Oleh: Ali Farkhan Tsani, Duta Al-Quds Internasional
GERAKAN Perlawanan Islam (Hamas) mengucapkan selamat kepada rakyat Palestina, bangsa Arab dan dunia Islam, dan warga di seluruh dunia, atas pembebasan gelombang pertama tahanan Palestina dari penjara pendudukan zionis Israel.
Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, menyebut kemenangan itu sebagai “Badai Kebebasan” (Thufanul Ahrar).
Pada penerimaan tahanan warga Palestina, Senin dini hari (20/1/2025), ribuan rakyat Palestina keluar untuk menyambut para tahanan yang baru saja bebas. Tampak ekspresi kehausan warga Palestina akan kebebasan, pembebasan tanah air dan tempat-tempat suci.
Baca Juga: Malu dalam Perspektif Islam: Pilar Akhlak Mulia
Ini menegaskan dukungan rakyat Palestina terhadap para pejuang perlawanan dan menegaskan posisi kokoh perlawanan Hamas di hati nurani warga.
Dari gambar tiga tahanan perempuan warga Israel yang diserahkan ke pihak pendudukan, mereka dalam kondisi sehat jasmani dan rohani. Sementara tahanan laki-laki dan perempuan tahanan Palestina menunjukkan tanda-tanda penelantaran dan kelelahan.
Para pengamat menilai menunjukkan perbedaan besar antara nilai-nilai dan etika perlawanan dengan kebiadaban pendudukan.
Hamas mengatakan dalam sebuah pernyataan, “Kami berdiri di momen bersejarah ini dengan rasa hormat dan penghargaan setinggi-tingginya atas pengorbanan orang-orang hebat kami di Jalur Gaza dan perlawanan kami yang penuh kemenangan.”
Baca Juga: Tanda “Kiamat” Bagi Zionis Israel
Hamas juga membuktikan pada dunia bahwa mereka memperlakukan tahanan musuh dengan baik, dengan tetap memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan. Tidak seperti zionis yang memperlakukan tahanan di luar batas-batas kemanusiaan.
Hamas juga semakin mengokohkan nilai perjuangannya di hadapan rakyat Palestina, dengan menjadikan pertukaran para tahanan, baik laki-laki, perempuan maupun anak-anak, sebagai bagian dari isi kesepakatan gencatan senjata.
Hamas Mendikte
Isi kesepakatan antara Hamas dan Israel, yang dimediasi Qatar, Mesir dan Amerika Serikat, menunjukkan Hamas pada posisi mendikte atau mengendalikan isi kesepakatan.
Baca Juga: Melihat Mona Lisa Di Musée Du Louvre Paris
Beberapa poin menunjukkan hal itu, meliputi:
Pertama, gencatan senjata di seluruh Jalur Gaza.
Walaupun Israel sempat menunda-nunda hingga 3 jam, gencatan senjata di Gaza mulai berlaku Ahad (19/1/2025) pukul 11.15 waktu Yerusalem, atau sekitar 16.15 WIB, dari rencana semula pukul 08.15 waktu setempat.
Israel mengonfirmasi telah menerima nama tiga sandera dari Hamas, yang akan dibebaskan pada hari pertama pelaksanaan kesepakatan tersebut, barulah memulai gencatan senjata.
Baca Juga: Pagar Laut Tangerang Dibongkar, Tapi Siapa Aktor Pembuatnya?
Tentara Israel rupanya memanfaatkan penundaan waktu tersebut untuk melakukan serangan di beberapa kota di Jalur Gaza, yang menewaskan sedikitnya 10 warga, dan puluhan lainnya terluka. Namun pejuang perlawanan tidak terjebak dan tidak terprovokasi ulah zionis Israel yang hendak memancing serangan balik Hamas.
Israel berharap hal itu akan menjadi alasan untuk membatalkan gencatan senjata. Alasan yang dikemukakan Benjamin Netanyanu, pihaknya belum menerima daftar nama-nama sandera yang akan dibebaskan Hamas. Hamas pun bergerak cepat, kalau kendala teknis masih dianggap bermasalah, dalam hitungan detik daftar nama-nama itupun diserahkan.
Kedua, pertukaran sandera Israel dan tahanan Palestina.
Pada hari pertama pertukaran tahanan, Hamas terlebih dahulu membebaskan tiga sandera perempuan, atas nama Emily Damari (28), Romi Gonen (24), dan Doron Steinbrecher (31), dalam serah terima yang menegangkan kepada Palang Merah di jalan Kota Gaza, Ahad malam (19/1/2025).
Baca Juga: Warga Gaza Hadapi Gencatan Senjata, Antara Suka dan Duka
Rekaman menunjukkan mereka dikelilingi oleh ribuan orang, disertai oleh pria-pria tegap bertopeng dan bersenjata yang mengenakan ikat kepala hijau Hamas.
Di Tel Aviv, ribuan keluarga sandera yang berkumpul untuk menonton berita di layar lebar bertepuk tangan.
