Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pakar Bahasa Indonesia J.S. Badudu Wafat

Rana Setiawan - Ahad, 13 Maret 2016 - 09:56 WIB

Ahad, 13 Maret 2016 - 09:56 WIB

444 Views

(Foto: Istimewa)
(Foto: Istimewa)

Guru Besar Bahasa Indonesia Jusuf Sjarif Badudu.(Foto: Istimewa)

Jakarta, 4 Jumadil Akhir 1437/13 Maret 2016 (MINA) – Guru Besar Bahasa Indonesia Jusuf Sjarif Badudu menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, pada Sabtu 12 Maret 2016 pukul 22.10 WIB.

JS Badudu meninggal pada usia 89 tahun karena komplikasi penyakit yang diderita semasa tuanya. Dua hari sebelum wafat, ia dirawat inap di RSHS karena serangan stroke, demikian keterangan pers yang diterima Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Ahad pagi.

Sekitar sepuluh tahun belakangan, ia sudah beberapa kali diserang stroke ringan maupun berat yang mengakibatkan kondisi fisiknya semakin lama semakin menurun.

Jenazahnya akan disemayamkan di tempat tinggalnya sehari-hari, yakni di Bukit Dago Selatan nomor 27, Bandung. Setelah dishalatkan, rencananya jenazah akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cikutra, Bandung.

Baca Juga: Tim SAR dan UAR Berhasil Evakuasi Jenazah Korban Longsor Sukabumi

J.S. Badudu dikaruniai sembilan anak, sembilan menantu, 23 cucu, dan dua cicit. Istrinya, Eva Henriette Alma Koroh, lebih dulu berpulang pada 16 Januari 2016 lalu pada usia 85 tahun. Mereka hidup bersama dalam ikatan pernikahan selama 62 tahun.

Prof. Dr. J.S. Badudu lahir di Gorontalo pada 19 Maret 1926. Sepanjang usia ia mengabdikan diri untuk Bahasa Indonesia melalui kegiatan belajar-mengajar dan tulis-menulis. Ia telah menjadi guru sejak usia 15 tahun dan mengakhiri pengabdiannya di bidang pendidikan pada usia 80 tahun, itu pun karena kondisi fisik yang terus menurun seiring bertambahnya usia.

J.S. Badudu dikenal masyarakat luas sejak ia tampil dalam acara Pembinaan Bahasa Indonesia yang ditayangkan di TVRI pada 1977-1979, dilanjutkan tahun 1986-1986. Pada saat itu TVRI adalah satu-satunya siaran televisi di Indonesia.

Beberapa karya besar di antara puluhan buku yang pernah ditulisnya: Kamus Umum Bahasa Indonesia (1994), revisi kamus Sutan Muhammad Zain; Kamus Kata-kata Serapan Asing (2003); Pelik-pelik Bahasa Indonesia (1971); Inilah Bahasa Indonesia yang Benar (1993); Kamus Peribahasa (2008); Membina Bahasa Indonesia Baku (1980) dll.

Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina

Pendidikan bahasa yang pernah ditempuhnya adalah kursus B1 Bahasa Indonesia (1951); Fakultas Sastra Unpad (1963); Studi Pascasarjana Linguistik pada Fakultas Sastra dan Filsafat Rijksuniversiteit Leiden, Belanda (1971-1973); Ia memperoleh gelar Doktor dari Fakultas Sastra UI pada 1975 dengan disertasi berjudul Morfologi Kata Kerja Bahasa Gorontalo.

Sejauh catatan pribadi beliau, ia telah 8 tahun menjadi guru SD, 4 tahun guru SMP, 10 tahun guru SMA, dan 42 tahun menjadi dosen di Unpad dan UPI Bandung. Ia menginjak usia pensiun pada 1991, namun setelah itu masih aktif mengajar dan menulis sampai awal 2000.

J.S. Badudu adalah orang pertama yang mendapat gelar Guru Besar dari fakultas Sastra Unpad. Ia dinobatkan menjadi Guru Besar pada 1985 dalam usia 59 tahun.

Atas sumbangsih dan pengabdiannya di bidang bahasa, ia dikaruniai tiga tanda kehormatan dari pemerintah, yakni Satyalencana Karya Satya (1987), Bintang Mahaputera Nararya (2001), dan Anugerah Sewaka Winayaroha (2007).  (L/R05/P2)

Baca Juga: Warga Israel Pindah ke Luar Negeri Tiga Kali Lipat

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Timnas Indonesia Matangkan Persiapan Hadapi Bahrain

Rekomendasi untuk Anda

Wamenlu RI Anis Matta (foto: Kemlu RI l
Indonesia
Indonesia
Kementerian Luar Negeri RI (foto: Topcareer.id)
Indonesia
Indonesia
Indonesia