Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Greenlentik, Dari Obrolan Santai Jadi Gerakan Peduli Lingkungan

Mujiburrahman Editor : Rudi Hendrik - 7 jam yang lalu

7 jam yang lalu

12 Views ㅤ

Komunitas peduli lingkungan bernama Greenlentik (Foto : Doc. Mujiburrahaman/Mina News)

Jakarta, MINA Sebuah komunitas peduli lingkungan bernama Greenlentik terbentuk dari sebuah ide yang dihasilkan dari diskusi santai para pendirinya, dikarenakan prihatin terhadap sampah-sampah rumah tangga berdampak atas kelestarian lingkungan.

Co-Founder Greenlentik Karindra Asri dan Neni Prahasti menegaskan, hadirnya komunitas ini bertujuan menyelamatkan bumi dari krisis sampah, sekaligus ingin memberdayakan para perempuan-perempuan yang selama ini termarjinalkan secara ekonomi dan bisa berdikari.

Greenlentik juga menggaitkan kegiatan pengelolaan sampah dengan edukasi lingkungan guna membuka mata masyarakat bahwasanya sampah itu bisa merusak lingkungan terutama yang berbahan plastik dan tekstil, yang selama ini menjadi penyumbang kerusakan lingkungan.

Uniknya, Greenlentik menyulap sampah-sampah tersebut tidak sekadar dikumpulkan dan dibuang, melainkan diolah menjadi produk kreatif bernilai jual yang diberi nama produk 4Etnik.

Baca Juga: BMKG Ingatkan Warga Aceh Potensi Hujan dan Petir Dua Hari

Menurut kedua Co-Founder Greenlentik, komunitas ini bukan sekadar bentuk kepedulian dan kecintaan terhadap lingkungan, tetapi juga menjadi ruang inklusi sosial, contohnya dari hasil penjualan produk tersebut sepuluh persen nya akan disumbangkan untuk rakyat Palestina.

“Kami ingin menyampaikan bahwa sampah bisa menjadi sumber daya baru jika dikelola dengan bijak. Lewat produk 4Etnik ini kami bisa berupaya menciptakan solusi konkrit sekaligus membuka peluang usaha bagi kaum perempuan serta membuka ruang inklusi sosial” ujar Asri satu Co-Founder Greenlentik, Kamis (10/7), di kantor komunitas Greenlentik.

Produk 4Etnik sendiri memadukan unsur budaya lokal dan prinsip daur ulang, menciptakan hasil karya seperti tas, dompet, hingga hiasan rumah yang ramah lingkungan dan bercita rasa seni tinggi. Proses produksinya pun melibatkan perempuan-perempuan muda dan single parent yang dibina untuk memiliki keterampilan dan kemandirian ekonomi.

Greenlentik kini tengah mengembangkan jangkauan komunitasnya di berbagai daerah dengan harapan bisa menjadi model gerakan masyarakat yang menggabungkan kepedulian lingkungan dan pemberdayaan perempuan untuk pengembangan usaha sosial/social enterprise

Baca Juga: Menag: Tunjangan Guru PAI Non-ASN Naik, Pencairan Dirapel Sejak Januari 2025

“Visi kami adalah menciptakan lingkungan bebas sampah sekaligus masyarakat yang lebih berdaya dan mampu memperkuat ekonomi keluarga. Dengan semangat gotong royong, kami percaya perubahan besar bisa dimulai dari hal kecil di rumah,” tambahnya.

Gerakan Greenlentik menjadi contoh nyata bagaimana kolaborasi dan kesadaran komunitas dapat menjadi solusi atas dua persoalan besar bangsa: sampah dan ketimpangan sosial.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Gunung Semeru Jatim Meletus, Warga Diimbau Waspada

Rekomendasi untuk Anda