Generasi Pengamal Al-Quran (Oleh: Dr. Rais Abdullah, Lc., MA.)*

Oleh: Dr. Rais Abdullah, Lc., MA.; Pakar Pendidikan Islam

Mukaddimah

إِنَّ هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانَ يَهۡدِي لِلَّتِي هِيَ أَقۡوَمُ وَيُبَشِّرُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ٱلَّذِينَ يَعۡمَلُونَ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمۡ أَجۡرٗا كَبِيرٗا ٩

Sesungguhnya ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu´min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar (Qs. Al Isra: 9)

Al-Quran adalah kitab suci yang penuh berkah, keberkahan Al Quran akan dirasakan manusia saat mereka mengikuti perintah-perintahnya dan menerapkan hukum-hukumnya dalam kehidupan mereka.

وَهَٰذَا كِتَٰبٌ أَنزَلۡنَٰهُ مُبَارَكٞ فَٱتَّبِعُوهُ وَٱتَّقُواْ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ ١٥٥

Dan Al-Quran itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat (Qs. Al an’am: 155)

Al-Imaam Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat tersebut menjelaskan: “Di dalam ayat tersebut terdapat ajakan untuk mengikuti (mengamalkan) Al Quran, dan penjelasan bahwa Al Quran akan mendatangkan keberkahan di dunia dan akherat bagi yang mengikutinya dan mengamalkan (perintah-perintahnya).”

 Al-Quran juga adalah kitab hidayah (petunjuk) yang mengeluarkan manusia dari kegelapan jahiliyah menuju cahaya Islam yang terang banderang.

قَدۡ جَآءَكُم مِّنَ ٱللَّهِ نُورٞ وَكِتَٰبٞ مُّبِينٞ ١٥ يَهۡدِي بِهِ ٱللَّهُ مَنِ ٱتَّبَعَ رِضۡوَٰنَهُۥ سُبُلَ ٱلسَّلَٰمِ وَيُخۡرِجُهُم مِّنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ بِإِذۡنِهِۦ وَيَهۡدِيهِمۡ إِلَىٰ صِرَٰطٖ مُّسۡتَقِيمٖ ١٦

“Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (Qs. Al-Maidah: 15-16).

Contoh paling nyata, masyarakat yang kehidupannya diberkahi Allah dan dikeluarkan-Nya dari kegelapan jahiliyah kepada cahaya hidayah Islam yang terang banderang adalah generasi sahabat ridwanullah alaihim. Mereka adalah model hidup untuk ajaran-ajaran Al-Quran. Mereka adalah sampel dari generasi yang dicelup dengan Al-Quran. Mereka adalah model nyata generasi . Mereka adalah contoh-contoh manusia yang mendapat hidayah Al-Quran dan mendapat keberkahan dari Allah SWT karena mengikuti dan mengamalkan Al-Quran.

Para sahabat RA adalah generasi yang tumbuh dengan Al-Quran, hidup di bawah naungannya, menikmati ayat-ayatnya, berinteraksi dengan nash-nashnya, memahami petunjuk-petunjuknya. Mereka disinari oleh cahaya Al-Quran, sehingga mereka menjadi generasi yang unik.

Begitu indah dan memukaunya kehidupan mereka di bawah naungan Al-Quran, hingga Al-Qarafi dalam kitab Al-Furuq mengatakan:

Seandainya tidak ada mukjizat yang dimiliki Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam selain para sahabatnya, cukuplah mereka semua untuk menjadi bukti kenabiannya.

Lalu pertanyaannya, mungkinkah generasi seperti mereka dapat terulang dan dimunculkan kembali di atas muka bumi ini ?

Sayyid Qutub dalam kitabnya “Ma’alim fi At Tariq” menegaskan bahwa keunikan generasi seperti model sahabat Rasul bisa diulang kembali kehadirannya, hal tersebut bukanlah hal yang mustahil, karena semua perangkat penting yang menjadikan para sahabat menjadi manusia utama yang belum pernah terlahir satu generasi yang semisal mereka di atas dunia ini, masih ada di tengah-tengah kita. Perangkat tersebut tiada lain adalah Al-Quran, sunah Rasul dan sejarah perjuangan beliau. Semuanya masih ada di jaman kita sekarang ini. Yang tidak ada hanyalah sosok Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam. Tetapi ketiadaan sosok Rasulullah bukanlah penghalang untuk bisa mereproduksi generasi unik seperti generasi sahabat; karena kalau keberadaan sosok Rasulullah menjadi syarat utama terbentuknya manusia seperti para sahabat, maka Allah tidak akan menjadikan risalah Islam itu sebagai risalah untuk seluruh manusia, tidak akan dijadikan-Nya risalah yang terakhir, dan tidak akan dijadikan-Nya pedoman hidup umat manusia hingga akhir zaman.

