Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Generasi Qurani Pembebas Al Aqsha dari Malaysia

Abu Al Ghazi - Ahad, 16 Oktober 2016 - 17:33 WIB

Ahad, 16 Oktober 2016 - 17:33 WIB

583 Views ㅤ

Dzulfadli Zulfikar (kanan) Pengarah Program Hafiz Aqsa, Mohammad Arif (kiri) Ketua Unit Al Quran
Al Quran, Kitab Suci Ummat Islam

Al Quran, Kitab Suci Ummat Islam

Al Quran merupakan mukjizat terbesar yang diterima oleh Rasulullah Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam. Pedoman hidup setiap insan beriman ini memiliki mukjizat yang luar biasa. Salah satu mukjizatnya adalah kemudahan yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menghafal keseluruhan isi Al Quran.

Tidak terbatas usia, tua muda, bahkan anak-anak usia belia sekalipun mampu untuk menghafal Al Quran yang berisi ribuan ayat tersebut, bahkan secara detail bisa dihafalkan di luar kepala oleh para penghafalnya.

Mukjizat inilah yang coba dibuktikan oleh sebuah Sekolah Menengah Imtiyaz Ulul Albab, Malaka,  Malaysia. Sekolah menengah terbaik Malaysia ini meluncurkan sebuah program bertajuk Hafiz Aqsa, sebuah program menghafal Al Quran dalam waktu maksimal 3 bulan yang diwajibkan kepada para santri sekolah menengah yang berjarak dua jam perjalanan darat dari Kuala Lumpur.

Ketika pertama kali digulirkan, para pendidik di sekolah ini tidak yakin jika program ini akan berhasil, mengingat singkatnya waktu yang diberikan untuk menyelesaikan hafalan sebanyak 30 juz. Namun motivasi yang diberikan oleh Muhyiddin Hamidy, pendiri pondok pesantren Al Fatah Indonesia kepada mereka, membuat mereka yakin untuk menjalankan program ini.

Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir

“Awalnya kami berfikir program ini tidak mungkin dilaksanakan, bagaimana mungkin orang bisa menghafal Al Quran dalam waktu tiga bulan, namun Imaamul Muslimin, Muhyiddin Hamidy, Allahu Yarham meyakinkan kami, beliau berikan nasehat kepada kami semua dan meyakinkan bahwa program ini bisa terlaksana” kata Azharian Yaacob, Kepala Sekolah Imtiyaz Ulul Albab Malaka.

Dzulfadli Zulfikar (kanan) Pengarah Program Hafiz Aqsa, Mohammad Arif (kiri) Ketua Unit Al Quran

Dzulfadli Zulfikar (kanan) Pengarah Program Hafiz Aqsa, Mohammad Arif (kiri) Ketua Unit Al Quran Imtiyaz Ulul Albab Malaysia.

Berkali-kali Azharian menyampaikan ucapan terima kasihnya kepada Pondok Pesantren Al Fatah Indonesia yang menjadi inisiator program Tahfidz Quran ini.

“Terima kasih atas kerjasama dengan Al Fatah, kalau tidak ada Al Fatah, kami tidak mungkin mampu melaksanakan program ini,” kata Azhari.

Hafidz Aqsa ini merupakan program ke empat yang diikuti oleh 62 santri sekolah menengah. Sebelumnya ketika program tahfidz ini pertama kali digulirkan telah menghasilkan 30 orang lulusan, pada tahun kedua dan ketiga setidaknya telah menghasilkan lulusan sebanyak 135 orang penghafal Al Quran.

Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia

Harapan Azhari terhadap para santri yang mengikuti program ini cukup besar. Dia sangat berharap para santri yang sejak dini menjadikan Al Quran sebagai dasar kehidupan mereka, mampu menyelesaikan setiap permasalahan di dunia yang akan mereka hadapi ketika mereka dewasa kelak.

“Kami berharap dengan adanya program Al Qur’an ini, ke depannya anak-anak bisa mengatasi setiap ujian, cobaan dan setiap permasalahan dunia ini,” harap Yaacob.

