Lima pemain sepak bola telah bergabung dengan tim utama Gaza untuk orang-orang bertubuh pendek.
Mereka berlatih dan mengkoordinasikan diri untuk mengikuti turnamen di luar Jalur Gaza, langsung setelah Ramadhan. Demikian dikutip dari MEMO, Jumat (17/3).
Dibentuk oleh Asosiasi Sepak Bola Palestina untuk Amputasi (Ahlia), tim tersebut merupakan bagian dari tim sepak bola nasional Palestina untuk perawakan pendek, yang didirikan di Lebanon pada tahun 2021, dan telah diakui oleh Asosiasi Sepak Bola Nasional.
Di tengah peluit dan sorakan dari orang-orang dan penggemar yang memenuhi gimnasium di Gaza, para pemain mengungkapkan harapan mereka bahwa tim akan “mengubah citra masyarakat tentang orang-orang bertubuh pendek dan mengibarkan panji Palestina.”
Baca Juga: Pemukim Yahudi Ekstremis Rebut Rumah Warga Yerusalem di Silwan
Tim rencananya akan berpartisipasi di pertandingan pertamanya di Maroko pada bulan Mei.
Alaa Miqdad yang berusia empat puluh tahun, dengan tinggi 1,18 meter, telah bekerja sebagai badut selama lebih dari 21 tahun. Dia mengungkapkan kegembiraannya bergabung dengan tim sepak bola pertama untuk orang-orang bertubuh pendek di Gaza.
“Selama bertahun-tahun, kami telah mempraktikkan olahraga ini sebagai hobi, dan kami memainkannya dengan teman-teman di lingkungan kami atau di klub olahraga, tetapi untuk pertama kalinya kami merasakan entitas yang menyatukan kami dalam satu tim, dan memberi kami harapan untuk partisipasi masyarakat yang berharga,” kata Miqdad.
“Pandangan masyarakat terhadap orang bertubuh pendek telah berubah seiring dengan meluasnya kesadaran, karena kelompok ini menjadi sasaran intimidasi bertahun-tahun yang lalu, tetapi hari ini mereka telah menjadi bagian penting dari masyarakat,” lanjut Miqdad.
Baca Juga: Media Ibrani: Netanyahu Hadir di Pengadilan Atas Tuduhan Korupsi
Rekan setimnya, Haitham Al-Sakka yang berusia 34 tahun tidak setuju. Sebagai seorang petugas program komunitas di sebuah institusi Inggris di Gaza, dia percaya bahwa masyarakat tidak mengubah pandangannya terhadap orang-orang bertubuh pendek.
“Kesulitan yang dihadapi orang pendek di Jalur Gaza terletak pada pandangan masyarakat yang masih memperlakukan kami sebagai penyandang disabilitas dan tidak menerima kami,” ujar Al-Sakka.
Ia mengatakan, pandangan ini mempengaruhi partisipasi masyarakat dari orang-orang bertubuh pendek dan akses mereka ke layanan seperti kesehatan, pendidikan dan pekerjaan.
“Tapi kami mendobrak pandangan itu, melalui partisipasi kami dalam kegiatan komunitas. Kami adalah pemilik isu dan kami berada di lapangan saat ini dan kami adalah pemilik perubahan,” tambahnya.
Baca Juga: Hamas Sayangkan Terbunuhnya Pejuang Perlawanan di Tepi Barat, Serukan Faksi Palestina Bersatu
Al-Sakka mulai bermain sepak bola ketika dia masih menjadi siswa di sekolah dan mengembangkan keterampilan ini sendiri. Ia menunjukkan bahwa timnya sedang melakukan “pelatihan intensif menjelang pertandingan berikutnya.”
Kepala Asosiasi Sepak Bola Palestina untuk Amputasi, Fouad Abu Ghalioun, menjelaskan tim tersebut menghadapi kesulitan keuangan dan teknis sejak dibentuk dan berjuang untuk mendapatkan sponsor, terutama karena ini adalah tim pertama di Jalur Gaza. Tim juga menghadapi perjuangan yang menyangkut kesehatan para pemain.
“Kami tidak memiliki pengetahuan kesehatan yang lengkap tentang kondisi mereka, seperti kemampuan mereka menahan goncangan bola, kebugaran mereka di lapangan dan kemampuan mereka untuk menangani dengan cepat,” ujarnya.
Namun asosiasi sedang melakukan observasi dengan berkomunikasi kepada dokter dari luar negeri untuk memastikan pertandingan tidak mempengaruhi kesehatan tim. (T/R7/P2)
Baca Juga: Penjajah Israel Serang Sejumlah Desa dan Kota di Tepi Barat
Mi’raj News Agency (MINA)