Srinagar, MINA – Mohammad Rafiq Katariya (40), seorang penabuh genderang Ramadhan di wilayah Kashmir, yang dikuasi India, bersama rekan-rekannya berdiri di jalanan, saat dini hari untuk membangunkan warga Muslim bersantap sahur.
Rafiq dan rekan-rekannya pagi dini hari berkeliling di kawasan Anantnag, Kashmir selatan, sambil menabuh irama genderang.
Dengan drum tersampir di lehernya, dua stik drum di tangan, Muhammad Yousuf (60 tahun) rekannya yang lebih senior, keluar dari rumahnya di daerah Janglat Mandi dan berkeliling di lorong-lorong dan jalur-jalur gelap, meliputi sekitar 10 lokasi dengan berjalan kaki.
“Saatnya sahur, saatnya sahur,” teriaknya sambil menabuh gendangnya secara teratur, untuk membangunkan warga Muslim di kawasan itu.
Baca Juga: Tentara Arakan Jadi Ancaman Baru Bagi Muslim Rohingya
Yousuf berjalan selama lebih dari satu jam, genderang dan seruannya terdengar oleh lebih dari 200 rumah tangga di berbagai lingkungan.
Selesai berkeliling, para drummer itu bersiap menuju masjid terdekat untuk menunaikan shalat Subuh berjamaah.
Yousuf telah bekerja sebagai penabuh genderang malam, yang secara lokal disebut “Sahar Khan”, selama 27 tahun terakhir.
Ia mempelajari praktik Ramadhan tradisional dari ayahnya.
Baca Juga: Milisi Houthi Serang Kapal Milik AS dengan Rudal Balistik
Menemani ayahnya semasa mudanya, Yousuf menerangi jalan yang gelap dengan obor yang diangkatnya tinggi-tinggi.
Dia mengatakan, dia tidak melakukan pekerjaan ini untuk mencari nafkah.
“Saya merasa senang dapat membantu umat Muslim bangun pada waktu sahur untuk menjalankan puasa mereka,” kata Yousuf.
Yousuf telah melewati beberapa tahun yang sulit.
Baca Juga: Liga Arab Peringati Hari Solidaritas Palestina
Selama awal 1990-an, ketika konflik Kashmir meningkat, kampung halamannya sering menjadi sasaran tindakan keras militer dan jam malam.
Kadang-kadang, katanya, sambil berjalan-jalan sambil menabuh genderang, dia diinterogasi oleh pasukan yang berpatroli malam.
“Saya menjelaskan praktik Ramadhan yang sudah berlangsung puluhan tahun itu kepada mereka, dan kemudian mereka akan membiarkan saya pergi,” katanya.
“Kadang-kadang pasukan mengatakan saya harus segera pulang, karena mereka harus memberlakukan jam malam yang ketat,” lanjutnya.
Baca Juga: Perkuat Literasi, Kemenag-Perpusnas Distribusikan 1.000 Judul Buku untuk Masjid
Penabuh drum lainnya, Manzoor telah menabuh genderang di Srinagar untuk membangunkan warga Muslim selama Ramadan sejak 1990.
Dia melakukan kegiatan mulia, yang dilakukan untuk nilai spiritualnya, bukan untuk keuntungan materi.
Diyakini warga, tradisi Sahar Khan, membangunkan sahur dengan genderang, hadir ke Kashmir dari Asia Tengah.
Warga di lembah tersebut kemudian mengasimilasi tradisi itu ke dalam budaya mereka.
Baca Juga: Khamanei: Netanyahu Harus Dihukum Mati, Tidak Cukup Ditangkap Saja
Muhammad Abdullah, penabuh genderang dari daerah Rainawari kota Srinagar, telah bekerja sebagai Sahar Khan selama lebih dari 30 tahun.
“Ada kalanya saya juga dihentikan tentara pada malam hari,” ujar Abdullah.
“Mereka awalnya curiga. Kemudian kantor polisi setempat akan memberi tahu personel tentara yang berpatroli dan kamp militer terdekat untuk tidak mengganggu penabuh genderang, karena sedang menjalankan kewajiban agama,” ujarnya.
Abdullah mengatakan, meskipun penggunaan jam alarm dan smartphone meningkat, peran yang dilakukan penabuh genderang, tetap menjadi ciri khas yang dihargai seperti sebelumnya.
Baca Juga: Menag Lobi Saudi untuk Lokasi Pemempatan Jamaah Haji
Orang-orang, tambahnya, juga banyak yang bermurah hati dan ramah, dengan memberikan sedekah, uang maupun makanan, untuk kesejahteraan penabuh genderang. (AT/RS2/RI-1)
Sumber : The National, Senin, 17 April 2023.
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Menag Doakan Rakyat Indonesia dan Kedamaian Palestina di Masjid Nabawi