Setiap harinya para santri harus menyetorkan hafalan minimal 7 halaman, di samping itu selama melaksanakan program para santri juga harus mengikuti kelas pelajaran reguler selama dua jam perhari, dimulai pukul 14.00 hingga 16.00.

Sesuai dengan nama programnya Hafidz Aqsa, program ini mengadopsi program Tajul Waqar di Jalur Gaza Palestina. Di mana pada saat liburan musim panas selama tiga bulan anak-anak usia sekolah dasar dan menengah mengikuti Mukhayyam Tajul Waqar mereka dikonsentrasikan di Masjid dari pagi hingga sore untuk menghafal Al Qur’an.

Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh

Ini berbeda dengan di Gaza, jika di Gaza anak-anak benar-benar dikonsentrasikan selama sehari penuh untuk menghafal Al Qur’an dari pagi hingga sore, namun di Sekolah Imtiyaz Ulul Albab ini mereka diharuskan pula mengikuti kelas pelajaran reguler selama dua jam setiap harinya.

Azharizan Yaacob, Kepala Sekolah Menengah <a href=

Imtiyaz Ulul Albab, Malaysia" width="188" height="334" /> Azharizan Yaacob, Kepala Sekolah Menengah Imtiyaz Ulul Albab, Malaysia

Rotan Percepat Anak-anak Hafal Al Quran

Ada yang unik dari program ini yaitu rotan, para pengasuh program ini menggunakan rotan sebagai media untuk mempercepat hafalan para santri. Aneh memang, namun ini adalah fakta yang terjadi, rotan digunakan pengasuh ketika target hafalan tidak tercapai.

Para santri harus menyetorkan hafalan 7 halaman setiap harinya. Ketika setoran tersebut tidak tercapai maka para santri akan dipukul sesuai dengan dengan jumlah kekurangan setoran. Misalnya dalam sehari mereka hanya mampu menyetorkan hafalan 5 halaman, artinya mereka akan dikenakan pukulan rotan sebanyak dua kali.

Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh

Apakah ini tidak mengundang reaksi dari orang tua santri? Para pendidik justru mengatakan bahwa yang memberikan rotan kepada para pendidiknya adalah orang tua santri sendiri.

“Orang tua santri yang memberikan rotan kepada kami,” ujar Dzulfadli Zilkifli, Pengarah Program Hafiz Al Aqsa.

Sementara itu orang tua santri menyatakan bahwa mereka menyambut positif dan mendukung penggunaan rotan pada anak-anak mereka.

“Saya rasa memang perlu. Jika tidak begitu (menggunakan rotan) anak-anak akan main-main, dan penggunaan rotan ini kan bukan untuk menyakiti namun justru untuk mendidik anak-anak,” ujar Malin, ayah dari salah seorang santri Muhammad Azfa (15) yang telah menyelesaikan hafalan 30 juz Al Quran.

Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung

Malin menambahkan bahwa ia sangat bangga dengan anaknya yang lebih baik dari dirinya, bahkan anaknya setiap Ramadhan menjadi Imam Shalat tarawih di Masjid di dekat kediaman mereka.

“Alhamdulillah, saya dulu tidak belajar seperti dia, dan anak saya bisa belajar di sini dengan baik, orang-orang selalu meminta dia untuk menjadi Imam shalat saar ramadhan” kata pria asal Kucing, Serawak,  ini.

Lebih lanjut Malin menyatakan bahwa anaknya tumbuh menjadi anak yang lebih percaya diri dan di usia belia kematangan pribadinya telah nampak. “Azfa memimpin orang-orang untuk Shalat, padahal di belakangnya banyak orang-orang tua yang usianya jauh di atasnya, “ ujar Malin.

Hasil penggunaan rotan memang luar biasa, makin hari penggunaan rotan makin berkurang. Pada minggu – minggu awal penggunaan rotan cukup banyak, namun di akhir minggu ke empat atau satu bulan penggunaan rotan berkurang drastis, bahkan memasuki bulan kedua rotan tidak lagi digunakan.

Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel

Ini artinya para santri sudah mampu menghafalkan target minimal yang ditentukan yaitu 7 halaman perhari.