Selama berbulan-bulan, warga Israel selalu turun ke jalan di alun-alun setiap akhir pekan untuk menuntut kesepakatan gencatan senjata.
Di pihak lain, Israel baru membebaskan 90 tahanan Palestina, Senin dini hari (20/1/2025).
Baca Juga: Bencana Kebakaran Los Angeles dalam Perspektif Al-Qur’an
Ribuan warga Palestina, baik di Jalur Gaza maupun di Tepi Barat, turun ke jalan, sambil meneriakkan kalimat takbir, “Allahu Akbar… Allahu Akbar…!”. Warga juga bertepuk tangan dan menyalakan kembang api ke angkasa.
Hal itu menandai penyambutan gencatan senjata dan penerimaan tahanan, saudara-saudara mereka yang baru saja dibebaskan, hasil dari kesepakatan Hamas-Israel.
Lembaga-lembaga tahanan dan pasukan nasional Palestina menyerukan “untuk menerima tahanan perempuan dan laki-laki kami di kota Beitunia, sebelah barat Ramallah, di Tepi Barat bagian tengah, dan untuk berkumpul.”
Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) memberikan apresiasi atas partisipasi luas dalam kegiatan kesepakatan “Badai Kebebasan”, dan menerima para tahanan yang dibebaskan dari penjara pendudukan pada tahap pertama.
Baca Juga: Pertukaran Tahanan, Bagaimana Nasib Jenazah Al-Sinwar?
Dalam pernyataannya, pimpinan Hamas mengatakan, “Tahanan heroik kita memiliki janji kebebasan mulai hari ini, dan ini adalah perjanjian tegas kita dengan mereka selamanya, sampai mereka melepaskan belenggu sipir penjara dan menghirup kebebasan di langit Palestina.”
Isi kesepakatan juga menyebutkan, 9 yang sakit dan terluka dari daftar 33 sandera akan dibebaskan sebagai imbalan atas pembebasan 110 tahanan Palestina yang menjalani hukuman seumur hidup.
Israel juga bersedia membebaskan 1.000 tahanan asal Gaza yang ditangkap sejak 8 Oktober 2023 dan tidak terlibat dalam peristiwa 7 Oktober 2023.
Ketiga, masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-41] Menundukkan Hawa Nafsu
Pada hari pertama dimulainya gencatan senjata, Jalur Gaza menyaksikan masuknya 634 truk bantuan kemanusiaan melalui penyeberangan darat, Ahad (19/1), menurut Sumber di Kementerian Dalam Negeri di Gaza.
Dari jumlah tersebut, 310 truk tiba di Gaza utara, termasuk bahan bakar, pasokan medis, pasokan makanan, sayur-sayuran dan buah-buahan, selain 324 truk ke Jalur Gaza selatan.
Kesepakatan gencatan senjata menetapkan, dalam tahap pertama, 600 truk bantuan kemanusiaan akan memasuki Jalur Gaza setiap hari, dan bahwa penyeberangan Rafah antara Gaza dan Mesir akan dibuka kembali pada hari ke-7 kesepakatan.
Selain 634 truk tersebut, Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengumumkan pihaknya telah menyiapkan 4.000 truk bantuan untuk memasuki Gaza.
Baca Juga: Potret Ademnya Masjid Tuo Al-Khairiyah di Tapaktuan
Badan tersebut mengatakan di platform X-nya Ahad sore (19/1/2025) usai dimulainya gencatan senjata.
“UNRWA memiliki 4.000 truk penuh dengan bantuan yang siap memasuki Jalur Gaza, setengahnya membawa makanan dan tepung,” ujar Komisaris Jenderal UNRWA, Philippe Lazzarini.
“Serangan terhadap konvoi bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza dapat berkurang pasca gencatan senjata,” lanjutnya.
Keempat, penarikan pasukan Israel dari Jalur Gaza.
Baca Juga: Pengusiran Jurnalis di Konferensi Pers Menlu AS dan Seruan Keadilan untuk Palestina
Isi kesepakatan juga menyebutkan, penarikan pasukan Israel ke arah timur dari daerah padat penduduk di sepanjang perbatasan Jalur Gaza, termasuk Lembah Gaza (poros Netzarim dan Bundaran Kuwait).
Pihak Israel juga besedia secara bertahap mengurangi pasukan di wilayah koridor selama tahap pertama, sesuai dengan peta yang disepakati dan kesepakatan antara kedua belah pihak.
Setelah pembebasan sandera terakhir dari tahap pertama, pada hari ke-42, pasukan Israel memulai penarikan diri dan menyelesaikannya paling lambat pada hari ke-50.
Kelima, dibukanya penyeberangan Rafah.
Isi kesepakatan juga menyatakan, Penyeberangan Rafah akan siap untuk memindahkan warga sipil dan yang terluka. Israel akan mempersiapkan penyeberangan segera setelah perjanjian ditandatangani.
Sejumlah 50 personel militer yang terluka akan diizinkan menyeberang setiap hari, ditemani oleh 3 orang. Masing-masing individu ini memerlukan persetujuan Israel dan Mesir.
