Gaza, MINA – Gerakan pejuang Palestina Hamas pada Sabtu (22/3) mengatakan bahwa komunikasi dengan mediator mengenai gencatan senjata di Jalur Gaza dan kesepakatan pertukaran tahanan “tidak berhenti”.
Dalam sebuah pernyataan, Juru Bicara Hamas Abdul Latif al-Qanoua mengatakan: “Usulan oleh (utusan presiden AS Steve) Witkoff, bersama dengan beberapa ide, sedang dibahas dengan mediator.” Anadolu melaporkan.
Pada tanggal 13 Maret, media Israel melaporkan Witkoff mengajukan proposal yang melibatkan pembebasan lima tawanan Israel dengan imbalan gencatan senjata selama 50 hari, pembebasan tahanan Palestina dari penjara Israel, masuknya bantuan kemanusiaan, dan peluncuran negosiasi tahap kedua.
Keesokan harinya, Hamas mengumumkan persetujuannya terhadap proposal yang diajukan oleh mediator yang mencakup pembebasan seorang tentara Israel-Amerika dan pengembalian empat jenazah dengan kewarganegaraan ganda, sebagai bagian dari dimulainya kembali negosiasi tahap kedua.
Baca Juga: Salah al-Bardawil, Pemimpin Hamas Syahid Saat Shalat Tarawih Malam 23 Ramadhan
Al-Qanoua mengatakan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu adalah “rintangan utama untuk mencapai kesepakatan,” seraya menambahkan kembalinya pelaksanaan kesepakatan bergantung pada “sikapnya, karena ia memprioritaskan kelangsungan hidup pemerintahannya daripada nyawa para tawanan di Gaza.”
Ia menegaskan kesiapan Hamas untuk terlibat dalam pengaturan apa pun terkait pemerintahan Gaza, asalkan pengaturan tersebut didasarkan pada konsensus nasional. Ia menekankan bahwa Hamas tidak mencari peran dalam kerangka administratif apa pun.
“Hamas sebelumnya telah menyetujui pembentukan komite dukungan masyarakat di Gaza yang tidak melibatkan gerakan kami,” tambahnya.
“Kami tidak berambisi untuk memerintah Gaza. Yang penting bagi kami adalah konsensus nasional, dan kami berkomitmen pada hasilnya,” kata Juru Bicara Hamas.
Baca Juga: Sekitar 130 Orang Syahid oleh Serangan Zionis di Gaza dalam 48 jam
Al-Qanoua juga mengutuk dimulainya kembali perang Israel di Gaza, menyebutnya sebagai “perang genosida” yang dilakukan di bawah lindungan Amerika. Ia mendesak AS menekan Israel agar kembali ke perjanjian gencatan senjata dan menahan diri untuk tidak menjadi pihak dalam konflik tersebut.
Lebih dari 700 warga Palestina syahid dan lebih dari 1.000 lainnya terluka dalam serangan udara mendadak oleh Israel di Gaza sejak Selasa, yang menghancurkan gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan yang berlaku sejak Januari.
Hampir 50.000 warga Palestina telah tewas, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak, dan lebih dari 113.000 lainnya terluka dalam serangan militer Israel yang brutal di Gaza sejak Oktober 2023. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Menhan Israel Perintahkan Pendudukan Lebih Luas di Gaza