Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

[Hadits Arbain ke-10] Makanan dari Rezeki yang Halal

Redaksi Editor : Arif R - 21 detik yang lalu

21 detik yang lalu

0 Views

Ilustrasi

Makanan yang enak tetapi berasal dari yang haram dapat mendatangkan malapetaka bagi orang yang mengonsumsinya, bahkan amal kebajikan orang tersebut tidak akan diterima oleh Allah.

Hadits Arbain yang ke-10 berikut ini mengupas tuntas tentang makanan dari rezeki yang halal.

 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ اللهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّباً، وَإِنَّ اللهَ أَمَرَ المُؤْمِنِيْنَ بِمَا أَمَرَ بِهِ المُرْسَلِيْنَ فَقَالَ {يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوْا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا} وَقَالَ تَعَالَى {يَا أَيُّهَا الذِّيْنَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ} ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ: يَا رَبِّ يَا رَبِّ، وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ ومشربه حرام وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لَهُ.رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof. Anbar: Pendidikan Jaga Semangat Anak-Anak Gaza Lawan Penindasan

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anh, ia berkata: “Telah bersabda Rasululloh: “Sesungguhnya Allah itu baik, tidak menerima sesuatu kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin (seperti) apa yang telah diperintahkan kepada para rasul, maka Allah telah berfirman: Wahai para Rasul, makanlah dari segala sesuatu yang baik dan kerjakanlah amal shalih. Dan Dia berfirman: Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari apa-apa yang baik yang telah Kami berikan kepadamu.’ Kemudian beliau menceritakan kisah seorang laki-laki yang melakukan perjalanan jauh, berambut kusut, dan berdebu menengadahkan kedua tangannya ke langit seraya berdo’a: “Wahai Tuhan, wahai Tuhan” , sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan dikenyangkan dengan makanan haram, maka bagaimana orang seperti ini dikabulkan do’anya”. [Muslim no. 1015].

Kata “thayyib” yang berarti “baik” dalam konteks sifat Allah menggambarkan keadaan Allah yang bersih dari segala kekurangan. Hadits ini menjadi salah satu dasar dalam pembentukan hukum Islam.

Dalam hadits tersebut, terdapat anjuran untuk membelanjakan harta yang halal dan larangan untuk menggunakan harta yang haram. Oleh karena itu, segala hal yang kita konsumsi, seperti makanan, minuman, dan pakaian, haruslah berasal dari yang halal dan tidak tercampur dengan yang meragukan (syubhat).

Bagi seseorang yang ingin memohon kepada Allah, hendaknya memperhatikan ketentuan-ketentuan yang ada dalam hadits ini. Hadits tersebut juga mengajarkan bahwa membelanjakan harta dalam kebaikan merupakan cara untuk membersihkan dan menumbuhkan harta tersebut.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya

Makanan yang enak tetapi berasal dari yang haram dapat mendatangkan malapetaka bagi orang yang mengonsumsinya, bahkan amal kebajikan orang tersebut tidak akan diterima oleh Allah.

Hadits ini juga menyebutkan tentang seseorang yang dalam perjalanannya jauh, tampak berdebu dan rambutnya kusut. Ini menggambarkan perjuangan dalam menempuh perjalanan jauh untuk melakukan kebaikan, seperti melaksanakan ibadah haji, jihad, atau amal lainnya.

Namun, meskipun seseorang berjuang dalam kebaikan, amal tersebut tidak akan diterima oleh Allah jika dia mengonsumsi makanan atau pakaian yang berasal dari sumber yang haram.

Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana nasib orang yang berbuat dosa atau zhalim kepada orang lain, atau bahkan yang mengabaikan ibadah dan amal kebajikan? Dalam hadits tersebut, dikatakan bahwa jika seseorang berdoa dengan mengangkat tangannya, namun ia terus berbuat dosa dan melanggar aturan agama, maka doanya tidak akan dikabulkan. Hal ini terjadi karena dia tidak memenuhi syarat untuk diterima doa dan amal kebajikannya.

Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa

Empat sebab terkabulnya doa antara lain: Keadaan dalam perjalanan jauh (safar), Meminta dalam keadaan sangat butuh (genting).
Menengadahkan tangan ke langit. Memanggil Allah dengan panggilan “Yaa Rabbii” (wahai Rabb-ku) atau memuji Allah dengan menyebut nama dan sifat-Nya, misalnya: “Yaa Dzal Jalaali wal Ikraam” (wahai Rabb yang memiliki keagungan dan kemuliaan), “Yaa Mujiibas Saa’iliin” (wahai Rabb yang Mengabulkan doa orang yang meminta kepada-Mu).

Meskipun demikian, Allah berhak untuk mengabulkan doa seseorang sebagai bentuk kasih sayang dan kemurahan-Nya, meskipun orang tersebut tidak sepenuhnya layak. Ini menunjukkan bahwa Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang, selalu memberikan kesempatan bagi hamba-Nya untuk mendapatkan rahmat-Nya. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat

Rekomendasi untuk Anda