Jenewa, 29 Dzulhijjah 1435/23 Oktober 2014 (MINA) – Organisasi Kesehatan Dunia mengeluarkan pernyataan pada Rabu, sebanyak 4.877 orang yang sebagian besar dari Afrika Barat, telah meninggal akibat virus mematikan Ebola.
Sebanyak 9.911 kasus Ebola dan 4.868 kematian dilaporkan di Guinea, Sierra Leone, dan Liberia.
“Dari 9.911 kasus Ebola 4.868 diantaranya meninggal akibat virus tersebut di Guinea, Sierra Leone, dan Liberia. Kemungkinan kasus Ebola dilaporkan juga terjadi di negara lain yang terkena dampak yaitu Spanyol, Amerika Serikat, Nigeria dan Senegal,” kata WHO dalam sebuah pernyataan.
Seperti dilaporkan Anadolu yang dikutip Miraj Islamic News Agency, WHO mengatakan total 443 petugas kesehatan telah terinfeksi virus, 244 diantaranya telah meninggal.
Baca Juga: Diplomat Rusia: Assad dan Keluarga Ada di Moskow
Wabah Ebola yang mula-mula menyerang beberapa negara di Afrika Barat, kini mulai menginfeksi langsung warga di Eropa dan Amerika. WHO menilai Ebola merupakan krisis kesehatan terburuk di zaman modern.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia WHO Margaret Chan menyatakan di Manila, wabah Ebola di Afrika Barat merupakan krisis kesehatan paling akut dalam zaman modern ini. Chan juga mencemaskan penyebaran epidemi ke benua lainnya.
Ketakutan WHO itu amat beralasan, pasalnya dari Amerika Serikat dilaporkan kasus pertama penularan Ebola lewat kontak langsung dengan pasien. Seorang perawat dari Texas dinyatakan positif tertular Ebola, diperkirakan akibat melanggar standar keamanan penangan penyakit menular dan mematikan.
Perawat perempuan yang dirahasiakan namanya, menjadi orang kedua yang tertular virus Ebola di luar Afrika. Sebelumnya seorang perawat perempuan asal Spanyol juga tertular lewat kontak langsung dengan pasien yang tertular di Afrika. Diduga modus penularan juga sama, yakni melanggar standar keamanan baku. (T/P003/R01)
Baca Juga: Penulis Inggris Penentang Holocaust Kini Kritik Genosida Israel di Gaza
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Polandia Komitmen Laksanakan Perintah Penangkapan Netanyahu