Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal-Hal Unik Terkait Ibadah Haji

IT MINA - Senin, 5 September 2016 - 09:50 WIB

Senin, 5 September 2016 - 09:50 WIB

568 Views

Oleh Illa Kartila – Redaktur Senior Miraj Islamic News Agency (MINA)

Ratusan ribu jemaah haji asal Indonesia, setiap tahun berangkat ke Mekkah untuk menjalankan ibadah haji. Mereka berasal dari latar belakang budaya, pendidikan, sosial dan ekonomi yang beragam, sehingga muncul hal-hal unik sepanjang perjalanan dan selama mereka berada di Tanah Suci.

Terkait barang-barang bawaan misalnya, ada jemaah haji yang membawa peralatan dapur termasuk alat untuk menanak nasi, termos, bahkan ulekan dan cobeknya – seolah-olah mereka hendak piknik. Juga tak dilupakan rokok, obat kuat hingga beras dibawa serta.

Sering rokok dan obat kuat tidak hanya untuk dirinya sendiri, namun diperjual-belikan kepada jemaah yang lain dengan harga yang jauh lebih mahal. Pasalnya, di Tanah Suci harga barang-barang relatif mahal. “Jadi bisa dijual dengan harga lima kali lipat dari harga di Indonesia,” kata Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (IPHI) Kota Cirebon, Slamet

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-11] Ragu-ragu Mundur!

Akibat perilaku unik tersebut, beberapa waktu lalu ada jemaah yang sampai ditahan oleh pihak imigrasi di bandara di Arab Saudi, lantaran membawa jimat. Ia tampaknya ingin memastikan dengan jimat itu ibadah hajinya lancar tanpa kendala.

Peristiwa penahanan terhadap Ahmad Malik Tarsawi terjadi pada 12 Agustus lalu. Saat itu, dia ditahan pihak Bandara Madinah karena membawa jamu sarang semut dan jimat rajah. Urusan jimat bisa dijelaskan, namun jamu yang dibawa sempat dicurigai sebagai narkoba.

Setelah melalui tes urine dan proses pemeriksaan laboratorium terhadap jamu tersebut, akhirnya dipastikan jamu dan Ahmad negatif narkoba. Proses yang memakan waktu selama hampir dua pekan ini akhirnya beres dan calon jemaah haji itu dibebaskan.

Pengalaman-pengalaman  unik lainnya dari jemaah haji Indonesia seperti dikisahkan Munatour adalah kebiasaan sulit untuk melepas handphone di manapun dan kapanpun mereka berada, bahkan saat ibadah haji dan umroh.

Baca Juga: Muasal Slogan ”Al-Aqsa Haqquna”

Kejadian lucu muncul saat sedang shalat di Masjidil Haram, suasana saat itu sedang tenang dan terdengar sang imam membacakan ayat al Quran dengan merdu, tiba-tiba terdengar suara ringtone dari salah satu jemaah Indoensia dan celakanya lagi ringtone tersebut adalah lagu “Goyang Dombret”.

Jemaah haji dari Indonesia juga percaya akan karma di Tanah Suci, mereka berasumsi bahwa apa yang dialami di sana berbanding lurus dengan kelakuan mereka di tanah air, seperti kebiasaan salah satu jemaah yang tidak mau disebutkan namanya.

Pria itu menceritakan bahwa ia suka kentut sembarangan sewaktu di tanah air, ia tidak peduli kepada siapa, kapan dan di mana dia kentut, hingga sampai di Tanah Suci ia merasa mendapatkan balasan atas apa yang ia lakukan selama ini. “Tahu nggak pak ? saya di Tanah Suci dibalas dikentutin orang melulu,” katanya.

Cerita unik lain didapat jemaah haji Indonesia, saat di pemondokan. Hasyim, kepala kelompok jemaah haji mencium bau pesing dari wastafel, kemudian dia segera mengumpulkan jemaahnya untuk mencari tahu siapa yang melakukannya. Dengan taktik yang cerdas dia bertanya, “apakah tempat kencing di pemondokan ini sudah baik?”

Baca Juga: Enam Prinsip Pendidikan Islam

Lalu dengan polosnya seorang kakek menjawab “sebenarnya  yang sekarang sudah baik pak kyai, cuma terlalu tinggi. Tadi pagi saya kencing susah jadi membawa kursi ke kamar mandi.” Dengan jawaban polos pria baya itu, Hasyim langsung tahu siapa pelakunya.

Akibat ketidak-tahuan, hal-hal jorok juga terjadi di kamar kecil pesawat. Jemaah haji Indonesia yang tidak mengerti memakai toilet duduk, akhirnya kencing di lantai kamar mandi. Ada juga yang tidak tahu cara menyiram toilet dengan tombol “flush” yang sudah disediakan sehingga sehabis buang air besar ditinggalkan begitu saja, kamar mandi pun dipenuhi bau yang luar biasa.

