Gurun Mauritania Menyimpan Ribuan Naskah Kuno Islam Tak Ternilai
Di wilayah gurun terpencil Mauritania, di salah satu kota suci Islam bernama Chinguetti, terdapat sejumlah keluarga yang menjaga ribuan naskah kuno abad ke-13. Mereka dikenal sebagai pustakawan gurun.
Selama 50 tahun terakhir perubahan iklim telah membawa pasir Sahara ke jantung kota, yang secara bertahap menggerogoti seluruh bangunan.
Pemerintah Mauritania telah membuat upaya untuk melestarikan berbagai naskah tak ternilai tersebut, termasuk kajian Al-Quran, karya ilmiah, dan dokumen-dokemen hukum. Tapi bagi pamili famili Chinguetti, menyerahkan benda-benada pusaka mereka ke pihak lain adalah perbuatan terlaknat.
Sebagai kota yang kaya akan bangunan dan arsitektur kuno, Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) pada tahun 2000 menetapkan Chinguetti, bersama dengan kota Ouadane, Tichiit, dan Oualatta, sebagai Situs Warisan Dunia.
Kini kota itu terancam oleh serangan kelompok militan, yang telah menyebabkan sebagian orang luar meninggalkan Chinguetti.
Di bawah ini, fotografer Panos, Alfredo Caliz, mempersembahkan pemandangan langka di dalam Situs Warisan Dunia itu, seperti dilansir Bloomberg, Selasa (15/11).
Mohamed Ould Ghoulan, di bawah pengawasan Abdoullah Ould Ghoulan, mengamati sebuah naskah kuno di Perpustakaan Habot. Mereka memikul tugas melindungi koleksi penting sekitar 1.400 naskah. perpustakaan ini didirikan pada abad ke-19 ketika pendirinya memperoleh atau menyalin banyak buku di kota itu. Koleksi di perpustaakaan itu selanjutnya diperkaya setelah sang pemilik berkunjung ke Mekkah, tempat ia mendapatkan banyak sekali jilid dalam naskah Arab Timur.
Mohamed Ould Ghoulan, kurator Perpustakaan Habot, menunjuk ke sebuah halaman dalam naskah kuno tentang astronomi yang menggambarkan posisi dan orbit planet-planet. Lembaran itu berasal dari China, dan tinta hitam terbuat dari batubara, yang kuning dari emas, merah dari batu, dan hijau dari daun.
Sebuah naskah kuno tentang astronomi dari koleksi Habot. Halaman yang terbuka menunjukkan dan menjelaskan berbagai fase bulan.
Dua wanita berjalan melalui Chinguetti, yang didirikan pada abad ke-13 beberapa kilometer dari pemukiman asli Aber, yang telah terkubur oleh rangsekan gurun.
Masjid Jumat Agung Chinguetti, dibangun antara abad ke-13 dan ke-14 dan dipugar pada tahun 1970. Menara masji masih dalam bentuk asli dalam gaya Malikite Islam dan merupakan yang tertua kedua yang digunakan secara terus-menerus di dunia saat ini.
Ahmed Saleh, kurator perpustakaan Moulaye Cherif Ahmed Ould Mhamed, menggeledah di antara naskah di rak. Rumah abad ke-18 ini memyimpan sekitar 1.350 jilid yang dihasilkan antara abad ke-13 dan ke-20 mengenai kehadiran Islam di Andalusia, Maghribi, dan Timur Tengah.
Hammed Ahmed Mohamed Cheikh, imam Masjid Ouadane, membalik-balik salah satu manuskrip di bawah pengawasan Barakala, pemandu lokal. Selama berabad-abad, anak-anak sekolah telah menggunakan koleksi ini untuk belajar bahasa Arab dan dasar-dasar agama mereka.
Seif Islam, kurator perpustakaan Mahmoud Ahmed. Koleksi yang menonjolkan di sana adalah sebuah Al-Quran yang ditulis pada kulit kijang di abad ke-10 dan sejarah nabi dari abad ke-13.
Salah satu bagian dinding museum keluarga Sidi Ould Abidine Sidi dihiasi dengan berbagai artefak lokal.
Sebuah mobil melaju melalui jalan beraspal yang menghubungkan kota tua Chinguetti dengan kota baru, yang dibangun di era penjajahan Perancis. Chinguetti terletak dekat ujung salah satu dari beberapa jalan beraspal yang menyebar keluar dari Nouakchott, ibu kota Mauritania. (P022/R03)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Sumber:bloomberg
Wartawan: Syauqi S
Editor: Widi Kusnadi
Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.