Gaza, MINA – Gerakan Perlawanan Islam Hamas menyatakan, jumlah korban jiwa akibat mekanisme distribusi bantuan yang disebut sebagai kolaborasi Israel-Amerika Serikat telah meningkat menjadi 454 orang, dengan 3.466 lainnya terluka, sejak implementasinya dimulai kurang dari sebulan yang lalu.
Menurut Palinfo, Selasa (24/6), Hamas menegaskan bahwa angka ini mengungkap sifat kriminal dari mekanisme tersebut.
Dalam pernyataan persnya, Hamas menyebut bahwa titik-titik distribusi bantuan tersebut tidak lain adalah perangkap maut yang dirancang dengan cermat, dan digunakan sebagai bagian dari kebijakan sistematis untuk mengelola kelaparan dan penghinaan demi melakukan genosida terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza.
Hamas mengecam kejahatan yang terus berlangsung dengan dukungan internasional dan diamnya dunia sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap semua hukum dan norma kemanusiaan.
Baca Juga: Israel Culik Puluhan Warga Palestina di Tepi Barat, Al-Aqsa Masih Ditutup
Gerakan perlawan menyerukan kepada komunitas internasional dan PBB untuk menunaikan tanggung jawab moral dan hukum dengan segera menghentikan pembantaian ini, serta membentuk mekanisme kemanusiaan alternatif yang aman.
Sejak 7 Oktober 2023, pasukan Israel dengan dukungan penuh dari Amerika Serikat terus melakukan aksi genosida di Gaza, yang telah menyebabkan lebih dari 187.000 warga Palestina terbunuh atau terluka mayoritas di antaranya adalah anak-anak dan perempuan serta lebih dari 11.000 orang hilang dan ratusan ribu lainnya mengungsi. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Netanyahu Larang Menterinya Berkomentar soal Gencatan Senjata dengan Iran