Berlin, MINA – Grand Mufti Al-Azhar Kairo, Mesir, Ahmed el-Tayeb, pada Ahad (10/9) bertemu dengan Kanselir Jerman Angela Merkel dan menyampaikan pidato yang mengutuk kekejaman terhadap Muslim Rohingya di Myanmar.
Syeikh el-Tayeb berpidato dalam konferensi Paths of Peace: Religions and Cultures in Dialogue di Jerman, tempat dia mengkritik masyarakat internasional karena gagal menyelamatkan komunitas Rohingya.
Ia juga menekankan bahwa mayoritas orang Arab dan Muslim tidak ada hubungannya dengan terorisme. Kantor berita Mesir, Ahram, melaporkan hal itu yang dikutip MINA, Senin (11/9).
Imam Besar Al-Azhar – yang dianggap sebagai tempat menimba ilmu Islam tertinggi di dunia – menambahkan bahwa intervensi Barat dan perang proxy juga telah memainkan peran penting dalam mengacaukan wilayah tersebut.
Baca Juga: Bank dan Toko-Toko di Damaskus sudah Kembali Buka
“Kawasan ini telah menjadi panggung bagi perlombaan senjata dan konflik regional dan internasional,” tegasnya.
El-Tayeb dan Merkel membahas kerja sama antara Al-Azhar dan Jerman serta krisis Rohingya.
Penduduk minoritas Muslim Rohingya di Myanmar telah lama menjadi sasaran diskriminasi di negara yang sebagian besar beragama Buddha itu.
Pemerintah Myanmar menyangkal kewarganegaraan orang Rohingya dan menganggap mereka sebagai imigran ilegal dari Bangladesh, meskipun mereka telah tinggal di negara itu dari generasi ke generasi.
Baca Juga: Ratu Elizabeth II Yakin Setiap Warga Israel adalah Teroris
Dalam dua pecan terakhir saja, sekitar 270.000 warga sipil Rohingya telah melarikan diri ke Bangladesh untuk menghindari konflik di Myanmar, membanjiri kamp-kamp pengungsi yang sudah di luar kapasitas, kata seorang pejabat PBB. (T/R11/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)