Gaza, MINA – Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) mengecam Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang mengklaim tidak memiliki rencana untuk mengambil alih Jalur Gaza. Hamas menilai pernyataan tersebut merupakan kebohongan untuk menyesatkan publik internasional.
“Netanyahu terus berbohong, menipu, dan mencoba menyesatkan publik. Semua yang dikatakannya dalam konferensi pers adalah rangkaian kebohongan. Ia tidak bisa menghadapi kebenaran; sebaliknya, ia berupaya memutarbalikkan dan menyembunyikannya,” kata pejabat senior Hamas, Taher al-Nunu, dikutip dari Anadolu, Ahad (10/8).
Sebelumnya, Netanyahu mengklaim bahwa rencana Israel terhadap Gaza bukanlah untuk menguasai pemerintahan di sana, melainkan untuk “membebaskan” wilayah tersebut dari Hamas. Ia juga menjanjikan pembentukan koridor aman untuk penyaluran bantuan kemanusiaan.
“Kami akan menetapkan koridor-koridor yang aman untuk perjalanan dan distribusi bantuan di Jalur Gaza,” ujarnya.
Baca Juga: Dua Jurnalis di Gaza Kembali Gugur dalam Serangan Israel
Namun, rencana itu mendapat penolakan luas dari komunitas internasional. Sejumlah negara, termasuk Indonesia, Inggris, China, dan Turki, mengecam langkah Israel tersebut dan menegaskan komitmen mereka pada perlindungan hukum internasional serta kedaulatan rakyat Palestina.
Sejak dimulainya agresi Israel pada Oktober 2023, Gaza telah mengalami kerusakan infrastruktur masif, blokade total, dan krisis kemanusiaan terburuk dalam sejarahnya. PBB dan organisasi hak asasi manusia berulang kali menegaskan bahwa setiap bentuk pendudukan atau pengambilalihan wilayah secara paksa bertentangan dengan Piagam PBB dan Konvensi Jenewa.
Pengamat menilai klaim Netanyahu sebagai bagian dari strategi politik untuk meredam tekanan diplomatik, sekaligus tetap melanjutkan kebijakan militer di Gaza. Di sisi lain, Hamas menyatakan pihaknya akan terus melawan segala upaya pendudukan hingga Palestina meraih kemerdekaan penuh. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: 100 Anak dan Bayi Gaza Meninggal Akibat Kelaparan