Gaza, MINA – Kelompok Hamas mengecam pernyataan Perdana Menteri (PM) Israel Naftali Bennett yang menolak pendirian negara berdaulat Palestina pada Jumat, 28 Januari. Kendati begitu, Hamas bertekad akan tetap memperjuangkan sebuah negara berdaulat di masa mendatang.
“Negara Palestina bukan sesuatu yang harus didapat dengan mengemis. Masyarakat kami akan mengambilnya dengan perjuangan dan perlawanan heroik,” ujar pejabat senior Hamas, Izzat El-Rashiq dalam pernyataannya.
“Pernyataan Bennett yang mengatakan dirinya tidak mengizinkan berlangsungnya negosiasi pendirian negara Palestina sekali lagi memperlihatkan realitas dari musuh kita,” imbuhnya, sebagaimana dikutip dari Yeni Safak, Senin (31/1).
Izzat menilai pernyataan terbaru Bennett merupakan ‘tamparan’ bagi mereka yang berusaha mendorong negosiasi untuk mendirikan negara Palestina. Ia merujuk pada sekelompok petinggi Palestina yang sedang berusaha berdialog dengan pihak Israel.
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
Kamis (27/1) kemarin, Bennett menegaskan bahwa dirinya tidak akan menyetujui dialog politik dengan Palestina. Ia juga bertekad bahwa negara Palestina tidak akan pernah bisa terbentuk selama masa kepemimpinannya.
“Selama saya masih menjadi perdana menteri, maka tidak akan ada implementasi Perjanjian Oslo,” tegas Bennett.
Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dan Israel menandatangani Perjanjian Oslo di tahun 1993. Dalam perjanjian itu, Palestina mendapat semacam otonomi, namun negosiasi lebih lanjut gagal pada pembentukan negara berdaulat.
Negosiasi ke arah sana terhenti pada April 2014, setelah Israel menolak menghentikan proyek permukiman ilegal dan tidak mau membebaskan narapidana Palestina yang dijebloskan ke penjara sebelum tahun 1993. (T/R2/P2)
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon
Mi’raj News Agency (MINA)