Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gigihnya Muslimat Palestina dalam Melawan Penjajah Zionis Israel

Ali Farkhan Tsani - Rabu, 26 Juni 2024 - 00:40 WIB

Rabu, 26 Juni 2024 - 00:40 WIB

26 Views

Oleh Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita MINA

Perjuangan rakyat dan bangsa Palestina menghadapi penjajahan Zionis Israel tidak hanya milik kaum laki-laki, akan tetapi kaum perempuan (Muslimat) pun tidak kalah ketinggalan.

Kaum Muslimat Palestina yang terdiri dari kaum ibu, termasuk nenek-nenek, para isteri, para guru dan mahasiswi, hingga anak-anak perempuan, mereka memiliki kegigihan dan peran penting yang luar biasa dalam melakukan perjuangan atas penodaan ekstremis Yahudi terhadap Masjidil Aqsa, dan kezaliman Zionis Israel di negeri para Nabi Palestina.

Kaum Muslimat  Palestina menempuh cara perjuangan yang mengagumkan, antara lain sebagai berikut :

Baca Juga: Muslimat Pilar Perubahan Sosial di Era Kini

  1. Mengobarkan semangat jihad di komunitasnya

Sejak Inggris menduduki tanah Palestina tahun 1917, kaum perempuan Palestina berusaha mengobarkan semangat jihad kepada suami mereka, anak-anak laki-laki mereka, saudara-saudara laki-laki mereka, dan orang tua mereka, untuk berangkat berjihad mengusir penjajah Zionis Israel.

Kaum Muslimat Palestina tentu menyadari bahwa jumlah laki-laki yang akan berjihad semakin sediki, karena banyak yang telah gugur sebagai syuhada. Belum lagi perlengkapan perang pada awal-awal perjuangan, yang juga masih kurang memadai.

Tetapi kaum Muslimat Palestina menyadari bahwa semua itu bisa diatasi dengan adanya bara api semangat jihad yang tinggi karena Allah. Apalagi tanah yang mereka adalah tanah yang dahulu didiami oleh para Nabi dan Rasul mulia utusan Allah, tempat berdirinya Masjid Al-Aqsa kiblat pertama umat Islam, dan tanah wakaf umat Islam semenjak Khalifah Umar bin Khattab menetapkannya sebagai tanah wakaf kaum Muslimin, sampai kapanpun.

  1. Kaum Muslimat Palestina menunjukkan ketegaran luar biasa dalam menghadapi berbagai tindak kekerasan penjajah.

Penjajah zionis Israel secara terus-menerus menangkapi suami, saudara-saudara laki-laki, dan anak-anak laki-laki warga Palestina, menangkapi mereka, hingga memenjarakan tanpa bukti dan persidangan, hingga mengeksekusi tahanan di balik jeruji besi.

Baca Juga: Tujuh Peran Muslimah dalam Membela Palestina

Dalam situasi seperti itu, kaum Muslimah Palestina tetap menunjukkan ketegaran luar biasa. Mereka tetap mendidik anak-anaknya untuk melanjutkan perjuangan ayahnya, dan mengajarkan literasi keilmuan kepada anak-anak yang lain dan masyarakatnya.

  1. Menyumbangkan perhiasan mereka untuk pembelian senjata.

Kaum Muslimat di Palestina, mereka juga membiayai perjuangan pembebasan Al-Aqsa dan kemerdekaan Palestina, dari kantong-kantong pribadi mereka sendiri. Tak terkecuali adalah harta perhiasan paling berharga yang dimiliki isteri-isteri mereka sendiri, dengan ikhlas.

Contoh yang paling menonjol adalah ketika Syaikh Izzuddin Al-Qassam melancarkan revolusi jihad melawan pendudukan Inggris. Beliau berpesan kepada isteri dan anak-anaknya bahwa dirinya akan bersiap menjemput syahid di jalan Allah, seraya berharap agar keluarganya tidak shock bila mendengar dirinya telah gugur di medan jihad.

