Damaskus, 30 Rabi’ul Awwal 1438/30 Desember 2016 (MINA) – Sebuah pernyataan yang disiarkan pada hari Kamis (29/12) oleh kantor berita nasional Suriah SANA, mengatakan bahwa gencatan senjata nasional yang berlaku mulai Jumat pagi, tidak termasuk kelompok Islamic State (ISIS) dan kelompok Jabhat Fateh Al-Sham, serta kelompok yang terkait dengan keduanya.
Jabhat Fateh Al-Sham adalah mantan afiliasi dari Al-Qaeda yang memisahkan diri membentuk kelompok baru yang independen dan memakai nama baru, sebelumnya bernama Nusra Front.
Wartawan Al Jazeera Charles Stratford melaporkan dari Gaziantep di perbatasan Turki dengan Suriah yang dikutip MINA, ada harapan tinggi bahwa gencatan senjata ini akan bekerja, meskipun ada potensi masalah besar dengan Jabhat Fateh Al-Sham.
Baca Juga: Sempat Dilaporkan Hilang, Rabi Yahudi Ditemukan Tewas di UEA
Ada kekhawatiran bahwa jika serangan udara menargetkan Jabhat Fateh Al-Sham yang sering berperang bersama sejumlah kelompok penandatangan perjanjian, maka kemungkinan akan ada korban di antara faksi-faksi yang lain.
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan, tujuh kelompok oposisi, termasuk kelompok kuat Ahrar Al-Sham, telah menandatangani kesepakatan dan mereka yang gagal mematuhi gencaatan senjata akan dianggap “teroris”.
Sementara itu, Pemerintah Suriah memuji kesepakatan itu dan menyebutnya sebagai “kesempatan nyata” untuk menemukan solusi politik. Kesepakatan ini disetujui sepekan setelah pasukan pemerintah merebut kembali kota Aleppo secara penuh yang menjadi pukulan berat bagi pihak oposisi.
Rusia dan Turki bertekad tidak melibatkan Amerika Serikat yang sebelumnya telah melakukan negosiasi gencatan senjata dengan Rusia, tetapi selalu tidak menemui kata sepakat. (T/RI-1/RS3)
Baca Juga: Israel Perintahkan Warga di Pinggiran Selatan Beirut Segera Mengungsi
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)