HAK PENDIDIKAN ANAK SURIAH TERENGGUT

Pada Jum'at, 19 Juni 2015, anak-anak duduk di karung beras kiriman Progam Makanan Dunia di sekolah yang dijadikan tempat penampungan. Sekolah itu terletak di Baghdad, timur Jamila, Irak. (Karim Kadim/AP Photo)
duduk di karung beras kiriman Progam Makanan Dunia di lingkungan sekolah tempat penampungan warga Baghdad, , Jum’at, 19 Juni 2015. (Karim Kadim/AP Photo)

Sharjah, 20 Syawwal 1436/5 Agustus 2015 (MINA) – Hak dasar anak di wilayah konflik seperti dan Irak telah terenggut, di mana lebih dari 600.000 pengungsi anak-anak Suriah terlantar dari dunia pendidikan. Isu itu dinilai patut menjadi perhatian dunia internasional.

Shaikha Jawaher, Advokat UNHCR untuk Pengungsi Anak-Anak mengatakan pemberian pendidikan kepada pengungsi anak-anak merupakan tugas penting dunia. Sebab, banyak dari mereka yang terperangkap dalam penderitaan perang.

“Masa kanak-kanak mereka telah dicuri. Mereka selalu menjadi korban yang paling menderita,” ujar Shaikha kepada Gulf News sebagaimana dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Rabu (5/8).

“Dasar hak asasi manusia (HAM) mereka seperti kesehatan dan pendidikan juga sirna,” tambahnya.

Pernyataan Shaikha bukan tanpa alasan. Pengungsi anak-anak tidak hanya kehilangan warna kehidupan yang biasa dilukis sahabat, keluarga, atau lingkungan yang biasa mereka temukan. Tapi juga kehilangan kedamaian pikiran dan ketenangan.

Atas dasar itu, Shaikha mencoba mendirikan Yayasan Big Heart untuk memberikan harapan kepada pengungsi anak-anak. “Visi saya di balik Big Heart ialah untuk memberikan bantuan dan dukungan yang diperlukan agar mereka bertahan hidup,” katanya.

Menurut Shaikha, pendidikan dapat membawa anak-anak membangun mode transisi baru, yakni menuju dunia yang lebih baik dan aman. Mereka bisa mengelak dari hasutan perang yang mungkin dapat merusak psikologi mereka menjadi pembalas dendam.

“Dengan pendidikan, mereka memiliki kesempatan untuk menjadi anggota yang memberikan sumbangsih terhadap promosi perdamaian di seluruh dunia,” kata Shaikha. Pendidikan anak-anak, lanjut Shaikha, perlu diperhatikan dunia karena berdampak luas.

Anak-anak di Provinsi Anbar, Irak, juga kehilangan . Faktanya, lebih dari 1.500 sekolah tidak layak pakai karena rusak atau hancur lebur. “Kebanyakan sekolah itu dirusak secara langsung oleh Daesh (ISIS),” tandas Eid Ammash juru bicara (jubir) pemerintah lokal. (T/P020/R05)

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Admin

Editor: Rana Setiawan

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0