Doha, MINA – Upaya untuk mengamankan gencatan senjata di Gaza masih menemui jalan buntu karena Israel terus memaksakan persyaratan yang bertujuan memperkuat cengkeraman militernya atas wilayah yang terkepung tersebut.
Seorang sumber Palestina mengatakan kepada Al Mayadeen pada Kamis (10/7), situasinya sulit dan kompleks. Ia menegaskan bahwa belum ada kesepakatan yang dicapai terkait isu-isu inti, dengan sikap keras kepala pendudukan yang menghambat kemajuan.
Delegasi Israel, ungkap sumber tersebut, menuntut untuk mempertahankan kendali atas lebih dari sepertiga wilayah Jalur Gaza, bersikeras pada otoritas penuh atas Rafah dan mempertahankan penyangga militer di lebih dari dua kilometer, di sepanjang perbatasan timur dan utara.
Yang memperparah krisis, sumber tersebut menambahkan bahwa Israel berupaya mempertahankan mekanisme pengiriman bantuan kemanusiaan yang ada saat ini, rute-rute yang dikecam warga Palestina sebagai “jebakan maut”.
Baca Juga: Trauma Perang di Gaza, Kasus Bunuh Diri Tentara Israel Melonjak
Rute-rute ini, yang ditetapkan secara sepihak oleh pendudukan, telah berulang kali membahayakan warga sipil dan menghalangi bantuan penyelamatan jiwa.
Meskipun menemui jalan buntu, gerakan Perlawanan Palestina, Hamas, menegaskan kembali komitmennya untuk gencatan senjata yang adil dan komprehensif, yang akan mengakhiri perang genosida yang dilancarkan di Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Rabu, Hamas menekankan bahwa pihaknya terlibat “secara serius dan positif” dengan para mediator, bertekad untuk mengatasi hambatan yang disengaja diberlakukan oleh kekuatan pendudukan.
Hamas menggarisbawahi bahwa tuntutan utama masih belum terpenuhi: penarikan segera dan penuh semua pasukan pendudukan, masuknya bantuan kemanusiaan tanpa hambatan ke Gaza, dan penghentian permusuhan secara permanen.
Baca Juga: Ben-Gvir Bentuk Unit Polisi Baru, Terdiri dari Para Pemukim Ilegal
Awal pekan ini, Hamas, berkoordinasi dengan faksi-faksi Palestina lainnya, menyampaikan tanggapan terpadu kepada para mediator yang mencerminkan konsensus nasional.
Sebaliknya, para pejabat Israel telah menyatakan gencatan senjata apa pun akan bergantung pada pelucutan senjata Hamas.
“Jika Hamas menolak, kami akan melanjutkan,” seorang pejabat Israel memperingatkan, menggarisbawahi ancaman eskalasi yang terus berlanjut.
Pemerintahan Trump, menawarkan gencatan senjata 60 hari dengan penarikan militer bertahap dan pertukaran tahanan. Namun, warga Palestina khawatir rencana ini dapat memperkuat kendali Israel sekaligus menunda perubahan yang berarti.
Baca Juga: Abu Ubaidah: Operasi Fedayeen di Tepi Barat Respons terhadap Agresi Zionis
Sementara itu, bencana kemanusiaan semakin dalam. Pada Rabu, pesawat tempur Israel menargetkan warga sipil yang menunggu bantuan pangan di Deir al-Balah, menewaskan dan melukai banyak orang di tengah meningkatnya kelaparan.
Jumlah korban tewas di Gaza kini telah melampaui 57.000, karena kelaparan, pengungsian, dan pemboman tanpa henti menghancurkan penduduk yang terkepung. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Biro Statistik Palestina: Populasi Gaza Turun 10% Sejak Genosida Israel Dimulai