Hamadeh: Agresi ke Yerusalem dan Al-Aqsha Adalah Detonator Perlawanan

Juru bicara Hamas untuk Yerusalem yang Diduduki, Muhammad Hamadeh. (Foto: Shehab)

Al-Quds, MINA – Juru bicara untuk Yerusalem yang Diduduki, mengatakan ancaman menteri ekstremis Itamar Ben Gvir terhadap rakyat Palestina sebelum bulan Ramadhan adalah kelanjutan dari arogansi dan kriminalitas pendudukan yang berasal dari dalam entitas Zionis, terutama di bawah pemerintahan fasis pimpinan Benyamin Netanyahu.

“Apa yang sebelumnya dilakukan pendudukan dengan agresi terhadap Masjid Al-Aqsa yang diberkahi harus dibayar mahal, dan setiap agresi terhadap Yerusalem dan Al-Aqsa akan menjadi detonator ledakan (perlawanan), terutama di bulan Ramadhan,” katanya.

Pernyataan Hamadeh datang sebagai tanggapan atas permintaan Ben Gvir agar polisinya terus menghancurkan rumah-rumah Palestina yang dibangun di Yerusalem Timur yang diduduki, selama bulan Ramadhan, selain perintah dari pendudukan untuk mengevakuasi 6 keluarga Palestina dari rumah mereka di Yerusalem Timur selama bulan berjalan.

Hamadeh menyebutkan dalam pernyataan khusus kepada kantor berita “Shehab”, hari ini, Senin, Ben Gvir menggunakan “pre-threat and loud noise” untuk meningkatkan situasinya dan menampilkan dirinya sebagai pemimpin abadi pendudukan Israel.

Hamadeh menekankan, orang-orang Palestina tidak peduli dengan ancaman Ben Gvir, maupun pemerintah fasisnya, atau lainnya. “Ben Gvir berusaha untuk mendeportasi warga Palestina, dia menargetkan orang-orang Yerusalem khususnya akhir-akhir ini, untuk mendorong mereka melarikan diri ke luar kota suci,” katanya.

Hamadeh menekankan, ancaman Ben Gvir tersebut tidak akan merusak keinginan dan tekad rakyat Palestina.

Dia menambahkan,”Rakyat Palestina akan terus berdiri teguh dan tabah dan tidak akan membiarkan penjajah untuk menginvasi tanah mereka,” menunjuk bahwa Kekhasan bulan Ramadhan akan menjadi kesempatan bagi orang-orang Palestina untuk melawan pendudukan Israel.

Hingga yang menentukan sifat konfrontasi adalah medan perlawanan dan keputusan ruang operasi gabungan, apakah di Jalur Gaza atau gabungan perlawanan dan pemuda di Tepi Barat.

Dia menyimpulkan dengan mengatakan,”Tidak menanggapi bukan berarti takut akan penjajahan, melainkan terkait dengan memilih pukulan yang menyakitkan dan metode yang lebih menyakitkan bagi penjajah ini,” tegasnya. (T/B03/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: hadist

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.