Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

GERAKAN BANGUN PERADABAN MELALUI MASJID JOGOKARIYAN

Rana Setiawan - Jumat, 25 September 2015 - 01:16 WIB

Jumat, 25 September 2015 - 01:16 WIB

840 Views

Masjid Jogokariyan. (Foto: Istimewa)
<a href=

Masjid Jogokariyan. (Foto: Istimewa)" width="406" height="269" /> Masjid Jogokariyan berlokasi di jalan Jogokariyan 36 Yogyakarta. (Foto: Istimewa)

Oleh: Rana Setiawan, Wartawan MINA

Nama masjid ini tidak terdengar Islami, tapi pengurus masjid mengklaim justru menamakan masjid dengan nama daerah lebih sesuai dengan Sunnah Nabi. Masjid Jogokariyan namanya. Arsitektualnya sederhana, tidak se ‘wah’ masjid megah nan berlapis emas dengan arsitektur memukau. Pun tak sebesar masjid lain di perkotaan yang dihiasi ornamen-ornamen memikat.

Masjid Jogokariyan memang hanya Masjid kampung yang sederhana dengan dua lantai, tapi soal manajemen dan kemakmuran rumah ibadah umat Islam, Masjid yang berlokasi di jalan Jogokariyan 36 Yogyakarta ini boleh dijadikan sebagai tempat studi banding. Bayangkan, jamaah Shubuh di Masjid ini separuh dari Jamaah Jum’at! Ramai sekali.

Di saat banyak masjid yang sangat bergantung pada sumbangan warga di sekitarnya, Masjid Jogokariyan merupakan satu dari sedikit masjid yang tidak bergantung pada infaq dan shadaqah masyarakat. Bahkan, dengan manajemen yang profesional, keberadaan Masjid Jogokariyan justru membantu kehidupan ekonomi warga sekitar.

Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir

Masjid Jogokariyan mampu menjadikan ekonomi berbasis Masjid sebagai penggerak ekonomi masyarakat. Prinsipnya, “Jika pasar mengalahkan masjid, maka masjid akan mati. Jika masjid mengalahkan pasar, maka pasar akan hidup.”

Manajemen keuangan masjid yang berjarak sekitar 30 menit dari kampus Universitas Gajah Mada menuju Parangtritis ini memang cukup unik. Saat tak sedikit pengurus masjid yang mengumumkan saldo infak bernilai jutaan rupiah, Masjid Jogokariyan justru selalu berupaya agar pada tiap pengumuman, saldo infak hanya setara nol rupiah. Alasannya sederhana, saldo yang sangat besar akan menyakiti saat ada sebagian warga yang sakit namun tak bisa ke rumah sakit karena tak punya biaya, atau ada warga tak berpunya yang tidak bisa bersekolah, dan sebagainya.

Gerakan Jamaah Mandiri

Awalnya, pada tahun 2005, Masjid Jogokariyan mulai menginisiasi Gerakan Jama’ah Mandiri. Jumlah biaya operasional masjid dihitung untuk satu tahun, kemudian dibagi 52 pekan. Angka ini kemudian dibagi lagi dengan kapasitas masjid, maka didapatilah biaya per-tempat shalat. Angka terakhir ini kemudian disampaikan kepada para jamaah.

Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia

Ternyata, kebutuhan operasional masjid akan tertutupi jika setiap jama’ah mengeluarkan infak senilai Rp 1.500,- setiap Jumat. DKM mengumumkan jika jamaah bersedekah RP 1.500,- itu artinya ibadah mereka tidak disubsidi oleh DKM.

Tapi jika kurang dari Rp 1.500,- itu sama artinya ibadah jamaah disubsidi oleh masjid. Gerakan Jama’ah Mandiri ini berhasil menaikkan penerimaan infak Masjid hingga 400 persen. Pelaporan akuntabilitas keuangan Masjid yang transparan menjadikan jamaah tak sungkan berinfak lebih dari Rp 1500,-

Penerimaan dana itu tidak lantas digunakan untuk pembangunan masjid, melainkan disalurkan melalui pengelolaan bisnis. Keuntungan bisnis tersebutlah yang pada akhirnya memberikan penghasilan bagi kemakmuran masjid dan masyarakat sekitar. Dari bisnis itulah kemudian dibuat berbagai program kemasyarakatan untuk masyarakat sekitar Jogokariyan. Misalnya program umroh untuk empat jama’ah yang paling rajin Shalat berjama’ah di masjid tersebut.

Yang cukup menarik adalah, pengurus Masjid membagikan surat undangan, dengan bentuk yang benar-benar persis seperti surat undangan pernikahan, berisi ajakan untuk mendirikan shalat Shubuh di masjid kepada setiap masyarakat di Jogokariyan. Undangan Shubuh itu dilanjutkan dengan program-program lain seperti kuliah shubuh, hingga program sarapan gratis bagi jamaah yang Shalat Subuh dan langsung melanjutkan aktivitas di masjid hingga tiba jam berangkat ke kantor

Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh

Sedangkan bagi anak-anak, DKM menyediakan uang jajan bagi anak-anak yang Shalat Subuh berjamaah dan melanjutkan aktivitas di masjid sampai jam berangkat sekolah tiba. Program ini disambut antusias oleh masyarakat Jogokariyan, sehingga jumlah jama’ah Shubuh di Masjid ini sangat ramai, mencapai setengah dari Jamaah Shalat Jumat.

