Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Generasi Lemah, Pembebas Al-Aqsa? (Oleh: Nur Ikhwan Abadi)

Nur Hadis - Senin, 14 Februari 2022 - 20:36 WIB

Senin, 14 Februari 2022 - 20:36 WIB

4 Views

(Oleh : Nur Ikhwan Abadi)

Musibah yang menimpa kaum muslimin telah terjadi berulang-ulang, penindasan, penodaan, penghinaan terhadap muslimin terjadi di mana-mana. Muslimin Rohingya dibunuh, jasadnya dibakar, dibantai, diperkosa. Di China, Muslim Uighur dihinakan, dibatasi dalam beribadah, dipaksa keluar dari Islam.

Belum lagi di Suriah sudah belasan tahun konflik berjalan, korban dari kaum muslimin terus berjatuhan dan entah kapan konflik itu akan berakhir. Jutaan muslimin di Iraq tewas akibat serangan Amerika, di Yaman yang bertetangga dengan Saudi Arabia, kaum muslimin kelaparan akibat konflik tak tentu tujuan, Libya luluh lantak tanpa arah, setelah Kaddafi tumbang. Sudan pun sama, bergolak.

Belum lagi di Kashmir, India, Afghanistan, Pakistan, Srilanka, muslimin benar-benar jadi bulan-bulanan musuh. Yang paling parah adalah ibu dari semua konflik yang ada, yaitu Palestina. Muslimin Palestina, puluhan tahun dijajah, dibantai, dirampas hak-hak asasi mereka, bahkan anak-anak, wanita hamil, orang tua, semua jadi sasaran kekejaman Zionis Israel.

Baca Juga: Anakku Harap Roket Datang Membawanya ke Bulan, tapi Roket Justru Mencabiknya

Lebih dari itu, kiblat pertama Muslimin, Masjid Al-Aqsha di Baitul Maqdis dirampas dan dihinakan setiap hari.

Entah sampai kapan konflik yang mendera kaum muslimin ini akan selesai, terlepas dari segala kepentingan, konflik yang terjadi telah menghancurkan muslimin berkeping-keping, dan yang jadi korban adalah muslimin itu sendiri.

Lantas bagaimana ini semua bisa terjadi? Betapa lemahnya kaum muslimin, hingga bisa dicabik-cabik dan diacak begitu rupa. Kenapa muslimin yang jumlahnya 1.6 Milyar di dunia ini tidak berdaya menghadapi musuh-musuhnya. Apa dosa kaum muslimin dan apa sebenarnya yang harus dilakukan untuk keluar dari semua masalah ini?

Sampai kapan kita terus begini, tidakkah kita tergerak untuk bangkit? Tidakkah kita terketuk untuk meninggikan Izzah Islam wal Muslimin. Tidakkah hati kita terusik melihat kenyataan ini? Ummat memerlukan kita wahai para pemuda, ummat perlu mujahid-mujahid, dari kalangan pemuda dan pemudi yang siap berkorban harta dan jiwa untuk membela Dien ini.

Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza

Saat ini Islam sangat memerlukan mukmin yang memiliki Iman sekuat baja, bukan Iman yang seperti kerupuk, dipukul sedikit hancur, disiram air dia lunglai, bukan pula pemuda yang lalai, terlena, mencintai kehidupan dunia tanpa ada batasan, mempunyai idola-idola artis-artis yang melenakan dengan kehidupan tanpa arah dan tujuan.

Ini saatnya pemuda sebagai generasi penerus bangkit, jangan terus-menerus tidur, perbaiki diri, berangkat shalat ke masjid, apapun halangan dan rintangannya, bangun malam, shalat tahajjud, lawan kemalasan dan godaan serta bisikan syaithan, lantas bacalah, pelajari, hayati, dan amalkan Al-Qur’an dan Hadits karena ini sumber kejayaan Muslimin.

Pada saat ada musibah menimpa, maka bersabarlah, dan jika seruan jihad berkumandang, maka berangkatlah berijihad di jalan Allah, karena memang hidup kita untuk Allah. Kita perlu keimanan seperti ini, jangan pedulikan halangan dan rintangan yang ada, hadapi. Jangan pedulikan apa yang akan orang katakan, lawan, terus bergerak maju meraih kemenangan.

Kaum muslimat juga hendaknya demikian, ummat ini membutuhkan muslimat seperti Nusaibah binti Ka’ab, yang pada saat seruan jihad dikumandangkan, Nusaibah membangunkan suaminya yang tidur di malam hari dan mengatakan “Wahai Suamiku, seruan jihad sudah dikumandangkan, bersiaplah, berangkat besok ke medan jihad”.

Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon

Dibangunkan anak laki-lakinya, wahai anak-anakku bangun lah, besok Jihad, ikutlah. Ibu pun akan ikut, semua satu keluarga ikut berjihad. Ini yang namanya muslimat, inilah yang kita perlukan. Bukan muslimah yang lemah, yang ketika ditinggal suami berjihad malah menjadi beban suaminya. Kita perlu muslimah yang menjadi penggerak, pendobrak kemalasan, karena dorongan dari kaum muslimat inilah yang akan membuat perubahan dahsyat bagi ummat.

Jadilah muslimat seperti Khansa’ yang melepas semua anak lelakinya menuju medan jihad dengan senyuman, dan menerima kabar kesyahid-an anak laki-lakinya pun dengan senyuman.

Ketika terdengar seruan Jihad, Khansa’ mengumpulkan keempat anaknya dan berkata, “Wahai anak-anakku, sesungguhnya kalian memeluk agama ini tanpa paksaan. Kalian telah berhijrah dengan kehendak sendiri. Demi Allah, yang tiada Tuhan selain dia, sesungguhnya kalian ini putra-putra dari seorang lelaki dan seorang perempuan yang sama. Tidak pantas bagiku untuk mengkhianati ayahmu, atau membuat malu pamanmu, atau mencoreng arang di kening keluargamu.”

“Jika kalian telah melihat perang, singsingkanlah lengan baju dan berangkatlah. Majulah paling depan, niscaya kalian akan mendapatkan pahala di akhirat, negeri keabadian. Sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Inilah kebenaran sejati, maka berperanglah dan bertempurlah sampai mati. Wahai anakku, carilah maut niscaya kalian dianugerahi hidup.”

Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka

Pemuda-pemuda itu pun keluar menuju medan perang. Mereka berjuang mati-matian melawan musuh, sehingga banyak yang tewas di tangan mereka. Akhirnya mereka pun satu per satu gugur sebagai syahid. Ketika Khansa’ mendengar kematian dan kesyahidan putra-putranya, sedikit pun ia tak merasa sedih.

Bahkan ia berkata, “Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah yang telah memuliakanku dengan syahidnya putra-putraku. Semoga Allah segera memanggilku dan berkenan mempertemukanku dengan mereka dalam naungan rahmat-Nya yang luas.”

Wahai para muslimat, umat ini perlu Khansa’-khansa’ baru untuk meninggikan kalimat Allah. Khansa’-khansa’ yang siap melepas suami dan anak laki-lakinya berjihad di jalan Allah. Khansa’ yang ketika mendengar kesyahidan suami atau anak laki-lakinya, dia tersenyum bahagia dan mengucapkan Alhamdulillahirabbil ‘ Alamiiin.

Jika para pemuda pemudi muslimin telah menyadari ini, kemudian bersama bangkit dalam satu komando membela kemuliaan Islam dan Muslimin, insya Allah dengan memohon pertolongan-Nya, Islam akan kembali meraih kejayaannya, dan dengan izin Allah, Masjid Al-Aqsha akan kembali dengan sempurna ke pangkuan Muslimin.

Baca Juga: Hamas Sambut Baik Surat Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant

Mudah-mudahan kita tidak termasuk dalam hamba-hamba yang lemah dan orang-orang yang meninggal dalam kondisi menyesal, karena ketika sakaratul maut tiba, maka penyesalan sudah tidak ada gunanya.

Saat nafas masih dikandung badan, saat raga masih penuh tenaga, saat semangat masih membara, kita raih kejayaan Islam dengan harta, jiwa dan raga. Persembahkan semua di jalan-Nya, pantang kita terlena, kita sambut kemuliaan Islam yang sudah di depan mata, sekarang lah saatnya, kita bergerak berjamaah menuju kejayaan dan kemuliaan Islam serta merebut kembali Al-Aqsha ke pangkuan Muslimin. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar. Al-Aqsha Haqquna. (A/nia/B03/P1)

Mi’raj News Agency (MINA).

Baca Juga: Iran: Veto AS di DK PBB “Izin” bagi Israel Lanjutkan Pembantaian

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Indonesia
Renungan Al Quran
Palestina
Tausiyah