Jakarta, 4 Jumadil Akhir 1437/13 Maret 2016 (MINA) – Pengamat sosial politik keindonesiaan Geisz Chalifah mengatakan, dalam situasi menjelang pemilihan kepala daerah seperti di DKI Jakarta, suasana politik semakin menghangat, hingga seringkali terjadi diskriminasi media terhadap umat Islam.
“Media-media mainstream dalam berbagai pemberitaan seringkali menyudutkan pilihan berdasarkan persamaan keimanan atau religi, dinyatakan sebagai pilihan berdasarkan rasisme,” ujar alumni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) itu, dalam wawancara dengan Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj Islamic News Agency), Sabtu (12/3) malam.
Menurut Geisz yang juga Ketua yayasan Rahmatan lil ‘Alamin, penggunaan preferensi politik berdasarkan primordial, agama, maupun kedekatan emosional tak ada kaitannya dengan rasisme.
“Memilih dalam pemilu itu hak individual dengan berbagai pertimbangan, termasuk pertimbangan agama. Tak ada rasisme dalam konteks itu,” ujarnya.
Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina
Geisz Chalifah pun memberi contoh, Amerika Serikat sebagai negara yang disebut sebagai kampiun demokrasi. Bahwa sampai hari ini Presiden Amerika beragama Katholik hanya John F Kennedy. Selain itu seluruhnya adalah beragama Protestan apakah masyarakat Amerika rasis bila dilihat dari konteks itu?, katanya.
“Belum lagi silogisme yang menyatakan lebih baik pemimpin nonmuslim yang tidak korup ketimbang pemimpin Muslim tapi korup. Kalimat ini sangat tendensius seolah-olah setiap pemimpin Muslim dipastikan korup. Padahal secara pendataan belum tentu,” ujar pengamat yang juga Produser yang membidani Jakarta Melayu Festival itu.
Ia menambahkan, jika umat Islam memilih berdasarkan pertimbangan agama, itu adalah sah, sebagaimana sahnya seorang nonmuslim mencalonkan diri menjadi kandidat Gurbernur misalnya, karena semuanya itu dilindungi oleh Undang-Undang. (L/P4/R05)
Baca Juga: Warga Israel Pindah ke Luar Negeri Tiga Kali Lipat
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)