Keenam, pemulangan pengungsi internal Gaza.
Isi kesepakatan menyebutkan, pada hari ke-7, para pengungsi internal (di wilayah Gaza) akan diizinkan kembali ke utara, tanpa senjata dan tanpa pemeriksaan, melalui Jalan Rasyid.
Pada hari ke-22, mereka akan diizinkan kembali ke utara dari Jalan Salahuddin, tanpa pemeriksaan.
Pada hari ke-7, kendaraan akan diizinkan kembali ke utara sumbu Netzarim setelah kendaraan tersebut diperiksa oleh perusahaan swasta yang akan ditentukan oleh mediator dalam koordinasi dengan pihak Israel, dan berdasarkan mekanisme yang disepakati.
Kemenangan Palestina Keseluruhan
Itu semua jelas menunjukkan betapa perjuangan perlawanan Palestina, Hamas dan faksi-faksi lain, serta seluruh rakyat Gaza dan tepi Barat, memperoleh kemenangan besar. Sementara Israel mengalami kekalahan.
Ini seperti dikatakan Pengamat politik Timur Tengah, Iyad Al-Qarra yang mengatakan, munculnya puluhan Brigade Al-Qassam dengan seragam resmi dan kendaraan modern saat penyerahan sandera Israel menunjukkan kegagalan pendudukan Israel melenyapkan Hamas.
Menurut Al-Qarra, Brigade Al-Qassam menyerahkan sandera tiga wanita pada gelombang pertama, di tengah kerumunan ribuan warga, di salah satu lapangan terpenting di Kota Gaza “Lapangan Saraya” menunjukkan penampilan besar para pejuang Al-Qassam.
“Pemandangan serah terima itu menegaskan kegagalan pendudukan Israel untuk mencapai tujuan perang melenyapkan Hamas secara militer dan secara politis,” ujarnya. Seperti dilaporkan Quds Press.
Saat penyerahan sandera, didahului dengan pengerahan puluhan polisi Palestina berseragam resmi, yang menjaga ketertiban dan mengatur agar warga dapat kembali ke rumah mereka.
Pengamat politik Israel, Avi Issacharoff sendiri mengatakan, “Foto-foto pembebasan tiga tahanan perempuan dari Gaza mengonfirmasi tingkat kekalahan politik Israel.”
“Bahkan setelah 15 bulan perang, Hamas tetap berkuasa,” ujarnya.
Analis militer Israel, Amir Bohbot, mengomentari tentang Abu Ubaidah yang masih eksis, sebagai juru bicara sayap militer Hamas.
“Itu menunjukkan kegagalan sistem keamanan yang selama bertahun-tahun tidak mementingkan kewaspadaan dan perang psikologis di era arus informasi dan media sosial,” ungkapnya.
Beberapa menit usai dimulainya gencatan senjata, Juru bicara militer Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, Abu Ubaidah, menegaskan pengorbanan rakyat Palestina dalam perjuangan melawan pendudukan tidak sia-sia.
“Rakyat kami telah melakukan pengorbanan yang belum pernah terjadi sebelumnya demi kebebasan mereka selama 471 hari, dalam pertempuran bersejarah Badai Al-Aqsa,” ujarnya.
Ia menambahkan dalam pidato yang direkam dalam video, “pengorbanan besar dan darah yang ditumpahkan oleh rakyat kami tidak sia-sia.”
Dia mengatakan, pertempuran Badai Al-Aqsa yang dimulai dari pinggiran Jalur Gaza, telah mengubah wajah wilayah tersebut dan membuka garis depan pertempuran baru.
Pertempuran itu memaksa entitas zionis menggunakan kekuatan internasional untuk mendukungnya, dan mengirim pesan kepada dunia bahwa ucapan pendudukan adalah kebohongan besar dan akan menimbulkan konsekuensinya, lanjutnya.
Abu Ubaidah juga menekankan, semua faksi perlawanan berjuang sebagai satu kesatuan di setiap tempat di Jalur Gaza, dan memberikan pukulan mematikan kepada musuh, dengan keberanian dan ketabahan yang besar, hingga detik-detik terakhir pertempuran.
“Kami menghadapi konfrontasi yang tidak seimbang, baik dalam hal kemampuan maupun etika tempur. Sementara kami mengarahkan serangan kami ke pasukan musuh yang melakukan metode kebrutalan dan kekejaman mengerikan terhadap rakyat kami,” lanjutnya.
Kita berharap gencatan senjata terus berlangsung sesuai kesepakatan, dan petinggi Israel jangan coba-coba melanggarnya, karena akan berhadapan dengan tiga negara mediator, Qatar, Mesir dan Amerika Serikat.
Tentu bukan hanya itu, juga akan menghadapi demo besar-besaran dari keluarga sandera warga Israel yang sangat berharap kembalinya keluarganya yang disandera.
Lebih dari itu, akan menghadapi kecaman dan hukuman sosial dunia yang jauh lebih menyakitkan dan menghancurkan hegemoni zionis Israel di mata dunia. []
Mi’raj News Agency (MINA)