Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Genosida Melalui Kelaparan di Gaza

Redaksi Editor : Widi Kusnadi - 20 detik yang lalu

20 detik yang lalu

0 Views

Distribusi makanan di Jalur Gaza, Palestina. (Gambar: Anadolu)

Oleh Ali Farkhan Tsani, Duta Al-Quds Internasional

Apa yang terjadi di Jalur Gaza yang diblokade, bukanlah sekadar konflik bersenjata. Namun ia lebih ke genosida, yang dilakukan bukan hanya dengan bom dan peluru yang menyala. Tetapi dengan senjata yang lebih sunyi, yaitu kelaparan.

Zionis secara sistematis memblokade masuknya makanan, air bersih, obat-obatan, dan bantuan kemanusiaan ke Gaza. Ribuan anak kini hidup dalam kondisi malnutrisi akut. Bayi meninggal bukan karena perang langsung, tapi karena tidak ada asupan, susu dan nutrisi.

Sejumlah 111 orang, termasuk 81 anak-anak yang mengalami kematian akibat kelaparan dan malnutrisi, dalam beberapa hari, menjadi bukti kekejaman genosida yang dilancarkan Zionis di depan mata dunia.

Baca Juga: Kader Adalah Benih Peradaban

Kelaparan telah dijadikan sebagai alat perang yang mematikan secara perlahan. Rumah-rumah dihancurkan, lahan pertanian dirusak, bahkan irigasi dan sumber air dibombardir. Zionis dengan segala kepongahannya ingin mematahkan semangat hidup warga Gaza dengan menciptakan penderitaan bertingkat, mulai dari fisik, mental, hingga ekonomi. Ini adalah kejahatan terhadap kemanusiaan yang nyata di hadapan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Organisasi kemanusiaan internasional mengkonfirmasi bahwa Gaza berada di ambang kelaparan massal. Ribuan orang antre roti, tapi yang datang malah peluru tajam. Bahkan truk bantuan diserang, relawan, dokter dan jurnalis pun  dibunuh.

Ya, di Gaza, kematian tak selalu datang dari ledakan. Ia hadir lewat perut kosong yang tak terisi berhari-hari. Lewat bayi yang tak lagi menangis karena kehabisan tenaga. Lewat ibu yang menahan lapar agar anaknya bisa makan sepotong roti basi.

Zionis bukan hanya memutus aliran listrik, air, dan obat-obatan. Mereka juga memblokade bahan makanan, menghancurkan ladang, menyerang konvoi bantuan. Anak-anak Gaza tidak sedang bertahan hidup, tapi mereka sedang bertahan dari kematian yang lambat. Ini bukan krisis kemanusiaan biasa, ini adalah kejahatan sistematis, genosida lewat kelaparan.

Baca Juga: Vonis Tom Lembong: Jerat Prosedural, Preseden Baru bagi Pejabat?

Karenanya, dunia harus berhenti berpura-pura buta. Tidak ada pembenaran apa pun untuk membiarkan dua juta manusia perlahan mati karena lapar. Membiarkan Gaza kelaparan berarti membiarkan kemanusiaan mati bersama mereka.

Ini semua karena Gaza bukan hanya soal tempat. Gaza adalah ujian bagi nurani umat manusia. Gaza adalah seperti kita, manusia-manusia juga yang berhak untuk hidup, untuk minum dan makan, untuk berpakaian, untuk berobat, dan untuk menjalani hidupnya secara normal, layaknya manusia pada umumnya di muka bumi ini. Dunia tak boleh membiarkannya dilenyapkan.

Apa yang dilakukan Zionis adalah bentuk nyata dari genosida modern, yaitu membunuh manusia dengan memutus akses hidup mereka.

Dunia harus membuka mata. Diam adalah persetujuan dari tindakan. Maka bersuaralah untuk Gaza, karena setiap suara adalah pembelaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan. []

Baca Juga: Kekalahan Zionis Israel atas Rakyat Palestina

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda