Kairo, MINA – Gereja Koptik Ortodoks Mesir pada Ahad (14/11) menyatakan tidak mengakui seorang pendeta yang membuat pernyataan menghina tentang Islam dan Nabi Muhammad karena hubungan dengan pendeta itu telah terputus sejak “lebih dari 18 tahun yang lalu.”
Dalam sebuah pernyataan resmi, otoritas gereja, menyatakan, sebelumnya Botros adalah seorang pendeta di Mesir dan dipindahkan di antara beberapa gereja.
Dia memperkenalkan ajaran yang tidak sesuai dengan doktrin Ortodoks dan karenanya status pendetanya ditangguhkan untuk jangka waktu tertentu, demikian dikutip dari MEMO pada Selasa (16/11).
Pada hari Sabtu (13/11), sebuah video Botros menghina Islam dan Nabi menjadi viral di media sosial, menyebabkan kemarahan di kalangan umat Islam di seluruh dunia. Video itu menunjukkan Botros mengatakan bahwa Nabi “mabuk ketika dia menulis Al-Qur’an”,
Baca Juga: Setelah 20 Tahun di Penjara, Amerika Bebaskan Saudara laki-laki Khaled Meshaal
Gereja melanjutkan dengan mengatakan dia telah meminta maaf karena menyebarkan ajaran-ajaran ini.
Botros kemudian pindah ke Australia, kemudian Inggris, di mana ajarannya lagi-lagi tidak ortodoks. Gereja sendiri telah mencoba mengoreksi pemikirannya.
“Pelecehan dan pencemaran nama baik tidak sesuai dengan semangat Kristen sejati, yang memiliki cinta dan rasa hormat penuh untuk semua saudara Muslim kita,” demikian pernyataan gereja.
Beberapa aktivis dan tokoh masyarakat mengatakan lewat media sosial untuk menegaskan pendeta kontroversial itu tidak mewakili orang-orang Kristen Mesir. Mereka meluncurkan tagar #PunishZakariaBotros yang menjadi trending di Twitter.
Baca Juga: Erdogan Umumkan ‘Rekonsiliasi Bersejarah’ antara Somalia dan Ethiopia
Komentar Botros muncul hanya beberapa hari setelah presenter TV Mesir Ibrahim Eissa mengkritik seorang apoteker karena membaca Al-Qur’an selama jam kerja.
“Mengapa saya harus masuk ke toko farmasi dan menemukan seorang apoteker muda duduk dan membaca Al-Qur’an? Setidaknya harusnya membaca referensi medis yang dapat membantu dalam pekerjaan Anda,” katanya, dengan menambahkan kritik terhadap sistem pendidikan Mesir. (T/R7/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)