Ramallah, MINA – Pemimpin gerakan perlawanan Palestina Hamas, Mahmoud Mardawi menyatakan perlawanan di Tepi Barat tidak akan berhenti dan pendudukan Israel tidak akan mampu memberikan rasa aman bagi pasukan dan pemukimnya, tidak peduli seberapa ketat tindakan yang diambil.
“Perlawanan di Tepi Barat tidak akan berhenti meski ada agresi pendudukan dan pengejaran terhadap pejuang perlawanan dan rakyat kami oleh pasukan Israel,” ujar Mardawi, menekankan rakyat Palestina berkomitmen untuk melakukan perlawanan dan keteguhan, tidak peduli berapa pun pengorbanan yang harus dilakukan. Almayadeen melaporkan, Selasa (17/12).
Ia juga mengecam perilaku pasukan keamanan PA di Jenin, dengan menyatakan “hal itu terjadi pada saat yang mencurigakan, dan pada saat pemerintah pendudukan berusaha mencaplok Tepi Barat dan mengusir warga Palestina.”
Pemimpin Hamas meminta Otoritas Palestina untuk segera menghentikan perilaku “tidak patriotik” ini, yang menguntungkan pendudukan, dengan menyerukan upaya untuk memperkuat situasi nasional, bukan untuk melenyapkan pejuang perlawanan di Tepi Barat.
Baca Juga: Aparat Palestina dan Brigade Jenin Terlibat Bentrok
Mardawi menegaskan apa yang dilakukan oleh dinas keamanan PA di Jenin adalah upaya untuk mengakhiri perlawanan, melalui likuidasi dan pembunuhan para pejuang perlawanan yang menghadapi pendudukan.
Ia menyerukan kepada semua warga Palestina dan faksi-faksi Palestina untuk mengambil sikap tegas dan menekan Otoritas menghentikan operasinya.
Pada hari Sabtu, Brigade Al-Quds, sayap militer gerakan Jihad Islam Palestina (PIJ), berduka atas kematian Yazeed Mohammed Ja’aysa yang berusia 28 tahun, salah satu komandan Brigade Jenin, yang tewas pada Sabtu pagi di tangan pasukan keamanan Otoritas Palestina di kamp pengungsi Jenin, di Tepi Barat yang diduduki.
Sementara itu, pejabat senior Hamas Abdul Rahman Shadid menyatakan tindakan yang dilakukan oleh pasukan keamanan PA di Tepi Barat merupakan penargetan yang jelas terhadap gerakan Perlawanan.
Baca Juga: Israel akan Wajibkan 50 persen Pria Ultra-Ortodoks Masuk Militer
Shadid menekankan ini merupakan tindakan keras terhadap gerakan Perlawanan nasional, yang memicu perselisihan internal di tengah pembantaian yang terus berlangsung oleh pasukan pendudukan di Gaza.
Ia meminta PA menghentikan pengejaran terhadap tokoh-tokoh Perlawanan dan sebaliknya memperkuat upaya persatuan nasional, daripada menargetkan komandan lapangan di Tepi Barat yang diduduki.
Pejabat Hamas tersebut mencatat bahwa 13 orang telah dibunuh oleh pasukan keamanan Palestina di Tepi Barat sejak 7 Oktober tahun lalu.
Dalam konteks yang sama, Front Demokratik untuk Pembebasan Palestina memperingatkan tentang meningkatnya ketegangan dan kerusuhan di Jenin dan kamp pengungsiannya, menyusul serangan baru-baru ini oleh pasukan keamanan PA, yang menyebabkan kematian Yazeed Ja’aysa.
Baca Juga: Ben-Gvir dan Smotrich Berselisih terkait Penundaan Reformasi Peradilan
DFLP menekankan hal ini terjadi di tengah agresi Israel yang terus berlanjut terhadap rakyat Palestina di Tepi Barat dan Gaza, sebagai bagian dari upaya untuk memaksakan rencana “aneksasi”, memperluas permukiman Israel, dan merebut tanah Palestina.
DFLP mengimbau rakyat Palestina, semua kekuatan nasional, organisasi masyarakat sipil, serikat pekerja, dan gerakan akar rumput untuk bertindak dan menekan diakhirinya pertikaian internal yang hanya menguntungkan pendudukan serta rencananya untuk membubarkan perjuangan Palestina. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Warga Spanyol Tuntut Embargo Senjata terhadap Israel