Gaza, MINA – Gerakan Perlawanan Islam Palestina Hamas mengecam keras menargetkan gereja-gereja dan properti Kristen di Yerusalem yang diduduki oleh apa yang disebut Otoritas Alam dan Taman Pendudukan Israel.
“Ini adalah eskalasi serius yang tidak boleh dibiarkan begitu saja,” kutip pernyataan resmi Hamas, Selasa (22/2).
Menurut Hamas, agresi Israel terhadap properti Palestina, baik Kristen atau Muslim, merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap hak asasi manusia dan hukum internasional, dan menyatakan bahwa pembangunan permukiman adalah ilegal.
Gerakan tersebut melanjutkan, serangan seperti itu tidak akan terjadi jika bukan karena keheningan internasional dan dukungan AS, karena beberapa negara di kawasan itu menerima pejabat dan pemimpin Israel yang telah menjadi begitu berani untuk terus melanggar hak-hak Palestina dan situs-situs suci Kristen dan Muslim.
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
“Saat kami menuntut masyarakat internasional memikul tanggung jawabnya untuk mengakhiri kejahatan pendudukan Israel dan kebijakan rasis, kami menyerukan kepada rakyat Palestina untuk mengintensifkan perjuangan mereka dengannya, melawan skemanya, dan mempertahankan tempat suci mereka,” pungkasnya.
Otoritas pendudukan Israel, sebagaimana dikutip media Israel, pada Ahad (20/2), sedang bersiap untuk bergerak maju merealisasikan proyek permukiman ilegal baru yang digambarkan sebagai tindakan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Otoritas pendudukan Israel berencana memperluas taman Yahudi di Yerusalem Timur yang diduduki, dengan merampas tanah milik gereja, yang dianggap sebagai salah satu tempat suci bagi umat Kristen Yerusalem.
Times of Israel mengklaim, langkah ini akan memberi Israel beberapa otoritas atas properti milik orang Palestina dan gereja. Penentang proyek mendorong pejabat gereja dan kelompok hak asasi untuk menggambarkan tindakan tersebut sebagai praktik perampasan dan ancaman eksistensi kritsen di Yerusalaem.
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon
Penentang proyek menyoroti hubungan badan pemerintah Israel yang mempresentasikan rencana tersebut dan kelompok pemukiman Yahudi, yang bertujuan untuk mengkonsolidasikan kehadiran Yahudi di wilayah Yerusalem Timur, termasuk Sheikh Jarrah.
Kelompok hak asasi percaya bahwa perluasan taman yang direncanakan adalah bagian dari strategi nasional yang lebih besar untuk mengepung Kota Tua Yerusalem dengan mengendalikan daerah yang berdekatan dengan Yerusalem Timur.
Rencana dengan nomor 101-674788 tersebut, akan melihat perluasan batas taman “Tembok Nasional Yahudi Yerusalem” untuk memasukkan sebagian besar Bukit Zaitun yang menghadap Kota Tua Yerusalem dan kawasan tambahan lainnya dari daerah tersebut.
Rencana tersebut dijadwalkan akan dipresentasikan kepada Komite Perencanaan dan Pembangunan Kotamadya Israel di Yerusalem, sebagai persetujuan awal pada 2 Maret dan sidang yang dijadwalkan berlangsung pada 10 April.
Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka
Rencana perluasan Taman Nasional Yahudi datang di tengah meningkatnya ketegangan hubungan antara pemerintah Israel dan para pemimpin gereja, yang mengatakan komunitas mereka berada di bawah ancaman dari kelompok-kelompok ekstremis Israel.
Surat kabar Israel menunjukkan bahwa para pemimpin gereja mengirim pesan terkait permasalahan ini kepada konsul Prancis, Turki, Italia, Yunani, Spanyol, Inggris, Belgia, dan Swedia di Yerusalem, dalam upaya nyata untuk memobilisasi dukungan internasional untuk menentang tindakan tersebut.
Desember 2021 lalu, para patriark (uskup tertinggi) dan kepala gereja di Yerusalem mengeluarkan pernyataan bersama yang sangat langka, yang memperingatkan bahwa komunitas Kristen telah menjadi target kelompok Yahudi ekstremis Israel yang berusaha mengusir umat Kristen dari Yerusalem.
Para pemimpin gereja menunjuk pada akuisisi strategis sejumlah bangunan di wilayah Kristen, dan menyerukan pemerintah Israel untuk bertindak melawan kelompok nasional Yahudi yang mengancam keberadaan umat Kristen.
Baca Juga: Hamas Sambut Baik Surat Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant
Otoritas pendudukan Israel membuka tahap pertama Taman Nasional Yahudi Yerusalem pada 1970-an, tetapi dengan hati-hati menghindari memasukkan sebagian besar Bukit Zaitun, di mana terdapat lebih dari 12 situs suci dan bersejarah umat Kristen, yang saat ini dalam ancaman perampasan.(R/R1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Iran: Veto AS di DK PBB “Izin” bagi Israel Lanjutkan Pembantaian