Kiev, Ukraina, 11 Dzulqa’dah 1435/6 Sepetember 2014 (MINA) – Kondisi Gencatan senjata terlihat di wilayah Ukraina Timur, Sabtu (6/9), setelah Pemerintah Kiev dan kelompok pro-Rusia sepakat pada Jumat (5/9) untuk menghentikan pertempuran yang sudah berlangsung sejak lima bulan lalu.
Presiden Ukraina Petro Poroshenko dalam sebuah pernyataan resmi memerintahkan tentaranya untuk melakukan gencatan senjata, sementara kelompok di Donetsk mengumumkan di media sosial bahwa mereka telah berhenti bentrok dengan tentara Ukraina.
“Harga tertinggi adalah kehidupan manusia. Kita harus melakukan segala kemungkinan dan mustahil mengakhiri pertumpahan darah dengan menghabisi rakyat,” kata Poroshenko, Anadolu Agency yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Menurut catatan PBB, lebih dari 2.500 orang telah tewas di Ukraina Timur yang bergolak sejak pertengahan April.
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
Namun, Dmitry Tymchuk, pejabat Pusat Militer dan Penelitian Politik yang berbasis di Kiev, menuding separatis melanggar gencatan senjata dengan menembaki pasukan pemerintah di wilayah Donbas.
Perwakilan dari Republik Rakyat Donetsk dan Republik Rakyat Luhansk yang memroklamirkan kemerdekaannya secara sepihak, termasuk Perdana Menteri Donetsk Alexander Zakharchenko, mengadakan pembicaraan dengan pemerintah Ukraina dan Rusia serta Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE).
“Langkah berikutnya yang terpenting adalah agar dilaksanakan dengan itikad baik,” kata Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen, Jumat di Newport, Wales.
Presiden AS Barack Obama mengatakan di KTT NATO, meskipun kesepakatan gencatan senjata disambut baik oleh NATO dan OSCE, tapi NATO sepakat untuk “memperdalam dan memperluas sanksi” terhadap Rusia di bidang perbankan, energi dan di sektor pertahanan.
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel
“Aliansi kami sepenuhnya bersatu dalam mendukung kedaulatan, kemerdekaan dan integritas teritorial Ukraina,” kata Obama.
NATO sepakat untuk membentuk kekuatan militer baru yang mampu dikerahkan dengan cepat dalam hitungan hari untuk menanggapi ketegangan yang sedang berlangsung di Ukraina.
Sementara itu, pemimpin Republik Rakyat Luhansk, Igor Plotnitsky mengatakan, separatis pro-Rusia akan terus berjuang untuk brdiri independen dari Ukraina.
Kerusuhan di Ukraina Timur pecah di dua wilayah terpisah sejak April, ketika Kiev meluncurkan operasi militer di provinsi Donetsk dan Luhansk untuk mengembalikan kontrol pemerintah, setelah separatis menyatakan kemerdekaan di wilayah tersebut. (T/P001/P4)
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)