Dengan serta merta, isterinya menyerahkan semua perhiasan yang dimilikinya, yang dahulu diterima dari suaminya itu, untuk membeli perbekalan perjuangan sang suami bersama para pengikutnya.

Baca Juga: Muslimah dan Masjidil Aqsa, Sebuah Panggilan untuk Solidaritas

Demikian pula yang dilakukan oleh isteri dari salah satu anak buah Syaikh Izzuddin Al-Qassam, yaitu isteri Etea Ahmed Al-Misri, yang menitipkan perhiasan berupa gelang emas senilai sekitar 80 pounds untuk bekal jihad membela agama Allah, mengusir penjajah.

  1. Terlibat dalam aksi sosial di lingkungan masyarakat di berbagai daerah konflik untuk kepentingan masyarakat.
  2. Ikut melibatkan diri dalam kancah pemerintahan dan memberikan sumbangan pemikirannya untuk kemaslahatan pembangunan.
  3. Mendidik anak-anak mereka untuk cinta jihad.

Kaum Muslimat Palestina di kalangan ibu-ibu rumah tangga,  sangat memperhatikan pendidikan jihad pada anak-anaknya, agar menjadi generasi yang mencintai jihad dan menjadikan syahid di jalan Allah sebagai cita-cita tertinggi dan termulia mereka.

Bagi kaum Muslimat Palestina, ibu-ibu di sana, hidup tanpa jihad dan syahid, tidak ada artinya sama sekali di sisi Allah.

Tokoh paling berpengaruh dalam pendidikan jihad anak-anak Palestina adalah Ummu Nadhal Farhat yang dijuluki sebagai “Khansa Palestina Pertama”.

Baca Juga: Penting untuk Muslimah, Hindari Tasyabbuh

Jihad yang paling mengagumkan kaum Muslimat Palestina adalah keterlibatan mereka secara langsung ke medan jihad dengan diri-diri mereka sendiri.

  1. Menghimpun dana dari kantong-kantong masyarakat untuk menguatkan jihad di jalan Allah.
  2. Memberikan perlengkapan akomodasi yang diperlukan oleh para pejuang.
  3. Mengobati luka mereka seusai terjadi pertempuran. Hal ini dipelopori oleh isteri pahlawan terkemuka Abdul Qadir Al-Husayni.
  4. Mengantar makanan dan minuman kepada para mujahid langsung ke medan pertempuran, meski bahaya jelas-jelas mengancam jiwa mereka.
  5. Memberikan perlindungan kepada para mujahid.
  6. Mengantar surat-surat penting antar mujahidin dari satu titik tempat ke titik tempat lainnya, secara rahasia namun penuh bahaya.

Ini dipelopori isteri Syaikh Ahmad Yasin. Ia harus mengirim surat-surat penting dari suaminya dari balik jeruji besi penjara Zionis Israel untuk para pejuang di lapangan. Begitu pula sebaliknya, ia mengantar surat-surat dari para mujahid di daerah-daerah perjuangan.

  1. Mengantarkan para mujahid dengan mobil-mobil mereka ke tempat-tempat perjuangan melawan Zionis Israel.
  2. Melakukan aksi-aksi demo di jalan-jalan menentang penjajahan Zionis Israel.

Ini dipelopori oleh Shama’ Jumah Shiyam, isteri Syaikh Mahmoud Muhammd Shiyam, yang kala itu (tahun 1980-an) menjabat sebagai Rektor Universitas Islam Gaza dan sebagai Imam dan Khatib Masjid Al-Aqsa.

