Gaza, MINA – Sejak pertama kali beroperasi awal Desember lalu, hampir seribu orang telah berobat ke Klinik Indonesia untuk Palestina. Sebagian besar pasien adalah mereka yang memeriksakan kesehatan dan luka karena serangan Pasukan Israel.
Andi Noor Faradiba dari tim Global Humanity Response (GHR) – Aksi Cepat Tanggap (ACT) menerangkan, para pasien yang berobat umumnya menderita gejala gastroenteritis, hipertensi, diare, pneumonia, dan gejala sakit pernapasan.
“Mereka juga memeriksakan luka yang selama ini mereka alami seperti luka bakar, cidera, dan bekas amputasi,” kata Faradiba seperti dikutip dari ACTNews, Jumat (27/12).
Ia menjabarkan, pekan kedua, tanggal 13 Desember – 22 Desember 2019, 452 pasien berobat ke Klinik Indonesia untuk Gaza. Pasien yang berobat pekan ini lebih banyak dibandingkan periode pekan lalu, pada 7 – 12 Desember 2019, yaitu 344 orang.
Baca Juga: Oposisi Israel Kritik Pemerintahan Netanyahu, Sebut Perpanjang Perang di Gaza Tanpa Alasan
Sebagian besar pasien berobat pekan lalu berusia 45-50 tahun dengan jumlah pasien laki-laki empat kali lipat lebih banyak dibanding perempuan. Berbeda dengan pekan lalu, pasien usia 18-25 tahun yang berobat lebih banyak.
“Lebih dari separuh dari total pasien memeriksakan kesehatan terkait luka serangan yang mereka miliki,” kata Faradiba.
Menurut data tim medis Klinik Indonesia di Gaza, 66 persen layanan kesehatan diberikan untuk korban luka serangan, sedangkan 34 persen layanan bagi penyakit lainnya.
Klinik Indonesia untuk Palestina juga menyediakan layanan dokter ortopedi dan vaskular. Mereka telah menerima kerja sama seluruh gubernuran di Gaza, terutama untuk melayani korban luka serangan Israel. Adanya dokter spesialis tersebut menumbuhkan syukur warga Gaza Utara yang membutuhkan perawatan intensif.
Baca Juga: Hamas Ungkap Borok Israel, Gemar Serang Rumah Sakit di Gaza
Saat ini ada tujuh orang yang bertugas di Klinik Indonesia, terdiri dari tiga petugas kesehatan, seorang apoteker, dan tiga petugas administrasi.
“Ada satu manajer klinik, seorang ortopedis, seorang dokter vaskular, seorang perawat, seorang farmakolog, seorang resepsionis, dan pramubakti,” tutup Faradiba. (T/Sj/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Semua Rumah Sakit di Gaza Terpaksa Hentikan Layanan dalam 48 Jam