Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gelombang Panas Ekstrem Landa Iran, Pemerintah Serukan Penghematan Air

Widi Kusnadi Editor : Rudi Hendrik - 43 detik yang lalu

43 detik yang lalu

0 Views

Krisis air di sejumlah negara di Asia Barat (Foto: X)

Teheran, MINA – Iran tengah menghadapi gelombang panas ekstrem dengan suhu yang mencapai rekor tertinggi dalam sejarah negara tersebut. Suhu di beberapa wilayah bahkan dilaporkan melebihi 50 derajat Celcius, menjadi yang terpanas sepanjang tahun ini.

Di ibu kota Teheran, suhu udara tercatat mencapai 40 derajat Celcius pada Ahad (20/7). Lembaga meteorologi setempat memperkirakan suhu di kota itu dapat meningkat hingga 41 derajat Celcius dalam pekan ini, seiring dengan bertahannya cuaca panas yang menyengat. Press TV melaporkan.

Kondisi cuaca ekstrem ini memicu krisis air yang parah di berbagai daerah, termasuk Teheran. Pemerintah Iran pun menyerukan penghematan air secara nasional untuk menekan risiko kekeringan berkepanjangan. Pemerintah daerah bersama lembaga pengelola air meminta warga mengurangi konsumsi air setidaknya 20 persen.

Data otoritas air Iran menunjukkan bahwa tingkat air di waduk-waduk yang menjadi sumber utama pasokan bagi Teheran kini berada pada titik terendah dalam 100 tahun terakhir. Penurunan curah hujan yang terjadi selama beberapa tahun belakangan menjadi penyebab utama krisis tersebut.

Baca Juga: Tentara Arakan Kenakan Pajak atas Rumah-Rumah Muslim Rohingya di Maungdaw

Namun, para pakar mengingatkan bahwa krisis air di Iran tidak hanya dipicu oleh perubahan iklim global. Salah kelola sumber daya air, eksploitasi besar-besaran terhadap air tanah, serta sistem irigasi yang boros turut memperburuk keadaan. Kawasan selatan Iran menjadi wilayah yang paling terdampak akibat over-eksploitasi air tanah yang menyebabkan permukaan tanah menurun drastis.

Sebagai langkah darurat, Pemerintah Iran berupaya mengurangi tekanan konsumsi air dan listrik selama gelombang panas berlangsung. Salah satunya adalah dengan menetapkan hari libur di Provinsi Teheran pada Rabu (23/7) untuk mengurangi aktivitas yang berpotensi memperbesar penggunaan energi dan air.

Juru Bicara Pemerintah Iran, Fatemeh Mohajerani, melalui media sosial menyampaikan bahwa kebijakan ini diambil dengan mempertimbangkan kondisi panas ekstrem yang terus berlanjut. “Kami mempertimbangkan panas ekstrem yang terus berlangsung serta pentingnya menghemat air dan listrik,” ujarnya dikutip Al Jazeera, Senin (21/7/2025).

Selain itu, kebijakan pemadaman air juga mulai diberlakukan di sejumlah wilayah Teheran dengan durasi antara 12 hingga 18 jam per hari. Ketua Dewan Kota Teheran, Mehdi Chamran, meminta warganya agar lebih bijak dalam menggunakan air untuk mencegah krisis yang lebih buruk di masa mendatang.

Baca Juga: Ulama Negara-Negara Teluk Desak Selamatkan Gaza

Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) sebelumnya telah memperingatkan bahwa kawasan Timur Tengah, termasuk Iran, akan mengalami peningkatan frekuensi dan intensitas gelombang panas akibat perubahan iklim. Kondisi ini diperparah oleh urbanisasi yang masif tanpa perencanaan lingkungan yang matang, sehingga kota-kota besar seperti Teheran menjadi lebih rentan terhadap krisis air dan energi.

PBB mencatat bahwa Iran termasuk dalam 20 negara dengan risiko krisis air tertinggi di dunia. Jika tidak segera ditangani dengan kebijakan berkelanjutan, Iran diprediksi akan menghadapi ancaman serius berupa migrasi besar-besaran akibat kekeringan dan menurunnya kualitas hidup penduduk. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Pemimpin Spiritual Druze Suriah Dukung Gencatan Senjata

Rekomendasi untuk Anda