Shama’ Jumah mengkoordinasi kaum Muslimat Palestina untuk turun ke jalan, membuat pagar betis, menghalangi tentara-tentara Zionis Israel yang waktu itu hendak masuk ke kawasan Masjid di Gaza. Sementara kaum mujahid pejuang-pejuang Palestina berada di dalam masjid. Hingga akhirnya Zionis Israel menemui tangan kosong, pulang dalam keadaan hampa tidak menemui sasaran

Baca Juga: Peran Muslimat dalam Menjaga Kesatuan Umat

  1. Menyerukan semangat berperang setiap saat, tidak gentar menghadapi keganasan Zionis Israel.

Sebagai contoh, suatu ketika komandan beserta satu regu pasukan tentara Zionis Israel merangsek ke sebuah kamp pengungsian Palestina, untuk menangkap pemilik kamp yang merupakan mujahid Al-Aqsa, yang dicari-cari.

Namun mereka tidak menemukannya. Maka komandan Zionis Israel itu menangkap tiga anak terbesarnya dari enam anak mereka sebagai sandera tahanan.

Kedua mata sang ibu pun tampak berkaca-kaca melihat ketiga anaknya digelandang keluar kamp. Si Komandan mengira, inilah titik kelemahan sang ibu. Hingga ia pun berkata keras, “Jika kamu tidak menunjukkan tempat suamimu, besok saya akan datang lagi dan akan menangkapi sisa anakmu itu!”.

Di sinilah suara sang ibu terdengar lantang walaupun parau teriring isak tangis, “Saya punya enam anak seperti yang kamu lihat…! Saya sudah bernazar atas nama Allah, lima dari anak-anakku untuk gugur sebagai syuhada di jalan Allah. Dan yang keenam pun akan menggantikan mereka dengan izin Allah…!”. Sang komandan dan tentara-tentaranya pun tampak bingung, gentar dan tidak bisa mengatakan apa-apa lagi.

Baca Juga: Derita Ibu Hamil di Gaza Utara

  1. Ini yang paling disorot publik internasional, yakni kaum Muslimat yang melakukan operasi “bom syahid” ke medan pertempuran.

Hal ini misalnya dilakukan oleh sekelompok kaum Muslimat yang menyiapkan dirinya syahid di daerah Khan Yunis, Palestina.

Sebenarnya aksi ini bukan hanya mengentarkan penjajah Zionis Israel. Tetapi juga mencengangkan dunia, termasuk dunia Arab dan Islam. Sebab aksi seperti ini tidak biasa mereka lakukan, di mana seorang Muslimat mengikatkan pinggangnya yang indah dan ramping dengan sabuk rompi bom yang diisi bubuk mesiu.

Perempuan Muslimat itu kemudian menyelinap ke sekerumunan tentara Zionis Israel yag sedang berjaga di pos militer, lalu dia meledakkan dirinya. Setelah itu tubuhnya terpotong-potong terpencar ke mana-mana, sementara pada saat yang sama beberapa bahkan puluhan tentara Zionis Israel pun meregang nyawa, tewas seketika dan beberapa lainnya luka-luka.

Para Khansa Palestina, merujuk kepada nama sahabat Muslimat jaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang pemberani di medan pertempuran, menulis dalam agenda perjuangan Muslimat Palestina:

Baca Juga: Kiat Menjadi Muslimah Penuh Percaya Diri

“Bungkamlah seluruh pernyataan, berhentilah seluruh pena untuk mencatat, stoplah menyerukan yel-yel kering. Sebab aksi bom syahid Muslimat Palestina di medan tempur telah meringkas semua kata-kata dan pernyataan itu hanya dalam beberapa detik. Mereka telah membuang semua kehinaan. Mereka telah mengembalikan keberanian dan kepahlawanan bangsa Arab yang sudah lama terbuang dan lenyap. Mereka mengembalikan itu semua di tengah keputusasaan, di tengah-tengah perasaan kalah dan hina dan bungkamnya bangsa Arab yang memalukan!!!”.

Beberapa pejuang muslimat Palestina yang melakukan aksi bom syahid itu antara lain :

  • Wafa Ali Idris (26 tahun)

Dialah pejuang Palestina yang melakukan serangan di jalur Yafa, jantung kota Al-Quds Barat.

