Hamas: Israel Tak Takut Apapun Kecuali Perlawanan dan Kebenaran

Bendera Palestina dan logo Hamas.(Sumber: ilustrasi)

Doha, MINA – Salah satu anggota Biro Politik Hamas, Izzat al-Rishq pada Selasa (21/5) menegaskan, Israel tidak takut pada apapun kecuali terhadap kebenaran dan perlawanan.

Dia melanjutkan dalam pernyataan pers yang dihubungi oleh Pusat Informasi Palestina, kebenaran adalah musuh historis dari entitas perampas [Zionis] yang didirikan dan didasarkan pada kebohongan dan pencurian tanah. Oleh karena hal itu mengungkap keburukan sifat kriminalnya.

“ketidakmampuan tentara Israel dalam menghadapi perlawanan mendorong mereka melakukan pembantaian terhadap warga sipil dan ketidakmampuan serta kebingungan dalam menghadapi kebenaran mendorong mereka untuk menyalahgunakan media dan membunuh para pekerjanya,” ujar Al-Rishq, demikian dikutip dari Palinfo Rabu (22/5).

Dia menekankan, produk negara penjajah adalah kebohongan, pembunuhan, dan pelecehan.

Pengamatan kami terhadap kebijakan editorial dari beberapa kantor berita dan media asing sangat banyak, namun kami masih menuntut agar media Arab dan asing diizinkan memasuki Gaza tanpa batasan atau syarat.

Baca Juga:  TNI Sebut Warga Sipil Bisa Gabung Pasukan Perdamaian di Gaza

Al-Rishq mengatakan, pihaknya mengutuk pernyataan yang jelas dan resmi tindakan terorisme otoritas pendudukan Israel kepada Associated Press (AP), namun pada saat yang sama saya tidak terkejut dengan penindasan dan pembatasan media.

“Gerakan Hamas mengutuk tindakan keras Israel terhadap AP namun tidak terkejut melihat kantor berita tersebut terkena penindasan yang dilakukan oleh otoritas pendudukan Israel, AP didirikan pada Mei 1846. Usianya 100 tahun lebih tua dari Israel. Mungkin ini merupakan faktor tambahan yang mencerminkan kebencian mendalam entitas [Zionis] terhadap segala sesuatu yang memiliki sejarah dan akar,” tegasnya

Gerakan Hamas merilis sebuah pernyataan pada Selasa yang mengecam otoritas Zionis Israel karena menyita peralatan penyiaran The Associated Press, dan menyebut tindakan tersebut sebagai tindakan sewenang-wenang.

Baca Juga:  10 Ribu Tentara Israel Stres Sejak Oktober 2023

Hamas menyatakan, Zionis Israel menindas secara berulang-ulang terhadap kebebasan pers yang bertujuan untuk mencegah dunia melakukan tindakan sewenang-wenang mengetahui kejahatan dan pelanggarannya terhadap rakyat Palestina.

Ini adalah perilaku fasis yang mencerminkan, entitas [Zionis] berbohong tentang penghormatan terhadap nilai-nilai hak asasi manusia dan kebebasan pers juga menegaskan. “Israel adalah salah satu rezim represif terburuk di dunia,” kata Hamas

Pembatasan yang dilakukan pendudukan terhadap AP dan penutupan kantor Al Jazeera sebelumnya serta penargetan disengaja terhadap jurnalis Palestina di Gaza dan Tepi Barat serta pencegahan jurnalis internasional memasuki Gaza untuk melaporkan kejahatan yang dilakukan oleh Zionis Israel.

“Tentara pendudukan kriminal Zionis Israel memerlukan kecaman internasional yang luas dan tindakan efektif oleh badan-badan media internasional untuk menekan entitas jahat ini agar berhenti menindas dan menargetkan jurnalis, kantor berita, dan pekerjaan jurnalistik pada umumnya,” tegas Gerakan tersebut.

Baca Juga:  Sejumlah Tentara Israel Tewas Dalam Jebakan Brigade Al-Qassam

Atas perintah otoritas Zionis Israel, kemarin polisi menyita kamera dan peralatan penyiaran milik AP di Israel selatan, setelah menuduh kantor berita tersebut melanggar undang-undang media yang baru yang disahkan oleh parlemen Israel pada April lalu. Undnag-undang itu memungkinkan otoritas Zionis Israel untuk menutup media asing jika dianggap sebagai ancaman keamanan.

Baru-baru ini, polisi Zionis Israel menggerebek dan menutup kantor Al Jazeera serta melarang situs web dan siarannya di negara tersebut.

Pada Selasa kemarin, Menteri Komunikasi Israel Shlomo Karhi menuduh AP mengabaikan peringatan dan terus memberikan layanan kepada jaringan Al Jazeera, yang telah secara ekstensif meliput perang genosida Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023.[]

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: hadist

Editor: Rana Setiawan