Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hampir 50 % Perusahaan Teknologi Israel Kena Pembatalan Investasi

Arina Islami Editor : Ali Farkhan Tsani - 22 detik yang lalu

22 detik yang lalu

1 Views

Ilustrasi. Hampir 50% perusahaan teknologi dan startup Israel menghadapi pembatalan investasi. [Foto: MNC Media]

Tel Aviv, MINA – Hampir 50 % perusahaan teknologi dan startup Israel menghadapi pembatalan investasi. Kondisi itu memaksa banyak perusahaan memindahkan operasinya ke luar negeri akibat hilangnya kepercayaan terhadap kemampuan pemerintah Israel dalam memimpin pemulihan dan mendorong pertumbuhan.

Hal itu terungkap dalam survei yang diterbitkan oleh Start-Up Nation Central, perusahaan yang memantau ekosistem teknologi di Israel. Mengutip laporan Times of Israel, Sabtu (14/9).

Berdasarkan survei yang dilakukan perusahaan tersebut, sepertiga perusahaan teknologi Israel mempertimbangkan untuk memindahkan sebagian operasinya ke luar negeri akibat ketidakpastian perang dan kurangnya kepercayaan terhadap pemerintah dalam memimpin upaya pemulihan.

Survei yang dilakukan pada Agustus dengan melibatkan 230 perusahaan dan 49 investor menunjukkan bahwa sektor teknologi, yang menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Israel, mengalami ketidakpastian terkait pendanaan di masa depan.

Baca Juga: Pesan Paus untuk Pilpres AS: Pilih yang “Kejahatannya Lebih Sedikit”

Sebanyak 49% perusahaan startup melaporkan adanya pembatalan investasi, sementara hanya 31% yang yakin dapat mengumpulkan modal kritis tahun depan.

Selama satu dekade terakhir, ketergantungan ekonomi Israel pada sektor teknologi meningkat signifikan, dengan kontribusi sebesar 20% dari produk domestik bruto (PDB), 25% dari pajak penghasilan, dan lebih dari 50% dari ekspor.

Namun, ketidakpastian mengenai pendanaan serta kekurangan tenaga kerja akibat mobilisasi tentara cadangan menjadi hambatan utama bagi pertumbuhan dan keberlangsungan perusahaan startup. Sebanyak 24% perusahaan melaporkan telah memindahkan sebagian operasinya ke luar negeri atau memperluas secara global.

CEO Start-Up Nation Central, Avi Hasson, mengatakan, perusahaan-perusahaan kini berada dalam mode krisis untuk memastikan kelangsungan bisnis. Namun, ia memperingatkan bahwa ini tidak bisa berlangsung lama.

Baca Juga: Sekitar 20.000 Pengungsi Rohingya Tiba di Bangladesh dalam Tiga Bulan Terakhir

“Seperti berlari dengan beban 100 kilogram di pundak Anda, yang mungkin bisa dilakukan dalam jarak pendek, tetapi sulit dilakukan untuk jangka panjang,” ujar Hasson.

Hasson menekankan, perang yang berkepanjangan dan ketidakpastian yang menyertainya memaksa perusahaan mempertimbangkan pemindahan operasi ke luar negeri. Fleksibilitas diperlukan untuk memastikan kelangsungan bisnis mereka.

Lebih dari 80% perusahaan teknologi yang disurvei, dan 74% investor, menyatakan kekhawatiran mereka atas kemampuan pemerintah dalam memimpin pemulihan, termasuk di sektor teknologi. Lebih dari 80% perusahaan juga menyatakan tidak menerima dukungan apa pun akibat genosida di Gaza. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Anggota Parlemen Inggris Pertanyakan Legalitas Pengiriman Suku Cadang F-35 ke Israel

Rekomendasi untuk Anda