Dia menjadi syahidah pada hari Ahad tanggal 27 Januari 2002. Dialah Muslimat pertama pelaku aksi syahid melawan Zionis Israel.

Baca Juga: Fitnah Medsos yang Perlu Diwaspadai Muslimah

Prof. Syaikh Shiyam, Imam Besar dan Khatib Masjid Al-Aqsa, pada waktu itu menulis syair, “Semoga Allah mengekalkan seorang Muslimat sepertimu. Wahai Muslimat pertama pelaku aksi syahid dalam operasi Al-Quds yang mencengangkan seluruh thaghut. Keturunan Yahudi Zionis pun ketakutan dari aksi Muslimat Palestina itu. Berbahagialah bagi mereka yang mengikuti Wafa dan memberikan prestasinya. Ia akan menjadi lentera yang menerangi kami di pojok-pojok gelap Al-Aqsa”.

  • Noura Jamal Shalhob (15 tahun)

Ia adalah bunga kaum Muslimat pelaku serangan bom syahid dalam usia sekolah.

Ia melakukan serangan ke arah pasukan Zionis Israel di Perlintasan Militer At-Thaibah Palestina yang memisahkan antara wilayah-wilayah yang dijajah tahun 1967 dan wilayah-wilayah jajahan tahun 1948.

Di sanalah Noura menyerang tentara Zionis Israel dengan teriakan “Allahu Akbar!!!”.

Baca Juga: Istri Tak Bersyukur, Sebuah Renungan Berdasarkan Dalil Syariat

Salah satu tentara Zionis Israel tewas seketika, satunya lagi mati suri. Seorang sniper Zionis Israel berhasil menembaknya dengan peluru mematikan. Noura pun gugur sebagai syuhada pada hari Senin pagi tanggal 25 Februari 2002.

  • Darren Mohammed Abu Eisha (22 tahun)

Ia mahasiswi Mulsimat yang masih kuliah di tahun keempat di Universitas An-Najah di Nablus Palestina.

Ia berasal dari desa Beit Wazn, Nablus Tengah. Ia adalah salah satu aktivis Muslimat di kampusnya.

Ia datang ke pimpinan militer Harakah Al-Muqawwamah Al-Islamiyah (Hamas), meminta dirinya bergabung dengan sayap militernya. Karena permintaannya tidak dipenuhi, ia menuju ke Batalion Al-Aqsha.

Baca Juga: Peran Perempuan dalam Mempertahankan Masjid Al-Aqsa

Dari sinilah ia melakukan aksi syahid di salah satu Perlintasan Militer Zionis Israel di Tepi Barat Palestina pada malam Rabu tanggal 27 Februari 2002.

  • Ayat Mohamed Akhras (16 tahun)

Ia masih tergolong Muslimat muda, berasal dari kamp pengungsian Dhehishah Betlehem. Ia masih pelajar di salah satu sekolah menengah atas di Betlehem.

Ia adalah Muslimat pahlawan operasi serangan syahid di kota Yerussalem pada suatu sore hari Jumat tanggal 29 Maret 2002.

  • Muha Abdel Hadi (17 tahun)

Ia Muslimat yang masih sangat muda, berasal dari kamp pengungsian Jenin. Penyebabnya karena sebelumnya Zionis Israel menyerang rumah keluarganya untuk menangkap salah satu saudaranya.

Ia bergegas menyiapkan bahan peledak di dalam tubuhnya. Lalu sang gadis meledakkan dirinya di kerumunan tentara Zionis Israel. Sebagian di antara mereka tewas, sebagian lainnya luka-luka, dan tentu saja Muha gugur sebagai syahid pada pagi itu Sabtu tanggal 6 April 2002.