Generasi unik dan hebat seperti para sahabat bisa kita hadirkan kembali di atas bumi ini, asal kita dapat menjiplak dan menerapkan kurikulum yang telah membentuk kepribadian mereka. Generasi terbaik seperti para sahabat bisa kita reproduksi di zaman kita sekarang ini, asal kita mampu mencelup generasi kita dengan shibghah yang sama yang telah mewarnai mereka. Kita bisa mengulang kembali keshalehan dan kemuliaan generasi sahabat di tengah-tengah kita, kalau kita dapat mengikuti cara hidup mereka dan interaksi mereka dengan Al-Quran.

Cara Sahabat Berinteraksi dengan Al-Quran

Cara para sahabat berinteraksi dengan Al Quran sangatlah unik, dan menunjukkan kecintaan mereka yang sangat besar terhadap Al Quran. Cara mereka berinteraksi dengan Al-Quran semakin mendekatkan mereka dengan Al-Quran dan mendorong mereka untuk mengamalkannya. diantara cara mereka berinteraksi dengan Al Quran adalah sebagai berikut:

  1. Bagi mereka Al-Quran adalah satu-satunya pedoman hidup dan sumber kehidupan mereka.

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رضى الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: لاَ تَسْأَلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ عَنْ شَىْءٍ فَإِنَّهُمْ لَنْ يَهْدُوكُمْ وَقَدْ ضَلُّوا فَإِنَّكُمْ إِمَّا أَنْ تُصَدِّقُوا بِبَاطِلٍ أَوْ تُكَذِّبُوا بِحَقٍّ فَإِنَّهُ لَوْ كَانَ مُوسَى حَيًّا بَيْنَ أَظْهُرِكُمْ مَا حَلَّ لَهُ إِلاَّ أَنْ يَتَّبِعَنِى – رواه أحمد

Diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah RA, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Janganlah kalian bertanya sesuatupun kepada ahli kitab, sesungguhnya mereka tidak akan memberi petunjuk kepada kalian, karena mereka sendiri telah sesat, sesungguhnya kalian hanya akan membenarkan sesuatu yang batil, atau mendustakan sesuatu yang haq, sesungguhnya jikalau Musa masih hidup di tengah-tengah kalian tidaklah boleh baginya kecuali ia harus mengikutiku.” (HR Ahmad).

عَنْ جَابِرٍ أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ أَتَى رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِنُسْخَةٍ مِنَ التَّوْرَاةِ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذِهِ نُسْخَةٌ مِنَ التَّوْرَاةِ. فَسَكَتَ فَجَعَلَ يَقْرَأُ وَوَجْهُ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَتَغَيَّرُ فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: ثَكِلَتْكَ الثَّوَاكِلُ أَمَا تَرَى مَا بِوَجْهِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَنَظَرَ عُمَرُ إِلَى وَجْهِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ: أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ غَضَبِ اللَّهِ وَمِنْ غَضَبِ رَسُولِهِ رَضِينَا بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالإِسْلاَمِ دِيناً وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-:« وَالَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَوْ بَدَا لَكُمْ مُوسَى فَاتَّبَعْتُمُوهُ وَتَرَكْتُمُونِى لَضَلَلْتُمْ عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ وَلَوْ كَانَ حَيًّا وَأَدْرَكَ نُبُوَّتِى لاَتَّبَعَنِى » رواه الدارمي

Dari Jabir, bahwasanya Umar Bin Khattab datang kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dengan membawa kitab Taurat, lalu dia berkata: “Wahai Rasulullah, saya datang dengan membawa kitab Taurat”. Rasulullah pun terdiam, lalu Umar membaca kitab tersebut dan mendadak wajah Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam berubah, maka Abu Bakar berkata: Celaka engkau, tidakkah engkau melihat wajah Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam? lalu Umar melihat wajah Rasulullah, kemudian berkata: “Kami ridha Allah sebagai Tuhan kami, Islam sebagai agama kami, dan Muhammad sebagai nabi kami”. Kemudian Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam berkata: “Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada dalam genggaman-Nya, kalau seandainya Musa muncul di hadapan kalian, kemudian kalian mengikutinya dan meninggalkanku pasti kalian akan sesat dari jalan yang benar; dan seandainya dia masih hidup dan menjumpai masa kenabianku, maka dia harus mengikutiku“. (HR Ad Darimi).