Rombongan jemaah haji Indonesia pernah terlihat di jalanan dengan sekitar 4-5 mobil bak terbuka. Menurut keterangan hal itu terjadi karena jemaah tidak memanfaatkan layanan transportasi bus gratis akibat tidak mengetahui informasi yang lebih banyak disampaikan dalam bahasa Arab. Akhirnya mereka memilih menyewa mobil bak untuk pergi ke Masjidil Haram.

Gelar Haji Ikan

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-10] Makanan dari Rezeki yang Halal

Seorang pengamat haji, Muhammad Subarkah, menceriterakan soal asal muasal gelar “Haji Ikan” yang diberikan penduduk Mekkah dan Madinah kepada para jemaah haji asal Indonesia. Mereka merasa kesal melihat perilaku jemaah yang tak mau menghemat pemakaian air.

‘’Jamaah haji Indonesia itu kayak ikan saja. Dalam sehari bolak-balik mandi. Ke luar rumah sebentar setelah pulang mandi. Berkeringat sedikit mandi. Mencuci pakaian airnya berlebihan. Wudhu dengan air berlebih,’’ begitu ucapan yang kerap terdengar di kalangan para penjaga pemondokan haji di Mekkah. Orang Arab lazimnya hanya mandi sekali dalam sehari.

Akibat tak bisa menghemat air, para penjaga pemondokan kerap kesal. Tak cukup hanya dengan ‘mengomel’ mereka kadang mematikan pasokan air sehingga memicu keributan. Di pemondokan  tempat jemaah dari negara lain, sampai puncak ibadah haji tendon air hanya mereka isi dua kali saja.

Tetapi di pemondokan jemaah Indonesia tandon air bisa dipasok  hingga enam kali. ‘’Boros banget. Para jamaah banyak tak mau matikan air,’’ kata seorang penjaga pemondokan haji di Mekkah, Alian, yang mengaku berasal dari utara kota Kebumen beberapa waktu lalu. Karenanya ribut soal air yang habis bagi para penjaga pemondokan haji Indonesia adalah hal yang biasa.

Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof. Anbar: Pendidikan Jaga Semangat Anak-Anak Gaza Lawan Penindasan

Berbeda dengan penduduk gurun Sahara, di kepulauan Nusantara air melimpah, didapat dengan mudah dan gratis. Di kawasan Jawa Barat misalnya, pancuran bambu mengucurkan air sepanjang waktu. Di Arab Saudi batang bambu pancuran berubah menjadi ‘pipa pralon dan kran’ dan jemaah mengucurkan air seperti tak ada habisnya.

Akibatnya, bila seorang jemaah asal Jabar tidak punya kesadaran khusus bahwa air di gurun pasir bisa semahal emas, maka mereka akan jengkel ketika pemakaian air harus dibatasi. Apalagi saat mencuci pakaian, mereka membilas berulang-ulang.

Seember air di Mekkah bisa berharga 50 riyal, akibat mahalnya air maka kendaraan di Arab Saudi umumnya terlihat kusam karena tertutup debu dan jarang dicuci. Di Mekkah misalnya, pemerintah menjaga betul agar pasokan air bersih tetap bisa dikonsumsi dengan cukup oleh warganya, baik itu mereka datang untuk berziarah umrah maupun berhaji.

Untuk memenuhi persediaan air bersih itu maka pihak kerajaan menyediakan truk-truk tangki raksasa. Air yang sudah dibawa sampainya di pemondokan haji atau perumahan penduduk akan langsung digelontorkan ke sebuah tempat penampungan air yang lazimnya terletak di bawah bangunan gedung.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya

Semakin besar daya tampung hotel, rumah, atau pemondokan haji maka semakin besar pula tandon air yang harus dibuat. Pada awal musim haji, sebelum jamaah gelombang pertama tiba di Mekkah, tandon air di pemondokan haji diisi hingga penuh. Lazimnya, baru nanti menjelang musim puncak haji tandon air itu diisi kembali.

Tetapi kalau penghuninya boros air – yang disuling dari laut – maka tangki yang ukurannya 30 ribu liter itu akan terkuras dalam waktu sepekan hingga 10 hari. Itu sebabnya penduduk Mekkah kerap menjuluki jemaah Indonesia ‘haji ikan’ karena boros air. Wajar saja, sebab tidak ada air tanah di kota Mekkah yang arealnya hanya terdiri dari batuan dan pasir itu. (P010/R01/R02)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
MINA Sport
Haji 1445 H
Haji 1445 H
Haji 1445 H
Haji 1445 H