juta dolar AS kepada Jalur Gaza selama enam bulan, untuk mendukung program-program kemanusiaan PBB di wilayah Palestina dan upaya-upaya untuk mengendalikan wabah virus Corona.

Dengan sumber daya yang sangat terbatas, otoritas Hamas di Jalur Gaza telah mulai membangun 1.000 kabin isolasi di dekat perbatasan selatan dengan Mesir. Pengusaha dan pemilik hotel telah secara sukarela menawarkan hotel dan tempat mereka untuk digunakan sebagai pusat karantina.

Sementara itu Israel, sejauh ini sudah mencatat adanya 1.442 kasus COVID-19 dari penduduk total sebanyak  8,6 juta (1,9 juta di antaranya adalah orang Arab), dengan 59 kasus di Wilayah Palestina.

Pada 18 Maret, Presiden Israel, Reuven Rivlin mengadakan pembicaraan tilpon dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas, untuk mengadakan kerjasama timbal balik menghadapi. Kerjasama ini tidak bisa dihindari.

Namun, sementara pemerintah dunia mengambil langkah-langkah mendesak untuk menghadapi ancaman penyakit yang belum pernah terjadi sebelumnya, otoritas Israel menghancurkan ratusan hektar      lahan pertanian di dua komunitas Badui di Gurun Negev di Wilayah Palestina yang didudukinya.

Keadaan  itu menunjukkan bahwa Israel mengajak kerjasama dengan Otoritas Palestina adalah karena satu alasan, yaitu untuk keselamatan warga negaranya sendiri dari pandemi. Maka peluang bahwa bahaya penyakit ini akan segera mengubah sudut pandang Israel terhadap Palestina menjadi sangat kecil. Maunya Israel bekerjasama utamanya adalah untuk kepentingan menyelamatkan warganya sendiri.

Dan blokde Israel terhadap Gaza akan tetap utuh, dengan atau tanpa wabah virus. Warga Gaza jangan mati dalam diam. (AT/R12/P1).

Mi’raj News Agency (MINA).

Wartawan: hadist

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.