  1. Al-Quran ibarat gadget yang tak pernah terpisah dari mereka

عن الحسن بن على رضي الله عنه قال إن من كان قبلكم رأوا القرآن رسائل من ربهم فكانوا يتدبرونها بالليل ويتفقدونها في النهار

Diriwayatkan dari Al Hasan Bin Ali RA, dia berkata: “Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian, mereka memandang Al-Quran sebagai surat dari Tuhan mereka, mereka mentadabburi nya di malam hari dan selalu memeriksanya di siang hari”.

  1. Beriman sebelum mempelajari Al-Quran

عَنْ جُنْدُبِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ كُنَّا مَعَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- وَنَحْنُ فِتْيَانٌ حَزَاوِرَةٌ فَتَعَلَّمْنَا الإِيمَانَ قَبْلَ أَنْ نَتَعَلَّمَ الْقُرْآنَ ثُمَّ تَعَلَّمْنَا الْقُرْآنَ فَازْدَدْنَا بِهِ إِيمَانًا ». (رواه ابن ماجه وصححه الألباني

Jundub bin Junadah radhiyallahu ‘anhu berkata, “Kami telah bersama Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- ketika kami masih sangat muda. Kami mempelajari iman sebelum belajar Al-Quran, kemudian barulah kami mempelajari Al-Quran hingga bertambahlah keimanan kami karenanya.” (HR. Ibn Majah dan disahihkan oleh al-Albani)

وعن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما قال: لقد عِشنا بُرهةً من دهرنا وإن أحدنا ليؤتى الإيمان قبل القرآن وتنزل السورة على محمدٍ صلى الله عليه وسلم فنتعلم حلالها وحرامها وما ينبغي أن يُوقفَ عنده مِنها كما تتعلّمون أنتم اليوم القُرآن ولقد رأيت اليوم رِجالاً يُؤتى أحدهم القرآن قبل الإيمان فيقرأ ما بين فاتحتِهِ إلى خاتمته ما يدري ما آمره ولا زاجره ولا ما ينبغي أن يُوقف عنده منه وينثُرُه نثر الدقَلِ. رواه البيهقي والحاكم وصححه

Dan dari ‘Abdullah bin ‘Umar –radhiyallahu ‘anhumadia berkata, “Kami menjalani hidup dalam jenak waktu yang masing-masing dari kami diberi (pengajaran) iman sebelum (pengajaran) Al-Quran. (Bilamana) surah Al-Quran diturunkan kepada Muhammad-shallallahu ‘alaihi wa sallam, kami pun mempelajari perkara halal dan haramnya, juga apa yang seharusnya dipahami daripadanya sebagaimana halnya kalian mempelajari Al-Quran saat ini. (Akan tetapi) sungguh pada hari ini aku telah melihat orang-orang yang yang diberikan kepadanya (pengajaran) Al-Quran sebelum (pengajaran) iman, lantas dia membaca dari mulai pembukaan hingga penutupnya tanpa mengetahui perintah dan larangan yang terkandung di dalam nya, juga bagaimana seharusnya dia memahami hal itu. Dia (tak ubahnya) orang yang menaburkan kurma yang buruk (tidak mengambil faidah dari dalamnyapent).” (HR. Al-Baihaqi dan al-Hakim; dan al-Hakim mensahihkannya.)

  1. Mempelajari Al Quran untuk diamalkan

عَنْ أَبِى عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ حَدَّثَنَا مَنْ كَانَ يُقْرِئُنَا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهُمْ كَانُوا يَقْتَرِئُونَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَشَرَ آيَاتٍ فَلاَ يَأْخُذُونَ فِى الْعَشْرِ الأُخْرَى حَتَّى يَعْلَمُوا مَا فِى هَذِهِ مِنَ الْعِلْمِ وَالْعَمَلِ. قَالُوا فَعَلِمْنَا الْعِلْمَ وَالْعَمَلَ (رواه أحمد

Diriwayatkan dari Abi Abdirrahman, dia berkata: Para sahabat Nabi yang mengajari kami bacaan Al Quran menceritakan kepada kami, bahwa mereka mempelajari sepuluh ayat dari Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, mereka tidak mempelajari sepuluh ayat yang lain hingga mereka mengetahui ilmu dan amal yang ada di dalamnya, kami mengetahui ilmu dan amal. (HR. Ahmad).

