Doha, 13 Jumadil Akhir 1436/2 April 2015 (MINA) – Kepala Biro Politik Gerakan Perlawanan Islam Hamas, Khaled Misy’al meminta masyarakat internasional untuk mengakui penuh Palestina di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
“Pemilu Israel yang berlangsung pada Maret lalu telah merusak harapan tercapainya perdamaian, karena krisis Timur Tengah. Hamas tidak ada niat untuk melakukan eskalasi namun akan terus membela diri,” kata Misy’al, demikian The Palestinian Information Center (PIC) yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), melaporkan.
Menurutnya, Hamas tidak akan menghentikan perlawanannya selama masih ada penjajahan, agresi, perang dan pembunuhan.
“Hamas komitmen pada huku kemanusiaan internasional dengan hanya menjadikan militer saja sebagai target,” tegasnya.
Baca Juga: Anakku Harap Roket Datang Membawanya ke Bulan, tapi Roket Justru Mencabiknya
Dia menambahkan, hasil pemilu Israel terakhir akan memupus harapan perdamaian. “Kemenangan Netanyahu semakin mendorong bertambahnya radikalisme Israel,” ujarnya.
Misy’al menambahkan, tuduhan Netanyahu, bahwa Hamas sama seperti kelompok jihad lainnya seperti ISIS dan Al-Qaidah. Menurutnya, orang-orang Palestina telah menunjukkan kelenturan dan kesungguhnya serta kegigihan untuk mewujudkan perdamaian yang adil dan moderat.
“Israel yang telah membunuh proses perdamaian,” tegasnya.
“Kebijakan-kebijakan Israel sangat buruk dan kelompok kanan meningkat. Inilah yang terjadi akibat kemenangan Netanyahu dalam pemilu terakhir. Karena itu masalah yang akan sulit dan akan terjadi radikalisme yang lebih besar dalam mentalitas Israel,” terangnya.
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
Misy’al mendorong masyarakat internasional agar mengakui Palestina di PBB. Dia mengisyarakat pada janji Netanyahu sebelum pemilu bahwa dia tidak akan membiarkan berdirinya negara Palestina. Dia juga menyatakan bahwa Palestina menolak mengakui Israel sebagai Negara Yahudi. (T/P011/R11)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon