Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hakikat Kembali kepada Fitrah: Sebuah Tinjauan Ilmiah dan Syar’i

Bahron Ansori Editor : Rudi Hendrik - 1 menit yang lalu

1 menit yang lalu

2 Views

Shalat id (foto: ig)

FITRAH dalam Islam adalah keadaan asli manusia sebagaimana diciptakan oleh Allah. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar-Rum: 30). Ayat ini menegaskan bahwa fitrah adalah Islam itu sendiri, yaitu keadaan manusia yang tunduk kepada Allah sebelum terpengaruh oleh lingkungan.

Setiap manusia lahir dengan fitrah yang suci. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis ini menunjukkan bahwa manusia memiliki potensi untuk beriman kepada Allah, tetapi lingkungan dan pendidikan berperan dalam membentuk keyakinannya.

Fitrah manusia adalah mengesakan Allah (tauhid). Dalam QS. Al-A’raf: 172, Allah menjelaskan bahwa sebelum manusia lahir ke dunia, mereka telah bersaksi bahwa Allah adalah Rabb mereka. Oleh karena itu, kembali kepada fitrah berarti kembali kepada tauhid yang murni, menjauh dari syirik dan segala bentuk penyimpangan akidah.

Ketika manusia menjauh dari fitrah, ia akan mengalami kegelisahan dan kehilangan arah hidup. Dalam QS. Thaha: 124, Allah berfirman: “Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” Ini menunjukkan bahwa fitrah manusia harus dijaga agar tetap lurus, sebab jika menyimpang, dampaknya adalah kehidupan yang penuh kesulitan.

Baca Juga: 10 Hakikat Mudik bagi Seorang Muslim

Fitrah dapat terpelihara dengan ilmu yang benar. Ilmu agama yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah adalah kunci untuk menjaga kesucian fitrah. Allah berfirman, “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.” (QS. Fatir: 28). Dengan ilmu, manusia dapat membedakan mana yang haq dan yang batil, sehingga tidak tersesat dari fitrahnya.

Anak-anak memiliki fitrah yang suci, tetapi mereka membutuhkan bimbingan agar tetap berada dalam jalan yang benar. Oleh karena itu, Islam sangat menekankan pentingnya pendidikan sejak dini, sebagaimana firman Allah dalam QS. Luqman: 13: “Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah kezaliman yang besar.” Ini menunjukkan bahwa pendidikan tauhid harus menjadi prioritas dalam menjaga fitrah anak.

Ibadah adalah sarana utama untuk kembali kepada fitrah. Shalat, puasa, zakat, dan ibadah lainnya membantu manusia tetap dekat dengan Allah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Shalat itu adalah cahaya.” (HR. Muslim). Cahaya ini menghapus kegelapan maksiat yang dapat mengotori fitrah manusia.

Manusia sering tergelincir dalam dosa, tetapi Allah membuka pintu taubat sebagai cara untuk kembali kepada fitrah. Dalam QS. Az-Zumar: 53, Allah berfirman, “Katakanlah, ‘Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.'” Taubat yang tulus dapat mengembalikan seseorang kepada keadaan fitrah yang suci.

Baca Juga: Tradisi Mudik, Sejak Kapan Dilakukan?

Hati yang bersih adalah fitrah yang dijaga. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ketahuilah, dalam tubuh ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuhnya, dan jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah, itu adalah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim). Oleh karena itu, menjaga kebersihan hati dari penyakit seperti hasad, riya, dan sombong adalah bagian dari kembali kepada fitrah.

Allah menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya dan berbuat kebajikan. QS. Al-Baqarah: 197 menegaskan, “Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” Amal shalih seperti menolong sesama, bersedekah, dan menebarkan kebaikan adalah cara untuk kembali kepada fitrah dan mendapatkan ketenangan jiwa.

Dua hal yang sering merusak fitrah manusia adalah syubhat (keraguan dalam agama) dan syahwat (hawa nafsu). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Akan datang suatu masa di mana seseorang tidak peduli dari mana ia mendapatkan harta, apakah dari yang halal atau yang haram.” (HR. Bukhari). Oleh karena itu, seorang Muslim harus berhati-hati agar fitrahnya tidak ternodai oleh kebiasaan buruk.

Keluarga memiliki peran penting dalam menjaga fitrah manusia. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mencontohkan bagaimana beliau mendidik istri dan anak-anaknya dengan penuh kasih sayang dan nilai-nilai Islam. Keluarga yang harmonis akan menjadi benteng bagi anggotanya untuk tetap berada dalam fitrah Islam.

Baca Juga: Urgensi Rukyatul Hilal sebagai Bagian Dari Syariat Islam

Lingkungan yang baik mendukung seseorang untuk tetap berada dalam fitrah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk seperti penjual minyak wangi dan pandai besi.” (HR. Bukhari dan Muslim). Oleh karena itu, memilih teman dan komunitas yang baik sangat penting untuk mempertahankan fitrah.

Idul Fitri secara harfiah berarti kembali kepada fitrah. Setelah menjalani ibadah puasa Ramadhan, seorang Muslim diharapkan kembali dalam keadaan suci dari dosa, sebagaimana disebutkan dalam hadis, “Barang siapa berpuasa Ramadhan dengan iman dan mengharap pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Kembali kepada fitrah berarti kembali kepada Islam yang murni, membersihkan diri dari dosa, dan mendekatkan diri kepada Allah. Dengan menjaga tauhid, ilmu, ibadah, dan lingkungan yang baik, manusia akan meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Allah berfirman dalam QS. Al-Fajr: 27-30: “Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.” Semoga kita semua senantiasa istiqamah dalam fitrah Islam hingga akhir hayat.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Palestina: Tanah Suci yang Terlupakan

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
MINA Preneur
MINA Preneur