Ibnu Sa’d dalam kitab At Thabaqat (4/164) meriwayatkan dengan sanadnya, bahwa Ibnu Umar mempelajari surat Al Baqarah selama empat tahun.

  1. Menganggap bahwa setiap ayat yang turun ditujukkan kepada diri mereka bukan kepada orang lain.

Ketika turun QS. 4:123. Abubakar ra berkata: “Setiap kemaksiatan yang aku lakukan akan dibalas, maka aku tidak mendapatkan sesuatu untuk dapat melepaskanku dari azab dipunggungku.” Maka sabda Nabi Shallallahu alaihi wasallam “Apa yang anda katakan itu wahai Abubakar ?” Jawabnya: “Ya Rasulullah semua keburukanku akan dibalas.” Jawab Nabi Shallallahu alaihi wasallam: “Semoga Allah mengampuni anda, tidakkah anda pernah sakit, kapayahan, sedih dan tertimpa musibah ?” Maka jawabnya: “‘Ya” Maka jawab Nabi Shallallahu alaihi wasallam: “Itulah balasannya. (HR Ahmad dalam al-Musnad)

  1. Mengerjakan suatu perintah dengan sesegera mungkin dan sungguh­-sungguh.

Ketika turun QS. 2:144. Seorang dari bani Salamah yang lewat ketika orang-orang sedang ruku’ shalat shubuh, mereka telah shalat 1 raka’at, maka ia menyeru . “Qiblat telah dialihkan!” Maka merekapun berbalik kearah Ka’bah. (HR Bukhari dan Abu Daud).

  1. Meninggalkan semua prilaku dan amalan jahiliyah yg tidak sesuai dengan Al Quran.

Ketika turun QS. 5:90. Para sahabat yang masih menyimpan khamer segera menumpahkannya sehingga memenuhi parit-parit kota Madinah. Orang yang sedang minum dan tangannya masih memegang gelas yang berisi khamer, segera membuangnya dan mengatakan, “Kami berhenti ya Rabb”.

Demikianlah cara para sahabat berinteraksi dan mengamalkan Al Quran, sehingga mereka menjadi generasi yang unik, yang belum pernah lahir di atas muka bumi ini sebelum mereka. jika hal yang sama kita lakukan, maka Insya Allah akan tercipta generasi yang tercelup dengan celupan al Quran dan menjadi generasi pengamal Al Quran. Wallahu A’lam bis –shawab.

Refensi:

  1. Al-Quran Al-Kariem
  2. Al-Daghamin, Ziyad Khalil Muhammad, Tarsyid al Rasul Shallallahu alaihi wasallam masirat al- shahabah fi fahm al Quran wa al amal bih, Hauliyah kulliyat al syiariah wa al qanun wa al dirasat al Islamiyah, Jamiah Qatar, 1999.
  3. Al-Qaradhawi,Yusuf. Kaifa Nata’amal Ma’a al Quran Al Adzim, Dar al-shuruq, Cet. III, tahun 2000
  4. Al-Qudhah, Syaraf. Al Manhaj an Nabawi fi at Ta’amul ma’a al Quran, Kulliyat al Syariah, Jamiah al Urduniyah, 2007.
  5. Al-Qarafi, Syihabuddin, Anwa’ al Buruq fi Anwai al Furuq, Alam al Kutub, DT.
  6. Al-Ruwaisyid, Asma Bint Al Rasyid, Hakadzaa ‘Aasyu ma’a Al Quran, Markaz Tadabbur li al dirasat wa al istisyarat, Al Riyadh, KSA, 2011.
  7. Quthub, Sayyid, Maalim fi al Thariq, Dar Al-Shuruq, Kairo, 1987.

(AK/R01/B01)

Mi’raj News Agency (MINA)

*Tulisan ini disampaikan Dr. Rais Abdullah, Lc., MA. pada Kuliah Subuh dalam rangkaian Festival Sya’ban 1440H di Masjid An-Nubuwwah, Komplek Pondok Pesantren Al-Fatah, Muhajirun, Natar, Lampung Selatan, pada Kamis 19 Sya’ban, 1440H/25 April 2019M.

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.