Hamas Minta Jaminan AS Soal Gencatan Senjata Permanen

Ilustrasi: Abu Obeida, Juru Bicara Brigade al-Qassam, sayap militer Hamas. (Gambar: screengrab video Brigade Al-Qassam)

Kairo, MINA – Gerakan perlawanan Hamas Palestina meminta jaminan tertulis dari Amerika Serikat (AS) untuk gencatan senjata permanen dan penarikan pasukan Israel dari Jalur Gaza guna menandatangani proposal gencatan senjata, kata dua orang sumber keamanan Mesir, sebagaimana dikutip dari MEMO, Kamis (13/6).

Mediator Qatar dan Mesir mengatakan, Hamas pada Selasa (11/6) telah menanggapi rencana gencatan senjata bertahap untuk mengakhiri perang delapan bulan antara Israel dan kelompok Palestina, tanpa memberikan rincian.

Rencana tersebut diumumkan pada akhir Mei oleh Presiden AS Joe Biden. Hal itu mencakup pembebasan bertahap sandera Israel yang ditahan di Gaza dan penarikan kembali pasukan Israel dalam dua tahap, serta pembebasan tahanan Palestina, dengan rekonstruksi wilayah yang hancur akibat perang dan pengembalian jenazah sandera dalam tahap ketiga.

Baca Juga:  Perpecahan di Pemerintahan Israel

Amerika Serikat mengatakan, Israel telah menerima usulan tersebut. Namun, Israel belum menyatakannya secara terbuka.

Sumber-sumber Mesir dan sumber ketiga yang mengetahui perundingan tersebut mengatakan, Hamas memiliki kekhawatiran bahwa proposal saat ini tidak memberikan jaminan eksplisit untuk transisi dari tahap pertama rencana tersebut, yang mencakup gencatan senjata enam pekan dan pembebasan beberapa sandera ke fase kedua, yang mencakup gencatan senjata permanen dan penarikan Israel.

Sumber-sumber Mesir mengatakan, Hamas hanya akan menerima rencana tersebut jika ada jaminan dan Mesir telah melakukan kontak dengan AS mengenai permintaan tersebut.

“Hamas menginginkan jaminan transisi otomatis dari satu fase ke fase lainnya sesuai perjanjian yang ditetapkan oleh Presiden Biden,” kata sumber ketiga.

Baca Juga:  Saudari Ismail Haniyeh Tewas Dalam Serangan Israel di Gaza

Hamas dan pihak berwenang Mesir tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Saat mengumumkan rencana tersebut, Biden mengatakan jika negosiasi untuk beralih ke tahap kedua berlangsung lebih dari enam minggu, gencatan senjata akan terus berlanjut seiring perpanjangan negosiasi tersebut.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan pada Rabu, Hamas telah mengusulkan banyak perubahan pada proposal gencatan senjata, beberapa di antaranya tidak dapat dilaksanakan.

Sebelumnya, seorang pejabat Israel yang tidak mau disebutkan namanya menuduh Hamas telah mengubah semua parameter utama dan paling berarti, dan menggambarkan tanggapan kelompok tersebut sebagai penolakan terhadap proposal Biden untuk pembebasan sandera.

Seorang pejabat non-Israel yang mengetahui masalah ini, yang juga menolak disebutkan namanya, mengatakan bahwa dalam tanggapannya, Hamas telah mengusulkan batas waktu baru untuk gencatan senjata permanen dengan Israel dan penarikan pasukan Israel dari Gaza, termasuk Rafah.

Baca Juga:  Yahudi Ultra-Ortodok di Israel Kini Wajib Dinas Militer

Namun, pejabat senior Hamas, Osama Hamdan, membantah bahwa kelompok tersebut telah mengajukan ide-ide baru, dan menuduh AS mendukung Israel untuk “menghindari komitmen apa pun” terhadap cetak biru gencatan senjata permanen.

Hamas menggambarkan tanggapannya sebagai “positif” dan membuka “jalan lebar” menuju kesepakatan.

Para perunding dari AS, Mesir dan Qatar telah berusaha selama berbulan-bulan untuk memediasi gencatan senjata dan membebaskan para sandera, lebih dari 100 di antaranya diyakini masih disandera di Gaza. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: hadist

Editor: Arif Ramdan