“Pemukulan rotan makin hari makin berkurang bahkan memasuki bulan kedua tidak ada lagi penggunaan rotan,” kata Mohammad Arif, lajnah urusan kedisiplinan program Tahfidz Aqsa.

Dua Bulan Tujuh Hari, Setoran Hafalan Selesai

Kecepatan para santri dalam menghafal Al Qur’an juga meningkat dari tahun tahun sebelumnya. Pada tahun 2015 para santri memerlukan waktu 2,5 bulan untuk menyelesaikan setoran hafal Quran mereka. Namun, pada tahun 2016 ini waktu mereka lebih singkat, para santri hanya perlu waktu dua bulan tujuh hari untuk menyelesaikan hafalan 30 juz Al Quran.

Baca Juga: Pejuang Palestina Punya Cara Tersendiri Atasi Kamera Pengintai Israel

Para santri menghafal secara terus menerus selama 24 jam, artinya kapan pun mereka ingin menyetorkan hafalan nya, para guru yang merupakan Alumni Tahfidz dari Pondok Pesantren Al Fatah Indonesia ini, siap untuk menerimanya.

“Tahun 2016 ini cukup singkat, hanya 2 bulan 7 hari” kata Zulkifli. Ia menambahkan, “Guru-guru juga cukup konsisten, mereka menyediakan waktu 24 jam  untuk menerima setoran para santri”

“Para santri datang ke kamar para ustadz untuk setor hafalan kepada para ustadz, mereka sudah memiliki kesadaran untuk itu,” lanjutnya.

Perlu ditambahkan, selain itu selama program berlangsung, para santri tidak diperkenankan untuk makan makanan dari luar sekolah, karena dikhawatirkan akan mengganggu kesehatan para santri.

Baca Juga: Catatan Perjalanan Dakwah ke Malaysia-Thailand, Ada Nuansa Keakraban Budaya Nusantara

“Kami melarang para santri untuk makan makanan dari luar sekolah, karena kami tidak ingin kesehatan mereka terganggu. Alhamdulillah selama program ini berlangsung tidak ada satu pun yang sakit, bahkan para guru nya pun demikian,” kata Azhari.

Al Quran Menjadi Solusi Permasalahan 

Setelah menyelesaikan hafalan sebanyak 30 juz, para santri akan mengikuti program lanjutan untuk menguatkan hafalan mereka.

“Program ini akan terus berjalan, bukan hanya tiga bulan, tapi hingga para santri mutqin terhadap hafalannya,” kata Azhari

Baca Juga: Pengabdian Tanpa Batas: Guru Honorer di Ende Bertahan dengan Gaji Rp250 Ribu

Ia menjelaskan untuk menguatkan hafalan mereka maka diperlukan setidaknya 15 asatidz yang akan didatangkan kembali dari Pondok Pesantren Al Fatah.

“Kami perlu 15 orang dari Al Fatah, target kami tahun depan bisa banyak yang mutqin, mudah-mudahan saja dengan program Al Quran ini bisa menjadi solusi untuk menghadapi setiap permasalahan di Malaysia” lanjutnya.

Ia menambahkan “Mohon Al Fatah bisa memberikan yang terbaik lagi, program seperti ini tidak ada di Malaysia, kami satu-satunya yang menjalankan program seperti ini”.

Pemerintah Malaysia Diharapkan Berikan Apresiasi pada Para hafidz

Baca Juga: RSIA Indonesia di Gaza, Mimpi Maemuna Center yang Perlahan Terwujud

Azhari juga mengharapkan agar pemerintah Malaysia memberikan perhatian khusus kepada para hafidz ini.

“Di Indonesia setiap hafidz diberikan beasiswa, tapi tidak di Malaysia, kami berharap kami pihak pemerintah Malaysia lebih mmberikan apresiasi bagi para penghafal AlQuran” harapnya.

Azhari menambahkan bahwa apresiasi ini sangat penting karena para penghafal Al Quran inilah generasi yang akan menyelesaikan berbagai permasalahan di Malaysia kelak. Semoga (K01/P2)

Mi’raj Islamic NewsAgency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia
Kolom