Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

HAMAS TOLAK TAMBAHAN 4 JAM GENJATAN SENJATA

Redaksi MINA - Ahad, 27 Juli 2014 - 23:39 WIB

Ahad, 27 Juli 2014 - 23:39 WIB

867 Views

zuhri
Sami Abu Zuhri. Foto: Uprooted Palestinian blog
zuhri

Sami Abu Zuhri. Foto: Uprooted Palestinian blog

Tel Aviv, 29 Ramadhan 1435/27 Juli 2014 (MINA) – Juru bicara Hamas, Sami Abu Zuhri menolak perpanjangan genjatan senjata selama 4 jam yang diminta Israel setelah sebelumnya 12 jam telah disepakati.

“Tidak ada tambahan empat jam dalam genjatan senjata,” kata Abu zuhri sebagaimana yang diberitakan oleh IINA dan dikutip Mi’raj ISlamic News Agency (MINA).

Hal itu terjadi setelah deklarasi sepihak dari Kabinet Dewan Menteri Israel untuk memperpanjang genjatan senjata di jalur Gaza selama empat jam.

Saluran Israel 10 melaporkan genjatan senjata atas permintaan Amerika Serikat sebagai hasil keputusan pertemuan para menlu dari AS, Inggris, Jerman, Prancis, Turki dan Qatar di Paris Sabtu sore waktu Gaza.

Baca Juga: Serangan Terbaru Israel di Gaza Bunuh 78 Warga

Sementara anggota Hamas, Mahmoud al-Zaha megatakan setiap keputusan yang diambil oleh dunia internasional mengenai agresi di Gaza harus sepadan dengan pengorbanan rakyat Palestina.

Menteri Luar Negeri Perancis Laurent Fabius mengatakan kepada wartawan dalam jumpa pers, pertemuan itu menginginkan gencatan sesegera mungkin.

“Gencatan senjata dapat digunakan untuk memperbaharui pembangunan sosial-ekonomi,” kata Fabius.

Sebelumnya, Ketua Biro Politik Gerakan Perlawanan Islam Hamas Khalid Misy’al, mengatakan gerakan itu menginginkan gencatan senjata sesegera mungkin, dan secara paralel diikuti pencabutan blokade atas Jalur Gaza.

Baca Juga: Israel akan Lanjutkan Proyek Permukiman E1 untuk Pisahkan Tepi Barat

Ia mengatakan dalam sebuah wawancara dengan TV British Broadcasting Corporation (BBC), yang ditayangkan pada Jumat (25/7), bahwa yang terpenting adalah mekanisme pelaksanaan gencatan senjata harus mencakup jaminan dari pembukaan blokade Gaza.

Gaza merupakan bagian dari wilayah Palestina, dihuni sekitar 1,8 juta orang, yang bertahun-tahun harus hidup dalam blokade dari segala penjuru. Kami semua warga Gaza hidup dalam penjara terbesar di dunia,” kata Misy’al, seperti dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).

Misy’al juga mengingatkan kepada dunia internasional, bawah warga Gaza ingin memiliki bandara dan pelabuhan, membuka diri terhadap dunia, dan hak memperoleh perawatan kesehatan dan pekerjaan.(T/P08/P04)

 

Baca Juga: Jumlah Tentara Zionis Bunuh Diri Meningkat, Krisis Mental Meluas

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda