Darfur, MINA – Sebuah laporan yang baru dirilis dari organisasi hak asasi manusia internasional, Raoul Wallenberg Center menyimpulkan bahwa genosida sedang terjadi terhadap kelompok non-Arab di wilayah Darfur, Sudan.
Penyelidikan independen itu menemukan “bukti yang jelas dan meyakinkan” bahwa paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (Rapid Support Forces/RSF) dan milisi sekutunya “telah melakukan dan sedang melakukan genosida terhadap Masalit,” sebuah kelompok Afrika Hitam, melansir Middle East Eye, Sabtu (20/4).
Laporan itu juga menyimpulkan bahwa “RSF dan milisi sekutunya telah berkomitmen dan sedang melakukan hasutan langsung dan publik (terbuka) untuk melakukan genosida.”
Selain itu, laporan itu menunjukkan bahwa seluruh 153 negara yang telah menandatangani Konvensi Genosida “berkewajiban untuk mengakhiri keterlibatan dan menggunakan segala cara yang tersedia untuk mencegah dan menghentikan genosida.”
Baca Juga: Pusat Budaya dan Komunitas Indonesia Diresmikan di Turki
Lebih lanjut dikatakan, terdapat “bukti yang jelas dan meyakinkan” bahwa Sudan, Uni Emirat Arab, Libya, Chad, Republik Afrika Tengah (CAR) dan Rusia melalui tindakan Grup Wagner “terlibat dalam genosida.”
RSF telah berperang dengan Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) sejak 15 April 2023. Perang ini telah menyebabkan lebih dari delapan juta orang mengungsi dan menyebabkan 18 juta orang “sangat rawan pangan,” menurut Program Pangan Dunia PBB (WFP).
Pasukan paramiliter membantah bahwa mereka dipasok oleh UEA dan menolak tuduhan bahwa mereka melancarkan kampanye kekerasan yang bermotif etnis di Darfur.
Laporan yang baru dirilis, yang ditinjau dan didukung oleh para ahli hak asasi manusia terkemuka termasuk Luis Moreno Ocampo, dan Irwin Cotler, Ketua Raoul Wallenberg Center dan mantan menteri kehakiman Kanada, menyatakan bahwa perang tersebut “berubah menjadi krisis kemanusiaan dan menjadi keadaan darurat yang belum pernah terjadi sebelumnya dan berskala global.”
Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina
Di Darfur, wilayah barat luas yang menjadi basis kekuatan RSF, kelompok paramiliter telah mampu bertindak hampir tanpa hambatan. Middle East Eye telah melaporkan selama perang bahwa kelompok tersebut menargetkan Masalit di kota-kota termasuk el-Geneina dan el-Fasher.
Idriss (29) dari el-Geneina, ibu kota Darfur Barat, mengatakan pada bulan Juli 2023, bahwa dia telah melihat warga Masalit Sudan lainnya ditembak dan dibunuh oleh RSF dan milisi sekutunya di hadapannya. Sebelum melarikan diri ke Chad, ia mengambil foto mayat-mayat yang berjajar di jalanan kota.
Laporan Raoul Wallenberg Center menyebut, perempuan di seluruh Darfur – beberapa di antaranya berusia 12 tahun – telah menjadi korban kekerasan seksual yang dilakukan oleh laki-laki berseragam RSF.
Pada pertemuan di parlemen Inggris pada hari Rabu lalu, Zaza el-Sheikh, seorang dokter Sudan, mengatakan bahwa dia dan rekan-rekannya telah bertemu dan memeriksa 895 wanita Sudan di Mesir yang telah diperkosa oleh para pejuang dan kini sedang hamil.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Raoul Wallenberg Center berpendapat bahwa terdapat bukti jelas yang menyimpulkan bahwa RSF melanjutkan genosida bermotif etnis yang dilakukan oleh milisi Janjaweed terhadap kelompok non-Arab di Darfur. (T/Ai/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Joe Biden Marah, AS Tolak Surat Penangkapan Netanyahu