Paris, 7 Jumadil Akhir 1437/16 Maret 2016 (MINA) – Kepala Biro Politik Gerakan Perlawanan Islam Hamas (Harakah al-Muqawwamah al-Islamiyyah) Khaled Misy’al menolak untuk mengomentari resolusi Liga Arab baru-baru ini yang memberikan cap ‘teroris’ bagi organisasi Hizbullah Lebanon.
Pada Jumat lalu (11/3), Liga Arab dalam sidangnya di Kairo menyatakan Hizbullah sebagai organisasi teroris dalam resolusi yang muncul setelah negara-negara Arab di kawasan Teluk marak dimasuki gerakan kelompok teroris.
Pemimpin Hamas itu mengatakan kelompoknya berusaha untuk menjalin hubungan baik dengan semua negara Arab dan Islam.
“Kami ingin menjalin hubungan yang baik dengan maksud untuk melayani tujuan kami,” ujar Misy’al, World Bulletin Selasa (15/3) melaporkan.
Baca Juga: Keledai Jadi Penyelamat Warga Gaza di Tengah Perang
Ia mengatakan saat ini kelompoknya dan faksi-faksi Palestina lainnya tidak mencari perang dengan Israel.
“Kami tidak mencari perang dengan Israel di Jalur Gaza,” katanya. “Ada ketegangan, tapi Hamas lebih tertarik untuk menghindari perang habis-habisan dengan Israel”.
“Kami sedang mencari cara untuk mengatasi dampak dari perang Israel baru-baru ini dan bagaimana membuka blokade,” tambahnya.
Pada akhir 2014, pasukan Israel meluncurkan serangan sepanjang 51 hari ke Jalur Gaza dan tekah merusak sarana prasarana publik, serta diklaim telah menurunkan kemampuan faksi Palestina untuk menembakkan roket ke Israel.
Baca Juga: AS Tolak Rencana Israel untuk Caplok Tepi Barat yang Diduduki
Setidaknya 2.322 warga Palestina tewas dan sekitar 11.000 terluka dalam serangan Israel, yang meninggalkan kerusakan besar di Jalur Gaza.
Rekonsiliasi
Berbicara soal rekonsiliasi, Misy’al mengatakan pertemuan akan segera diadakan di Doha antara Hamas dan Fatah untuk membahas lanjutan rekonsiliasi Palestina.
“Kami siap untuk mengambil semua langkah yang diperlukan untuk mencapai rekonsiliasi,” katanya.
Baca Juga: Sedikitnya 10.000 Tenda Pengungsi Gaza Rusak Akibat Badai Musim Dingin
Pada April 2014, perwakilan Hamas dan Fatah menandatangani pakta rekonsiliasi yang menyerukan pembentukan pemerintah persatuan. Meskipun hubungan antara Hamas dan Fatah tetap dilanda oleh sejumlah perbedaan.
Ditanya tentang kunjungan baru-baru ini delegasi Hamas ke Mesir, Misy’al mengatakan, Mesir menyadari bahwa kelompoknya tidak bersalah atas tuduhan terlibat dalam pembunuhan Jaksa Agung Mesir Hesham Barakat, yang meninggal dalam serangan bom mobil tahun lalu.
“Hamas tidak mencampuri urusan Mesir,” kata Misy’al. “Kami ingin pertemuan ini untuk menyangkal semua tuduhan”.
Hubungan antara Mesir dan Hamas telah tegang sejak militer Mesir menggulingkan Presiden Muhammad Mursi dalam kudeta 2013. (T/P4/R05)
Baca Juga: WHO: Serangan terhadap RS Kamal Adwan di Gaza Harus Segera Dihentikan
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Kaki Tentara Israel Ini Diamputasi Usai Disergap Hamas