Bissau, MINA — Angkatan bersenjata Guinea‑Bissau mengumumkan telah mengambil alih kekuasaan negara dan menahan Umaro Sissoco Embaló, sehari sebelum hasil resmi pemilu dirilis, menandai kudeta terbaru di negara Afrika Barat itu.
Kelompok militer yang menyebut diri “High Military Command for the Restoration of National Security and Public Order” menyatakan bahwa mereka telah mengambil alih semua institusi pemerintahan, membubarkan proses pemilu, serta menutup seluruh perbatasan darat, laut, dan udara. Al-Jazeera melaporkan, Kamis (27/11).
Sebelumnya, pemilu di Guinea‑Bissau digelar pada 23 November 2025, namun pemilihan ini diwarnai oleh ketidakpastian politik karena oposisi utama PAIGC dinyatakan tidak memenuhi syarat pencalonan.
Kedua kandidat teratas, termasuk Embaló dan penantangnya Fernando Dias da Costa sama-sama menyatakan kemenangan sebelum hasil resmi diumumkan.
Baca Juga: Malaysia Tangkap 74 Imigran Ilegal di Johor, Termasuk 9 WNI
Ketegangan memuncak pada Rabu (26/11) setelah sejumlah kejadian penembakan dilaporkan di dekat istana kepresidenan, komisariat pemilu, dan markas kementerian dalam negeri—memicu kepanikan di ibu kota Bissau dan memunculkan kekhawatiran terhadap keamanan sipil.
Militer kemudian muncul dalam siaran televisi pemerintah, menyatakan bahwa tindakan mereka dilakukan untuk “memulihkan keamanan dan ketertiban”, dengan menuduh adanya konspirasi melibatkan politisi serta oknum kriminal yang mencoba memanipulasi proses pemilu.
Situasi ini membuat masyarakat dan pengamat internasional khawatir akan stabilitas di Guinea‑Bissau. Bagi dunia internasional, terutama umat Muslim dan negara-negara sahabat.
Peristiwa ini menjadi pengingat tragis bahwa demokrasi dan proses pemilu di beberapa negara Afrika tetap rentan terhadap intervensi militer.
Baca Juga: Trump Usulkan Perdamaian Rusia-Ukraina, Tapi Syaratnya Bikin Kyiv Ragu
Guinea-Bissau adalah negara kecil di Afrika Barat yang berbatasan dengan Senegal di utara dan Guinea di selatan dan timur, dengan garis pantai di Samudra Atlantik.
Guinea-Bissau merdeka dari kolonialisme Portugal pada 1974 lalu. Negara ini memiliki sejarah politik yang penuh gejolak, ditandai dengan kudeta militer berulang dan pergantian pemerintahan yang sering kali tidak stabil. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Aktivis Bentangkan Bendera Palestina Saat Sidang Parlemen Jerman, Protes Kebijakan Gaza
















Mina Indonesia
Mina Arabic