Gaza, MINA – Gerakan Hamas menilai perlawanan dan resistensi sebagai satu-satunya cara terbaik untuk membebaskan Palestina dari pendudukan Israel, khususnya melawan proyek pemukim ilegal Israel di Tepi Barat yang diduduki.
“Kami menekankan bahwa gerakan perlawanan Palestina, bersama dengan rakyat Palestina, tidak akan membiarkan pemukim (ilegal) Israel untuk terus menjajah wilayah Palestina,” tegas Hamas dalam pernyataan tertulisnya yang dikutip MINA, Rabu (4/9).
Pernyataan Hamas tersebut dikeluarkan untuk menolak rencana kunjungan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu ke kota Hebron (Al-Khalil) di Tepi Barat yang diduduki.
Netanyahu berencana mengunjungi Al-Khalil – termasuk Masjid Ibrahimi – pada Rabu untuk menghadiri acara peringatan 90 tahun kerusuhan yang terjadi di kota itu, di mana 60 orang Yahudi terbunuh.
Baca Juga: Tentara Israel Cemas Jumlah Kematian Prajurit Brigade Golani Terus Meningkat
Kunjungan Netanyahu itu datang pada saat dia berusaha untuk mendapatkan lebih banyak suara dari kelompok sayap kanan pemukim ekstrimis Yahudi.
“Sekali lagi, para pemimpin Israel bersiap untuk menodai Masjid Ibrahimi beberapa hari sebelum pemilihan umum untuk menyenangkan ekstrimis sayap kanan Israel yang haus akan lebih banyak pelanggaran di situs suci Palestina,” tulis Hamas.
Hamas menyerukan kepada pimpinan Otoritas Palestina dan pasukan keamanan untuk melaksanakan tindakannya, menghentikan semua perjanjian dengan otoritas pendudukan Israel, dan mendukung rakyat Palestina dalam perjuangan mereka melawan pendudukan Israel.
“Otoritas pendudukan Israel telah mengambil tindakan serius terhadap Hebron, secara umum, dan Kota Tua, khususnya, untuk mengamankan kunjungan teroris Benjamin Netanyahu,” tegas gerakan perlawanan Palestina berbasis di Gaza itu.
Baca Juga: Anakku Harap Roket Datang Membawanya ke Bulan, tapi Roket Justru Mencabiknya
Al-Khalil adalah rumah bagi Masjid Ibrahimi yang disebut oleh orang-orang Yahudi sebagai “Gua Machpelah” atau “gua para leluhur” oleh media Barat karena diyakini sebagai lokasi makam para nabi, yakni Ibrahim, Ishak, dan Yakub.
Sementara itu, Kementerian Wakaf dan Urusan Keagamaan Palestina menyerukan kepada masyarakat dan organisasi internasional untuk “memikul tanggung jawab hukum dan moral terhadap penderitaan rakyat Palestina di Al-Khalil”.
“Kunjungan itu adalah penghinaan berat yang bisa memicu perang agama dengan konsekuensi serius,” tambah kementerian itu. (T/R01/RI-1)
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
Mi’raj News Agency (MINA)