Rembang, 2 Jumadil Akhir 1436/22 Maret 2015 (MINA)- Pelaksana Tugas Rais ‘Am Syuriah PBNU Mustofa Bisri mengatakan, memanasnya hubungan Syiah-Wahabi murni karena masalah politik, bukan persoalan agama.
Peryataan tersebut disampaikan kyai yang akrab di sapa Gus Mus saat berdiskusi tentang persoalan keagamaan dan keumatan bersama Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin di kediamannya, Rembang, Sabtu (21/03) malam.
Gus Mus menceritakan, memanasnya Syiah-Wahabi, lebih khususnya Arab Saudi-Iran, adalah murni masalah politik.
“Dulu, hubungan Saudi sama Iran di jaman Pahlevi (kerajaan) itu begini, erat sekali,” terang Gus Mus sambil memberi isyarat tangan dengan menyatukan jari telunjuk dan jari tengahnya. Seperti siaran pers Kemenag yang diterima Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Ahad.
Baca Juga: Cuaca Jakarta Berpotensi Hujan Sore Hari Ini
“Karena kedua-duanya sama-sama sekutu Amerika. Dan semua orang tahu, saat itu, Iran sudah Syiah,” tambahnya.
Namun, lanjut Gus Mus, setelah revolusi Tahun 1979, ditandai dengan ambruknya sistem Kerajaan, Saudi dan Iran renggang, bahkan sekarang lagi panas-panasnya.
“Ini bukan masalah ideologi, permusuhan Wahabi-Syiah itu murni kepentingan politik,” tegas sahabat dekat Gus Dur.
Gus Mus menambahkan, model yang dipakai pihak Saudi dan Iran sama. Menurutnya, Wahabi memakai anak perempuan yang tewas, dengan menyebut korban pembunuhan Syiah. Begitu juga Iran, dengan gambar yang sama, menyebut korban pembantaian Wahabi.
Baca Juga: Dr. Nurokhim Ajak Pemuda Bangkit untuk Pembebasan Al-Aqsa Lewat Game Online
“Ada apa ini?” tanya Gus Mus.
Gus Mus mengaku bahwa penggunaan isu agama sebagai alat pembenaran itu hasilnya sangat signifikan dan nyata. “Lihat saja, Syuriah (Syiria) yang indah itu, kini terancam hancur gara-gara kepentingan politik yang dibungkus dengan label agama,” hela Gus Mus.
Dalam kesempatan itu, Menag juga menceritakan tentang hasil kunjungannya ke Arab Saudi beberapa hari yang lalu. Menag menuturkan bahwa dirinya juga sempat mendiskusikan tentang masalah relasi Sunni-Syiah dengan Grand Mufti Arab Saudi, Syeikh Abdul Aziz bin Abdullah Alu Asy-Syeikh, bersama para ulama Saudi lainnya.
Kepada mereka, Menag menyampaikan bahwa sebagai negara hukum, relasi kemasyarakatan dan keagamaan masyarakat Indonesia diatur dan didasarkan pada ketentuan hukum. (T/P010/R05)
Baca Juga: Cinta dan Perjuangan Pembebasan Masjid Al-Aqsa Harus Didasari Keilmuan
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Lewat Wakaf & Zakat Run 2024, Masyarakat Diajak Berolahraga Sambil Beramal