Oleh Imaam Yakhsyallah Mansur
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
مِّنَ ٱلْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا۟ مَا عَٰهَدُوا۟ ٱللَّهَ عَلَيْهِ ۖ فَمِنْهُم مَّن قَضَىٰ نَحْبَهُۥ وَمِنْهُم مَّن يَنتَظِرُ ۖ وَمَا بَدَّلُوا۟ تَبْدِيلًا (٢٣) لِّيَجْزِىَ ٱللَّهُ ٱلصَّٰدِقِينَ بِصِدْقِهِمْ وَيُعَذِّبَ ٱلْمُنَٰفِقِينَ إِن شَآءَ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَّحِيمًا (٢٤) وَرَدَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ بِغَيْظِهِمْ لَمْ يَنَالُوا۟ خَيْرًا ۚ وَكَفَى ٱللَّهُ ٱلْمُؤْمِنِينَ ٱلْقِتَالَ ۚ وَكَانَ ٱللَّهُ قَوِيًّا عَزِيزًا (٢٥) (الاحزاب [٣٣]: ٢٣ـــ٢٥)
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya) (23) Supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (24) Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang keadaan mereka penuh kejengkelan, (lagi) mereka tidak memperoleh keuntungan apapun. Dan Allah menghindarkan orang-orang mukmin dari peperangan. Dan adalah Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (25) (QS. Al-Ahzab [33]: 23-25)
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di Rahimahullah dalam tafsirnya menjelaskan ayat di atas, bahwa di antara orang-orang Mukmin ada yang menepati janji mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, berupa jihad hingga gugur, syahid di jalan-Nya.
Maka, Allah Subhanahu wa Ta’ala pun memberi balasan sempurna atas perjuangan mereka yang telah gugur menemui syahidnya, sesuai dengan janji-Nya, yakni mengampuni dosa-dosa mereka, melimpahkan rahmat dan menempatkan mereka di tempat mulia di sisi-Nya.
Adapun tujuan Allah Ta’ala memberikan cobaan yang sulit dan berat kepada orang Mukmin dalam perjuangan adalah agar Dia memberikan balasan kepada orang-orang yang benar imannya, yakni mereka yang bersabar dan istiqamah dalam menghadapi kesulitan itu.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Sebaliknya, dengan kesulitan itu, Allah Ta’ala juga akan menampakkan kedustaan orang-orang munafik. Selanjutnya Dia akan mengadzab mereka, jika Dia menghendaki, atau menerima taubat jika mereka mau bertaubat.
Di akhir ayat di atas, Allah Subhanahu wa Ta’ala menegaskan, bahwa musuh-musuh Islam pasti akan kalah, kecewa dan menderita. Meskipun pada awalnya mereka terlihat kuat, bisa membunuh kaum Muslimin, namun sesungguhnya mereka akan dihinakan, dipermalukan dan hidup penuh kesengsaraan.
Sungguh kemenangan akan diberikan kepada mereka yang istiqamah dalam iman dan Islam, perpegang teguh kepada syariat agamanya, mentaati Allah dan rasul-Nya dan menepati janji-janji yang telah mereka ikrarkan.
Kemenangan dalam gugurnya As-Syahid Ismail Haniyah
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?
Hari Rabu, 31 Juli 2024 adalah hari terakhir bagi Al-Qa’id (panglima) Ismail Haniyah. Ia telah paripurna menjalankan tugasnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala memanggilnya ketika sedang dalam safar (bepergian) menghadiri pelantikan presiden Iran yang baru Masoud Pezeshkian.
Gugurnya Al-Qa’id Ismail Haniyah tidak akan menyurutkan sedikit pun semangat perjuangan bangsa Palestina. Gugurnya para pejuang akan semakin menambah gelora semangat para pejuang lainnya demi meraih apa yang mereka cita-citakan.
Bagi seorang pejuang, gugurnya mereka dalam perjuangan bukan akhir dari kehidupan. Justru mereka telah mendapatkan kemenangan dan pertolongan yang sempurna, ganjaran, ampunan dan rahmat di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Hakikat kemenangan sesungguhnya adalah ketika seseorang mendapatkan ridha Allah Ta’ala, sebagai buah dan hasil dari ibadah dan amal shalih yang ia lakukan.
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Kemenangan Islam bukanlah menguasai suatu wilayah, berhasil membunuh banyak manusia, ataupun mendapatkan banyak harta benda. Kemenangan hakiki adalah ketika hati nurani umat manusia terbuka dan menerima kebenaran dari Allah Yang Maharahman.
Adapun kemenangan bagi seorang Muslim terbagi dalam beberapa macam, antara lain:
Pertama, kemenangan langsung yang dibuktikan dengan kekalahan musuh, seperti yang dialami oleh Nabi Musa Alaihi Salam atas musuhnya Fir’aun.