  • Andaleeb Khalil Taqatqah (20 tahun)

Ia seorang Muslimat berasal dari desa Fajjar Betlehem. Ia menemui syahid di daerah Mahane Yehuda pada hari Jumat tanggal 12 April 2002.

  • Hibbah Azim Daraghmeh (19 tahun)

Ia Muslimat berasal dari desa Tubas dekat kota Jenin. Ia berasal dari Batalion Al-Aqsha, pelaku aksi syahid di daerah Hama’kem pada siang hari Senin tanggal 19 Mei 2003.

  • Hanadi Taisir Jaradat (29 tahun)

Ia seorang Muslimat pengacara dari Jenin, berasal dari Batalion Al-Aqsha. Melakukan aksi syahid di gerbang masuk sebelah kota Haifa pada sore hari Sabtu tanggal 4 Oktober 2003.

  • Reem Saleh Rayashi (22 tahun)

Muslimat ini adalah ibu dua anak, Dhuha (2,5 tahun) dan Mohammad (3 bulan) berasal dari kampung Zeitoun, Gaza City. Ia dari Brigade Izzuddin Al-Qassam, sayap militer Hamas. Ia adalah pahlawan aksi serangan di Perlintasan Erez pada Rabu pagi tanggal 4 Januari 2004.

  • Sana Qadeih

Ia berasal dari desa Abasan sebelah timur kota Khan Yunis dari Brigade Al-Qassam. Saat iti tentara Zionis Israel mengepung rumahnya pada hari Ahad pagi tanggal 21 Maret 2004 untuk menangkap suaminya, salah satu komandan Brigade Al-Qassam.

Sang isteri dengan tegar dan berani menghadapi serangan Zionis Isarel. Ia melakukan aksi syahid dengan bom yang sudah disiapkan pada tubuhnya. ia pun gugur bersama suaminya.

  • Zainab Isa Abu Salem (18 tahun)

Ia berasal dari kamp pengungsian Askar Baru sebelah timur kota Nablus. Ia termasuk dari Brigade Al-Aqsha, pahlawan revolusi serangan Perancis Hill di Yerusalem, yang merupakan pangkalan bus tentara Israel. Operasi syahid dilakukan pada hari Rabu sore tanggal 22 September 2004.

  • Mervat Mas’oud (19 tahun)

Ia berasal dari kamp perkemahan Jabaliya, utara Jalur Gaza. Ia melakukan aksi syahid di tengah-tengah patroli tentara Zionis Israel pada hari Senin sore tanggal 6 November 2006.

  • Fatimah Al-Najjar (68 tahun)

Ia adalah seorang nenek para pejuang aksi syahid di bumi Palestina. Ia adalah ibu dari 2 anak perempuan, 7 anak laki-laki, dan nenek dari 44 cucu. Sang nenek gugur sebagai syuhada pada malam Kamis tanggal 22 November 2006.

Ia memiliki kesempatan itu ketika sekelompok tentara Zionis Israel menduduki rumah anggota Dewan Legislatif dari Hamas,

Jamila El-Shanti di desa Beit Hanoun. Maka Fatimah segera mengenakan rompi bom, lalu merangsek ke tangah-tengah tentara Zionis Israel yang menguasai rumah itu. Setelah mengucapkan dua kalimah syahadat, nenek itu menjadi syahidah bersama dengan meledaknya bom.

Demikianlah beberapa contoh keberanian kaum Muslimat pejuang-pejuang Palestina di dalam membela diri dan mempertahankan tanah airnya dalam mengusir penjajah, Zionis Israel.

Tentu saja masih banyak lagi Muslimat-Muslimat lainnya yang patut dicontoh kaum Muslimat dari berbagai belahan dunia, sesuai dengan kondisi masing-masing, dalam ikut serta membela pembebasan Al-Aqsa dan kemerdekaan Palestina, negeri para Nabi dan Rasul utusan Allah. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Palestina
Khadijah
Palestina
Indonesia
Indonesia