Pemetaan Jamaah

Dalam melakukan pelayanan dakwah kepada masyarakat, DKM Masjid Jogokariyan melakukan pemetaan yang detail sehingga mengetahui potensi dan kebutuhan, peluang dan tantangan, kekuatan dan kelemahan sebagai acuan dalam melakukan pembinaan keagamaan kepada masyarakat.

DKM Jogokariyan melakukan “Sensus Masjid” sebagai data tahunan yang kemudian dikemas dalam bentuk data base bagi dakwah berbasis masjid.

Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh

Data base ini tidak hanya mencakup nama Kepala Keluarga (KK) dan warga, pendidikan, pendapatan, dan lainnya, tetapi sampai pada siapa saja di antara warga yang shalat dan yang belum, yang terbiasa berjama’ah di masjid dan yang tidak, yang sudah berkurban dan membayar zakat di Baitul Maal Masjid Jogokariyan, yang aktif mengikuti kegiatan di masjid dan belum, nama instansi tempat bekerja, dan seterusnya.

Data ini dibuat sangat detail sehingga DKM Jogokariyan mengetahui bahwa dari 1030 KK atau setara dengan 4000-an penduduk, yang belum shalat sebanyak sekian orang. Data ini diperbaharui setiap tahun sehingga DKM bisa melihat tren perkembangan dakwah pertahun.

Misalnya, pada 2010, jumlah warga yang tidak shalat sebanyak 17 orang, padahal pada tahun 2000 warga Jogokariyan yang belum shalat ada 127 orang. Dari sini, perkembangan dakwah selama 10 tahun dapat dilihat.

Data base yang diformulasikan dalam Peta Dakwah Jogokariyan itu dibuat dengan menggunakan simbol-simbol. Gambar sejumlah blok di perkampungan yang rumah-rumahnya digambarkan dalam beragam warna menunjukan tingkat keakraban kampung tersebut dengan indikator-indikator Islam: hijau, hijau muda, kuning, dan seterusnya hingga merah. Juga simbol-simbol lain yang menggambarkan detail indikator syariah pada setiap rumah dalam sebuah ‘peta dakwah’.

Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung

Dari hasil sensus itu, segala kebutuhan kegiatan di Masjid Jogokariyan juga bisa dipesan dari jamaah. DKM Masjid Jogokariyan juga berkomitmen tidak membuat Unit Usaha agar tak bersinggungan dengan jama’ah yang memiliki bisnis serupa.

Wujudkan Fungsi Masjid di Zaman Rasulullah

Manajemen Masjid Jokokariyan pun terus berupaya mewujudkan fungsi masjid sebagaimana masjid di zaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yaitu sebagai pusat pendidikan, pengajaran, dan pengembangan ilmu, khususnya Al-Islam; sebagai pusat peribadatan; pusat informasi masyarakat; tempat menerima tamu-tamu negara,; ruang tunggu resmi tamu-tamu Rasulullah; Pusat pengumpulan dan distribusi zakat, infaq, dan shodaqoh; tempat mengatur kegiatan masyarakat Islam; pusat pertolongan Ummat; rumah sakit di saat kritis; tempat menginap para musafir; tempat penyelesaian sengketa, dan lain-lain.

Dalam hal pembinaan terhadap generasi muda, manajemen Masjid Jokokariyan mencanangkan rangkaian kaderisasi dengan berbagai program seperti Himpunan Anak-anak Masjid (HAMAS), terdiri dari anggota terdiri dari pra TK-kelas 6 SD dan pengurus terdiri dari kelas 1 SMP-2 SMU.

Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel

Program yang tidak terlewatkan adalah membangun karakter pemuda-pemudi yang tumbuh besar dan mencintai Masjid. Remaja Masjid Jogokariyan (RMJ) adalah satu organisasi remaja Muslim yang bernaung di bawah DKM Jogokariyan, terdiri dari anggota dan pengurus mulai dari 2 SMA-sebelum menikah.

RMJ ini memiliki banyak alumni dengan data yang tersusun rapi. Mereka tergabung dalam Keluarga Alumni Remaja Masjid (KURMA/UMIDA) Masjid Jogokariyan. Kegiatan yang dilakukan oleh Remaja Masjid Jogokariyan ini cukup intensif dan terorganisasi dengan baik, termasuk keberhasilan mereka mendatangkan pembicara-pembicara mulai dari tingkat lokal hingga tingkat nasional. sumber: Bimas Islam Kemenag. (R05/P4)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Pejuang Palestina Punya Cara Tersendiri Atasi Kamera Pengintai Israel

Rekomendasi untuk Anda

Khadijah
Indonesia
Indonesia