Hal itu juga dialami oleh Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam dengan mengalahkan musuh-musuhnya di berbagai medan pertempuran sehingga dakwah Islam menyebar ke berbagai penjuru dunia.
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Kedua, kemenangan berupa balasan Allah Ta’ala kepada musuh setelah penegak kebenaran wafat. Imam At-Thabari memberi contoh kisah kemenangan pengikut Nabi Yahya Alaihi Salam. Setelah beliau terbunuh, Allah Ta’ala membinasakan bangsa Romawi yang menjadi dalang pembunuhan itu.
Ketiga, kemenangan berupa sesuatu yang dianggap kekalahan, seperti; dipenjara, diusir, dianiaya, bahkan terbunuh oleh musuh. Allah Ta’ala berfirman:
وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ قُتِلُوْا فِي سَبِيْلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُوْنَ. (ال عمران [٣]: ١٦٩)
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.” (QS Ali Imran [3]: 169)
Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin
Keempat, istiqamahnya seseorang dalam kebenaran. Ibnu Katsir Rahimahullah menjelaskan, istiqamah merupakan pertolongan yang terbesar.
Kemenangan dalam bentuk istiqamah ini dapat ditemukan dalam hadits, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda: “Orang-orang sebelum kalian, ada yang ditanam hidup-hidup lalu didatangkan gergaji dan diletakkan di atas kepalanya hingga terbelah menjadi dua, tetapi hal ini tidak menjadikan mereka mundur dari agamanya. Ada pula yang disikat dengan sikat besi hingga terlepas dagingnya, tetapi hal ini tidak menyebabkan dia mundur dari agamanya.” (H.R. Al-Bukhari)
Kelima, kemenangan berbentuk kuatnya hujjah dan penjelasan. Imaam Ath-Thabary berkata, “Allah berjanji kepada para rasul, bahwa mereka pasti akan ditolong, yakni berupa kuatnya hujjah yang mengalahkan kebatilan.”
Bagaimana Meraih Kemenangan?
Baca Juga: Bela Masjid Al-Aqsa Sepanjang Masa
Kemenangan tentu tidak diraih dengan duduk-duduk dan berpangku tangan saja. Namun hendaknya ada upaya yang sungguh-sungguh dari manusia untuk berupaya meraihnya.
Beberapa hal yang perlu kita lakukan untuk menjemput kemenangan itu antara lain:
Berdoa kepada Allah Ta’ala, terutama di waktu malam, dengan mendirikan shalat tahajud.
Shalat tahajud adalah kunci kemenangan melawan musuh. Ini adalah pemahaman dan kebiasaan para nabi, rasul dan orang-orang shaleh terdahulu. Seharusnya kita juga melakukan hal yang sama seperti mereka. Barang siapa yang bermunajat di malam hari, maka Allah Ta’ala memberi kekuatan kepada mereka di siang harinya.
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
Membangun persatuan. Kunci kemenangan dalam pembebasan Al-Aqsa dan kemerdekaan Palestina adalah persatuan seluruh umat Islam, terutama rakyat Palestina sendiri. Jika mereka bersatu, itu sudah cukup untuk mengantarkan mereka pada kemenangan dan kemerdekaan.
Upaya membangun persatuan itu juga termasuk mengurangi potensi perselisihan antar sesama umat. Mari kita perbanyak persamaan dan tidak banyak berdebat mediskusikan perbedaan di kalangan umat Islam.
Sabar. Ibnul Qayyim Al-Jauzi rahimahullah mengatakan, “Sabar itu ibarat kuda pacu yang tak pernah terperosok, bagaikan pedang tajam yang tak pernah tumpul, seperti bala tentara yang selalu menorehkan kemenangan. Ia seperti benteng kokoh yang tidak bisa dihancurkan. Sabar dan kemenangan adalah dua saudara kembar yang selalu bersanding, tak dapat dipisahkan.”
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda:
Baca Juga: Menjaga Akidah di Era Digital
وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللّٰهُ وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنْ الصَّبْرِ(رواه البخارى)
“Barangsiapa yang sungguh-sungguh berusaha bersabar, maka Allâh akan memudahkan urusannya. Dan tidaklah sesorang dianugerahi pemberian yang lebih baik dan lebih luas, kecuali sifat sabar itu sendiri.” (HR Al-Bukhari)
Dalam konteks perjuangan Palestina, kita meyakini bahwa suatu hari nanti, Masjid Al-Aqsa pasti akan terbebas. Bangsa Palestina pasti akan mendapatkan kemerdekaannya. Maka tugas kita semua berusaha membantu mereka, menjadi bagian dari perjuangan itu, hingga akhir hayat kita berada dalam barisan para pejuang.
والله أعلمُ بالـصـواب
Baca Juga: Amerika itu Negara Para Pendatang!
Mi’raj News Agency (MINA)