Jakarta, 22 Syawwal 1437/27 Juli 2016 (MINA) – Pemerintah Indonesia membangun empat gedung asrama mahasiswa di Al-Azhar, Kairo. Gedung berkapasitas 1.200 mahasiwa itu selesai dibangun dan telah diserahkan pengelolaannya kepada Al-Azhar.
Penyerahan pengelolaan gedung kepada Al-Azhar dilakukan langsung oleh Menag, Lukman Hakim Saifuddin kepada Grand Sheikh Al Azhar Ahmad al-Thayyeb. Setengah dari kapasitas gedung itu akan diperuntukan bagi mahasiswa Indonesia, sedang sisanya untuk mahasiswa Mesir dan asing lainnya. Tujuannya, mahasiswa Indonesia bisa beinteraksi dengan warga asing lainnya. Demikian laporan laman resmi Kemenag yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Di luar dugaan Menag, Grand Sheikh Al Azhar justru menghendaki agar seluruh gedung asrama hibah Pemerintah Indonesia diperuntukan bagi mahasiswa asal Indonesia. “Saya tidak menduga kalau Grand Sheikh ternyata mempersilakan Pemerintah Indonesia untuk memanfaatkan sepenuhnya untuk kepentingan mahasiswa Indonesia, dengan mempertimbangkan prestasi, umur, jenis kelamin, dan kondisi lainnya,” terang Menag saat bertemu Grand Sheikh di area komplek Darrasah Al-Azhar University, beberapa waktu lalu.
“Komite bersama yang terdiri dari unsur KBRI dan Al-Azhar akan menindaklanjuti hal teknis terkait hal ini,” tambahnya.
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru
Selain hibah asrama dari Indonesia, menurut Al-Thayyeb, saat ini Al-Azhar juga tengah membangun gedung asrama mahasiswa asing yang berkapasitas 40.000 orang atas biaya Pemerintah Arab Saudi. Untuk tahap pertama, akan dibangun gedung untuk menampung 10.000 mahasiswa, yang ditargetkan akan selesai dua hingga tiga tahun ke depan.
Kepada Menag, Grand Sheikh menegaskan, komitmen Al Azhar untuk mendukung dan memberikan perhatian penuh kepada mahasiswa Indonesia. Menurutnya, secara rutin Al-Azhar memantau perkembangan mahasiswa melalui pertemuan untuk mengetahui problem yang mereka hadapi. Hal ini penting, lanjut Al-Thayyeb, untuk mengantisipasi agar mahasiswa tidak direkrut oleh kelompok-kelompok yang tidak bertanggungjawab.
“Saya meminta Kedutaan Besar RI untuk memberikan data mahasiswa dan kondisi keuangan mereka. Dalam suasana terhimpit secara ekonomi, tidak tertutup kemungkinan mahasiswa dimanfaatkan oleh kelompok tersebut. Jangan sampai mereka merusak reputasi al-Azhar ketika kembali ke Tanah Air, karena selama di Mesir tidak belajar dengan sungguh-sungguh,” tandas Ahmad al-Thayyeb.
Menag Lukman menanggapi positif keinginan dan imbauan Grand Sheikh. Ia menyatakan, Kementerian Agama sudah mengantisipasi hal itu sejak di Tanah Air. Setiap calon mahasiswa Indonesia yang akan ke Mesir harus mendapat rekomendasi Kemenag setelah mengikuti ujian kompetensi.
Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia
Selain itu, sebagai bentuk perhatian, dukungan, dan apresiasi Al-Azhar kepada Indonesia, Grand Sheikh juga berharap jika Pemerintah Indonesia membutuhkan tenaga dengan keahlian dan kompetensi tertentu, Al-Azhar siap memenuhinya. “Al Azhar akan mempersiapkan kader, demi kebangkitan Indonesia dalam berbagai bidang,” tegasnya.
Akan hal ini, Menteri Lukman menyatakan, prioritas utama ke depan adalah penyiapan kader bangsa yang mendalami bidang agama. Harapannya akan terlahir calon pemimpin bangsa yang memiliki spiritualitas yang kuat, sehingga sikap religiusitas melekat dalam setiap pengabdian di mana pun mereka berada. (T/P006/R03)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Matahari Tepat di Katulistiwa 22 September